Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Sean Longstaff, Akhir Penantian 24 Tahun Newcastle, dan Kesempatan Balas Dendam pada Manchester United

1 Februari 2023   16:47 Diperbarui: 2 Februari 2023   17:45 1085
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sean Longstaff (kiri) merayakan gol bersama rekan-rekan setimnya ke gawang Southampton, Rabu (1/2/2023) dini hari WIB: AFP/PAUL ELLIS via Kompas.com

Sean Longstaff, nama yang tidak terlalu familiar sekalipun untuk konteks sepak bola Inggris, menjadi pusat perhatian saat Newcastle United menjamu Southampton di Stadion St James' Park, Rabu (1/2/2023) dini hari WIB.

Gelandang berusia 25 tahun yang merupakan produk lokal tampil sebagai pembeda. Dua gol di kandang sendiri dan di hadapan mayoritas fan memastikan klub berjuluk The Magpies itu menjebol tembok tebal yang selama ini membentengi mereka untuk meraih prestasi.

Sejarah baru akhirnya tercipta. Kemenangan 2-1 mengantar Newcastle ke final Carabao Cup atau Piala Liga Inggris 2022/2023.

Kemenangan agregat 3-1, setelah di leg pertama di markas The Saints menang satu gol tanpa balas, membuat klub yang berdiri sejak 1892 itu bisa merasakan lagi final setelah menanti 24 tahun.

Bila kita merunut sepak terjang The Magpies di kancah sepak bola Inggris, klub itu terakhir kali ke final dan bermain di Wembley pada musim 1998/1999 dalam gelaran final Piala FA. Sayangnya, mereka gagal menggapai klimaks.

Setan Merah saat itu terlalu tangguh untuk ditaklukkan, tidak hanya di level domestik tetapi juga Eropa.

Di bawah arahan Sir Alex Ferguson dan dengan para pemain seperti Teddy Sheringham dan Ole Gunnar Solskjaer mereka sanggup meraih treble. Selain, Piala FA, lemari prestasi bertambah dengan trofi Premier League dan Liga Champions.

Kembali ke Sean Longstaff. Pemain 25 tahun membuka keunggulan saat laga baru berjalan lima menit. Bermula dari umpan ciamik bek sayap kanan, Kieran Trippier, ia menyambutnya dengan tembakan keras dari dalam kotak penalti.

Pesona Sean berlanjut. Tak lebih dari 16 menit kemudian, ia kembali mencatatkan namanya di papan skor. Ia menuntaskan operan matang Miguel Almiron yang melakukan penetrasi dari sisi kiri pertahanan tim tamu.

Brace Sean kemudian diperkecil oleh Che Adams untuk melengkapi drama 30 menit pertama. Che sanggup memaksimalkan kesalahan umpan gelandang tuan rumah, Joseph Willock.

Tak ada lagi gol tercipta. Setelah jeda, Southampton mencoba meningkatkan serangan. Namun, upaya mereka bagai bertepuk sebelah tangan. Newcastle berhasil menjaga status mereka sebagai tim dengan lini pertahanan terbaik di Liga Inggris sejauh ini.

Sebagai tambahan, kemenangan Newcastle sedikit ternoda oleh kartu merah yang diterima gelandang bertahan Bruno Guimaraes, delapan menit sebelum waktu normal berakhir.

Pelanggaran pemain asal Brasil terhadap Samuel Edozie mulanya diganjar kartu kuning. Dari tayangan ulang, wasit Paul Tierney kemudian mengubah keputusan. Sanksi ditingkatkan ke kartu merah.

Beruntung, Bruno masih bisa tampil di final Februari nanti. Konsekuensi tak bermain di tiga pertandingan hanya berlaku di Liga Inggris.

Kinerja Eddie Howe

Pelatih Newcastle, Eddie Howe melayangkan pujian pada Sean Longstaff. Sesuatu yang sungguh pantas diterima. Ganjaran dari penampilan gemilangnya, yang tidak hanya terlihat di laga ini, tetapi hampir sepanjang musim yang sudah lewat separuh jalan.

"Ia adalah bocah lokal dan sangat mencintai klub, jadi saya senang ia akhirnya mendapat kredit dari penampilannya," tandas Howe melansir bbc.com.

Sesungguhnya tidak hanya Sean dan para pemain yang pantas mendapat pujian. Howe sendiri pun layak mendapatkannya.

Penampilan Newcastle mendadak moncer di bawah asuhannya. Kepindahannya setelah delapan tahun bersama Bournmouth untuk menggantikan Steve Bruce pada November 2021, perlahan tetapi pasti sanggup mendongkrak penampilan klub.

