Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin belum terbendung. Ganda putra berjuluk The Babies ini sukses merebut gelar kedua dalam dua pekan beruntun.
Pekan sebelumnya, keduanya berjaya di Istora di ajang Indonesia Masters BWF World Tour Super 500. Seminggu kemudian, Minggu (5/2/2023), mereka menginjak podium tertinggi di Nimibutr Stadium, Bangkok, tempat Thailand Masters 2023 digelar.
Memang turnamen yang baru saja berakhir ini memiliki level sedikit di bawah yang pertama. Sebagian besar pebulutangkis top dunia urung ambil bagian.
Mereka memilih rehat usai menjalani tiga pekan awal yang melelahkan, sejak turnamen pembuka BWF World Tour 2023 di Malaysia hingga Indonesia. Selanjutnya mempersiapkan diri menghadapi tur Eropa yang dimulai pada bulan Maret.
Di samping itu, para jagoan Asia, termasuk dari Indonesia, mempersiapkan diri menghadapi Badminton Asia Mixed Team Championship (Kejuaraan Beregu Campuran Asia) yang akan digelar pada tengah pekan depan, 14-19 Februari 2023 di Dubai.
Meski demikian, absennya para pemain papan atas tidak menjadi alasan untuk mengurangi apresiasi pada The Babies.
Konsistensi keduanya tak terbantahkan dengan tetap menjaga penampilan tetap prima meski harus menjalani empat turnamen tanpa henti. Hasil kurang memuaskan di Negeri Jiran dan India, masing-masing finis di babak 16 besar dan  32 besar.
Mengatasi sakit
Jelas, The Babies harus bertarung memaksimalkan sisa-sisa tenaga. Mereka berusaha berkompromi dan bersiasat agar rasa lelah, bahkan sakit yang menerjang tidak sampai membuat semangat mereka padam.
Sebelum partai final Thailand Masters 2023, Daniel memposting gambar di akun Twitter pribadi. Ia menunjukkan masalah pada kaki kirinya. Tampak bagian tersebut membengkak.
Leo pun tidak dalam kondisi fit. Pelatih ganda putra, Herry Iman Pierngadi yang menemani mereka ke Bangkok mengaku pemain mungil itu terserang batuk dan flu berat. Kondisi ini ia alami sejak bertarung di Istora.
"Habis semifinal, dia agak muntah, ada dahaknya," demikian Herry IP, pelatih kawakan berjuluk Naga Api itu terkait kondisi Leo.
Dalam situasi yang sungguh tidak ideal itu, The Babies ternyata tetap bisa berprestasi. Di partai final menghadapi Su Ching Heng/Ye Hong Wei, keduanya bisa tampil taktis dan tidak kehilangan versi terbaik mereka.
Mereka mencoba untuk tidak menjadikan rasa sakit itu sebagai penghalang keluarnya permainan terbaik mereka.
Leo tetap bisa berperan di depan dengan kesalahan sendiri yang makin berkurang. Daniel pun makin matang untuk tidak selalu menjadikan smes keras sebagai senjata andalan.
Dalam kondisi sakit seperti ini, keduanya pun mendapat kesempatan untuk menemukan siasat meraih poin, bahkan sanggup memenangkan pertandingan tanpa harus mengobral tenaga.
Permainan mereka, sebagaimana dikatakan Herry IP menjadi lebih bervariasi. "Daniel tidak harus main keras terus, obral smes terus."
Pasangan Taiwan akhirnya kesulitan untuk menunjukkan permainan terbaik seperti saat menyingkirkan unggulan tiga, Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana, 21-16, 16-21 dan 21-15 di babak semifinal, sekaligus menggagalkan skenario manis "all Indonesian final" ganda putra.
Memang diakui, Su Ching Heng/Ye Hong Wei sungguh membuat kejutan. Ranking dunia dan jam terbang mereka masih kalah dibanding para pemain pelapis Indonesia seperti Bagas/Fikri, juga The Babies.
Namun, sebelum menyingkirkan Bagas/Fikri yang merupakan jawara All England 2022, pasangan ranking 42 BWF itu lebih dahulu membungkam unggulan enam serentak juara Asia 2022: Pramudya Kusumawardana/Yeremia Erich Hoche Yacob Rambitan.
Menantang The Babies di final mereka punya modal. Selain kemenangan atas dua pasangan muda Merah-Putih yang sudah mencicipi gelar bergengsi, belum pernah bertemu sebelumnya menjadikan mereka tidak terperangkap pada statistik "head to head."
Ternyata, Su/Ye tak bisa meledak. Upaya taktis, semangat pantang menyerah, dan kesabaran The Babies menghambat Su/Ye menciptakan ledakan pemungkas.
Perjalanan The Babies untuk kembali meraih gelar pun tidak mudah. Rasmus Kjaer/Frederik Sogaard memaksa mereka bermain tiga gim di babak pertama.
Usai menang rubber game, 21-11, 18-21, dan 21-19 dari pasangan Denmark itu, The Babies melewati laga sengit dua gim kontra Lee Jhe-Huei/Yang P-Hsuan dari Taiwan dengan skor akhir 21-13 dan 22-20.
Selanjutnya, keduanya melewati ujian beruntun dari wakil tuan rumah. Pasangan yang melejit dari babak kualifikasi, Tanadon Punpanich/Wachirawit Sothon dan Supak Jomkoh/Kittinupong Kedren.
Tekanan ekstra dari para pendukung tuan rumah tak menciutkan nyali The Babies. Keduanya menang meyakinkan dalam dua gim untuk menyegel satu tempat di final.
Tembus ranking elite
Turnamen yang mulai dipertandingkan pada 2016 dari level Grand Prix Gold itu menyediakan total hadiah 210 ribu USD atau Rp3,169 miliar.
Sebagai juara, The Babies bisa membawa pulang 16.590 USD, setara dengan Rp247,1 juta.
Di samping itu, The Babies mendapat tambahan 7.100 poin. Angka tersebut lebih dari cukup mendongkrak ranking BWF mereka. Dari posisi 13, keduanya akan naik tiga tingkat ke jajaran 10 besar dunia.
The Babies akan menemani senior mereka, The Daddies alias Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan dan pemuncak ranking ganda putra saat ini, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto.
Pemandangan ini menunjukkan bahwa rantai regenerasi ganda putra masih menjadi yang terbaik di Indonesia. Selain ketiga pasangan itu, Indonesia masih punya Bagas/Fikri, Pram/Yere, hingga The Minions.
Patut dicatat, The Babies pun kini berada dalam bilangan satu dari sedikit pemain Indonesia yang mampu mengukir sejarah di Thailand Masters.
Keduanya mengikut jejak The Daddies yang menjadi juara edisi pertama. Lalu, Tommy Sugiarto yang dua kali naik podium tunggal putra pada edisi 2017 dan 2018. Serta, Fitriani yang menjuarai tunggal putri setahun kemudian.
China juara umum
Mengirim 32 pemain muda dan pelapis, dengan 13 di antaranya sanggup meraih tiket ke babak 16 besar, namun hanya dua yang berhasil tembus semifinal, dengan satu-satunya wakil di final dan akhirnya membawa pulang gelar juara.
Itulah gambaran umum sepak terjang Indonesia di Thailand Masters 2023. Pencapaian Indonesia sejajar dengan tuan rumah Thailand dan Taiwan yang masing-masing merebut satu gelar.
Thailand mengamankan nomor ganda putri melalui pasangan kakak-beradik, Benyapa Aimsaard/Nuntakarn Aimsaard. Taiwan mengunci sektor tunggal putra.
Sementara itu, China yang di pekan sebelumnya meraih dua gelar seperti Indonesia, pulang dengan sepasang gelar.
Negeri Tirai Bambu berjaya di tunggal putri yang menciptakan "all Chinese final. Juga, ganda campuran yang disumbangkan Feng Yan Zhe/Huang Dong Ping, pasangan senior-junior, kombinasi tubuh bak Daud dan Goliath yang di minggu sebelumnya sukses "pecah telur" gelar.
Selamat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H