Skuad gemuk tuan rumah masih memiliki harapan untuk tidak menjadi penonton di kandang sendiri. Dari tak kurang 30 wakil, sebanyak 17 di antaranya sanggup bertahan hingga babak 16 besar Indonesia Masters 2023.
Untung tak bisa diraih, malang tak bisa ditolak. Pertarungan mereka yang masih bertahan untuk memperebutkan tiket perempat final di Istora Senayan, Jakarta, Rabu (26/1/2023) diwarnai beragam cerita.
Di balik sembilan tiket semifinal yang akhirnya diraih, ada dua "perang saudara" tak terhindarkan.
Di partai-partai lain, para fan pun diajak "senam jantung" dengan hasil akhir beragam. Ada yang berakhir manis. Ada pula sebaliknya.
Untungnya, Indonesia masih punya utusan di semua sektor. Malah, ada suguhan kejutan terbesar yang menutup kisah panjang dan melelahkan di hari ketiga turnamen BWF World Tour Super 500.
1. Ginting terpental dan Chico Aura tumbangkan juara dunia
Kekuatan terbaik di tunggal putra terus bertahan hingga babak kedua. Â Anthony Sinisuka Ginting, Jonatan Christie, Chico Aura Dwi Wardoyo, dan Shesar Hiren Rhustavito.
Sayangnya, empat pemain utama itu akhirnya mengalami nasib berbeda. Ginting dan Vito harus menelan pil pahit.
Ginting di luar dugaan menyerah dari Shi Yu Qi, pemain China yang tengah berjuang kembali ke jalur positif.
Ginting yang baru saja menduduki posisi dua dunia, tempat yang pernah dirasakan Shi Yu Qi pada 2019 silam, kalah straight set, 19-21 dan 16-21.
Pemain kelahiran Cimahi, Jawa Barat tampil tak sesuai harapan, tak konsisten seperti  di babak sebelumnya.
Selain terbawa pola permainan lawan, "penyakit" lama peraih medali perunggu Olimpiade Tokyo 2020 itu pun kambuh di saat-saat kritis.
Ia tak bisa menahan diri untuk bermain sabar. Akurasi pukulannya tak sebagus lawan. Berbagai kesalahan sendiri jelas memberi poin-poin gratis kepada lawan.
Kekalahan dalam pertarungan lebih dari 40 menit ini membuat Ginting makin tertinggal 1-7 dalam skor pertemuan. Ia gagal mengulangi hasil baik di pertemuan sebelumnya di babak 16 besar Kejuaraan Dunia 2022.
Dibanding dua turnamen pertama, hasil ini kurang memuaskan. Ia membuka kalender BWF World Tour di Malaysia Open dengan menjadi perempatfinalis, kalah dari Kanta Tsuneyama asal Jepang.
Selanjutnya, di India Open, langkahnya terhenti di babak semifinal. Ginting menyerah dari sang juara, pemain muda Thailand, Kunlavut Vitidsarn, 25-27, 15-21.
Berbeda dengan Ginting, Chico justru membuat para fan semringah. Pemain kelahiran Jayapura, Papua itu "meledak" saat menghadapi Loh Kean Yew.
Penampilan fenomenal pemain ranking 23 BWF itu membuat juara dunia 2021 tak berkutik.
"Pada awal pertandingan, saya mencoba mengontrol permainan lawan. Terbukti di gim pertama dan kedua bermain dengan tenang," beber runner up Spain Masters 2021 itu melansir pbsi.id.
Ya, saudara dari Ester Nurumi itu bermain agresif, penuh percaya diri, dan sungguh menikmati beradu dengan unggulan tiga dari Singapura yang pernah empat kali mengalahkannya.
Loh memang sedikit mengalami kemunduran sejak mengukir sejarah. Ia tak pernah lagi naik podium dalam 18 turnamen beruntun dan dari tujuh turnamen gagal menggapai semifinal.
Chico menemani Jojo ke babak delapan besar. Jojo masih terlalu tangguh bagi Vito yang menyerah dua gim, 16-21 dan 15-21.
Selanjutnya, mereka akan menghadapi tugas berat. Jojo bersua Lakhsya Sen yang menyingkirkan pemain muda Malaysia, Ng Tze Yong, 19-21, 21-8, dan 21-17. Sementara Chico menghadapi sesama pemain non-unggulan, Brian Yang.
Pertarungan Jojo versus Sen bakal menarik. Unggulan empat versus unggulan tujuh dengan Sen sudah memberi Jojo satu kekalahan di semifinal Badminton Asia Team Championships 2020, 18-21, 20-22.
Jojo yang kini berada di posisi tiga BWF tak boleh lengah karena pemilik ranking 12 dunia semakin berkembang hingga pernah mengalahkan Viktor Axelsen.
Begitu juga Chico sebaiknya jangan sampai kehilangan momentum. Lawannya asal Kanada tampil mengejutkan dengan menyisihkan Kenta Nishimoto dari Jepang, 21-13, 10-21, 21-18.
Dengan ranking dunia sedikit lebih baik (23 dan 30 BWF) dan "head to head" imbang 1-1, Â plus dukungan penuh pendukung di Istora, Chico seharusnya bisa melaju.
2. Minions Berakhir Pilu dan The Babies Tekuk The Daddies
Langkah Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo harus terhenti secara memilukan. Keduanya memilih mundur setelah meladeni Liu Yuchen/Ou Xuanyi dari China selama 51 menit.
Sebabnya, Marcus Gideon diterjang masalah otot perut. Sinyo merasa nyeri sejak pertengahan set pertama. Ia sudah berjuang untuk bertahan.
Pilihan terbaik adalah berhenti. Apalagi mereka sudah dalam keadaan tertinggal dari pasangan ranking lima BWF, 21-19, 8-21, dan 6-11.
Sinyo memiliki kenangan buruk dengan masalah serupa. Cedera saat berlaga di tiga turnamen Indonesia Badminton Festival 2021 di Nusa Dua, Bali.
"Saya sudah berbicara dengan Kevin mengenai hal ini di tengah jalan dan saya tidak mau memaksa," beber pemain kelahiran Jakarta, 31 tahun lalu.
Perjuangan mereka untuk kembali ke masa jaya masih menemui hambatan. Takhta ganda putra masih jauh dari jangkauan. Namun, The Minions yang kini terhempas ke urutan 18 BWF, belum akan menyerah.
"Meski tidak 100 persen, saya berharap mereka masih bisa punya motivasi kembali ke performa terbaiknya," harap sang pelatih Herry Iman Pierngadi.
Liu/Ou akan menghadapi Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto yang menghentikan Chang Ko-Chi/Po Li-Wei dari Taiwan.
Kedua pasangan sudah empat kali bertemu dengan skor sementara imbang. Hanya, Fajar/Rian yang saat ini menjadi unggulan pertama kalah di pertemuan sebelumnya di semifinal BWF World Tour Finals 2022.
Ini jadi kesempatan terbaik Fajar/Rian untuk "balas dendam" sekaligus menjaga harapan tuan rumah.
Selain Fajar/Rian, dari enam wakil, Indonesia masih bisa berharap pada dua wakil lainnya. Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana yang menghentikan pasangan China, Ren Xiang Yu/Tan Qiang, 21-14 dan 21-14. Juga Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin yang memenangi pertarungan menghadapi senior mereka, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan, 21-14 dan 21-17.
Kedua pasangan muda itu akan meladeni utusan Jepang. Bagas/Fikri menantang unggulan dua, Takurao Hoki/Yugo Kobayashi yang pernah mengalahkan mereka di babak 16 besar Malaysia Open tahun lalu.
The Babies bersua Keiichiro Matsui/Yoshinori Takeuchi yang kini berada di posisi 31 BWF.
Semoga memori jawara All England membakar semangat Bagas/Fikri. The Babies pun bisa memaksimalkan ranking dunia yang lebih tinggi (17 vs 31) dan kemenangan atas The Daddies untuk menciptakan "all Indonesian semifinal."
3. Putri KW ditaklukkan An Se-young dan Jorji kembali bungkam He Bing JiaoÂ
Hasil berbeda dipetik dua tunggal putri. Putri KW belum mampu berbicara lebih jauh. Perjalannya berakhir di hadapan An Se-young.
Patut diakui, meski sama-sama berusia 20 tahun, level kualitas dan pengalaman bak langit dan bumi. AN Se-young sudah lebih matang sebagaimana tercermin dari prestasi dan ranking dunia saat ini.
Meski demikian, di balik kekalahan 21-18, 7-21, 10-21 yang membuat skor perjumpaan menjauh 0-4, Putri KW sudah berjuang sekuat-kuatnya. Polisi wanita itu malah bisa memaksa juara India Open yang kini berada di posisi dua dunia bermain tiga gim.
Kekecewaan atas hasil Putri KW bisa diobati Gregoria Mariska Tunjung. Jorji bisa meredam He Bing Jiao dengan penampilan apik. Smes terarah, penempatan bola akurat, cerdik memanfaatkan situasi, plus banyaknya kesalahan lawan membuatnya bisa menang dua gim, 21-19, 21-17 atas juara French Open 2022 itu.
Jorji pun "back-to-back" menang setelah sebelumnya di babak 32 besar Malaysia Open 2023 dan membuat skor pertemuan kini tipis, 2-3.
Pemain kelahiran Wonogiri itu masih akan menghadapi wakil Negeri Tirai Bambu. Adalah Han Yue  yang membekuk wakil India, Saina Nehwal, 21-15, 21-7.
Jorji harus bisa tampil taktis dan cerdas. Mengelola kemampuan dan memaksimalkan peluang. Jangan sampai kehabisan bensin. Peluang menang atas unggulan delapan cukup terbuka. Dalam empat pertemuan terakhir, keduanya berbagi kemenangan.
4. Â Apri/Fadia menantang jagoan Thailand
Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti jadi wakil semata wayang ganda putri setelah Lanny Tria Mayasari/Ribka Sugiarto tak berhasil melewati hadangan pasangan India yang belum punya ranking dunia, Tanisha Crasto/Ashwini Ponnappa lewat pertarungan dramatis, 21-19, 18-21, dan 21-23.
Apri/Fadia jungkalkan wakil Taiwan, Hu Ling Fang/Lin Xiao Min, 22-20, 21-16. Peraih medali emas SEA Games 2021 dan runner-up tahun lalu, akan menghadapi jagoan Thailand, Jongkolphan Kititharakul/Rawinda Prajongjai.
Jongkolpha/ Prajongjai tak terlalu bekerja keras saat menyingkirkan wakil Amerika Serikat, Francesca Corbett/Allison Lee dalam dua set, 21-10, 21-9.
Pertemuan ini akan menjadi ulangan perempat final SEA Games 2021. Saat itu Apri/Fadia menang straight set, 21-15 dan 22-20.
"Nantinya kami akan melihat video review sebelum menghadapi mereka untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan masing-masing. Kami harus bisa memanfaatkan kekurangan mereka," ungkap Apriyani.
Apri/Fadia tak boleh terjebak pada kemenangan masa lalu dan ranking dunia yang lebih baik. Status ini justru bisa menambah semangat pasangan ranking delapan BWF untuk menyakiti Apri/Fadia di hadapan publik sendiri. Jangan sampai itu terjadi, Apri/Fadia!
5. Jafar/Aisyah tumbangkan unggulan dua Malaysia dan Rinov/Pitha antiklimaks
Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari, Dejan Ferdiansyah/Gloria Emanuelle Widjaja, dan Jafar Hidayatullah/Aishyah Salsabila Putri Permana tak lagi kompak ke babak perempat final.
Pasangan yang disebutkan pertama menelan pil pahit. Unggulan tujuh itu tampil antiklimaks saat menghadapi pasangan baru hasil bongkar, Feng Yan Zhe/Huang Dong Ping. Rinov/Pitha tumbang menyakitkan, 21-16 dan 21-8 dari pasangan China yang masih merangkak dari posisi 42 BWF.
Sebaliknya, hasil menggembirakan justru ditorehkan pasangan muda dan non-pelatnas. Dejan/Gloria memenangkan pertarungan rubber game, 19-21, 21-12, dan 12-21 atas Lee Chun Hei Reginald/Ng Tsz Yau asal Hong Kong.
Kemenangan kedua dalam dua pertemuan mengantar pasangan yang tengah berjuang dari luar Cipayung itu bersua Yuki Kaneko/Misaki Matsutomo.
Dejan/Gloria punya modal bagus. Dengan ranking dunia teranyar yang berbeda tipis, pasangan yang meraih empat gelar tahun lalu, juga mampu memenangi pertemuan pertama di perempat final Australia Open 2022, 20-22, 21-19, dan 21-17.
Pasangan ini makin solid. Keduanya saling mengisi meski usia mereka terpaut jauh.
Perjuangan wakil tuan rumah akhirnya ditutup dengan spektakuler. Jafar/Aishyah yang baru dipasangkan tahun lalu menandai debut di turnamen terbesar dalam karier mereka dengan kejutan berikut.
Sama-sama berusia 20 tahun, keduanya bisa menghentikan unggulan dua dari Malaysia Tan Kian Meng/Lai Pei Jing, 21-15, 7-21, dan 21-14.
Mungkin tidak banyak yang menjagokan mereka mengingat Tan/Lai punya jam terbang di level elite. Namun, pasangan nomor 82 BWF itu kembali membuktikan. Ranking dunia tak sepenuhnya jadi jaminan.
Kemenangan ini menjadi sejarah tersendiri bagi mereka. Sekaligus amunisi yang mempertebal motivasi menghadapi "pembunuh" Rinov/Pitha. Jafar/Aisyah punya peluang untuk membuat kejutan besar berikutnya.
Terima kasih Jafar/Aisyah sudah memberi "happy ending" di hari ketiga, melengkapi  sembilan wakil yang akan bertarung memperebutkan tiket semifinal, Jumat (27/1/2023).
Semoga pekik eaa..eaa...eaa dari pinggir lapangan bukan menjadi cerita cinta yang bertepuk sebelah tangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H