Peningkatan prestasi itu hampir terjadi di semua kompetisi. Tidak hanya di Piala Liga Inggris yang mengakhiri penantian 24 tahun kembali merasakan atmosfer stadion paling bersejarah, bahkan lebih dari itu terbuka peluang untuk angkat trofi di tempat paling ikonik di Inggris, bahkan dunia itu.

Di Liga Premier Inggris, mereka kini tetap bersaing di papan atas, tepatnya di posisi ketiga. Mereka baru sekali kalah dari 20 pertandingan. Itu pun terjadi di masa injury time saat menghadapi Liverpool

Dengan 39 poin, berjarak enam poin dari Manchester City dan terus berupaya memangkas jarak dengan Arsenal di urutan pertama yang sudah mendulang 50 poin.

Hal ini tidak lepas pula dari dukungan manajemen terutama setelah konsorsium Arab Saudi mengambil alih kepemimpinan Mike Ashley.

Predikat klub kaya baru langsung dibuktikan dengan prestasi. Selain dikenal dengan label mentereng itu, nasib Newcastle di lapangan pertandingan pun berubah total. Dari jurang keterpurukan saat masih berada dalam hegemoni Ashley, mereka kini bisa mengangkat muka dan tersenyum.

Keran dana yang langsung terbuka dan perkembangan positif para pemain seperti Nick Pope, Trippier, Dan Burn, Sven Botman, hingga Guimaraes, menjadi satu kesatuan yang membuat Newcastle bisa bersaing di berbagai kompetisi. Kembali angkat trofi, hingga tampil di Liga Champions Eropa tampaknya bukan lagi sekadar mimpi di siang bolong.

Para pendukung pun terus memberikan suntikan semangat. Sebagaimana terlihat di laga ini, mereka seperti tak pernah kehabisan bensin untuk bernyanyi. Bentuk dukungan sekaligus tanda kegembiraan yang kini boleh mereka rasakan.

"Saya senang untuk semua orang yang terhubung dengan klub. Itu benar-benar malam yang menegangkan. Itu adalah suasana yang hebat dan lingkungan yang brilian bagi para pemain untuk bermain," ungkap Howe.

Momen pembalasan

Seperti disinggung di awal, para penggemar dan klub tentu sudah tak sabar untuk kembali bermain di Wembley. Rentang waktu lebih dari dua dekade sungguh panjang dan melelahkan.

Kehadiran dewa penolong dalam diri pemilik baru, sang pelatih, dan pemain, membuat mereka semakin tak sabar untuk menikmati partai final.

Lebih dari itu. Motivasi mereka kian berlipat ganda karena gelar Piala Liga pertama sudah di depan mata, setelah sempat gagal pada percobaan sebelumnya, 47 tahun lalu, saat dikalahkan Manchester City 1-2 pada edisi 1975/1976.

Kembali bermain di stadion prestisius dan bersejarah untuk mengulangi pencapaian menginjak podium juara. Terjadi sangat jauh ke belakang, Menjadi jawara Piala FA musim 1954/1955 adalah gelar domestik terakhir yang berhasil direbut.

Bagaimana peluang kedua ini?

Newcastle tengah menanti lawan mereka di partai pemungkas antara Manchester United atau Nottingham Forest.

Tim yang disebutkan pertama berpeluang besar. Sebab, mereka sudah mengantongi modal tiga gol tanpa balas di leg pertama.

Ditambah lagi, laga kedua akan digelar di markas sendiri, Stadion Old Trafford, Kamis (2/2/2023) dini hari WIB. The Red Devils hanya cukup mengejar hasil imbang, atau pun kalah dengan selisih tidak lebih dari tiga gol untuk mendepak tim promosi itu.

Bila skenario ini menjadi kenyataan, maka Newcastle akan semakin terbakar semangatnya. Mereka akan menghadapi tim yang pernah membuat mereka gagal ke juara 24 tahun lalu. Momen "balas dendam" menjelang.

Kedua tim itu sudah pernah sekali bertemu musim ini, Oktober 2022. Hasilnya, sama kuat. Tanpa gol di laga itu. United mampu mendominasi pertandingan dengan penguasaan bola lebih dari 60 persen. Namun, kedua tim sama-sama mengukir dua "shots on target."

Terlepas dari siapa lawan Newcastle nanti, menggapai kembali final setelah sekian lama menanti adalah bagian dari cerita musim semi Newcastle yang tengah berlangsung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun