"Saya akui, Viktor memang jauh lebih baik. Untuk bisa mendapatkan satu poin saja, sangat susah. Hari ini dia memang tampil terbaik."
Begitu komentar Jonatan Christie, melansir PBSI, usai menghadapi Viktor Axelsen di babak semifinal India Open 2023.
Pemain kelahiran Jakarta itu menyerah dua gim, 21-6 dan 21-12 pada pertandingan yang digelar di KD Jadhav Indoor Hall, New Delhi, Sabtu (21/1/2023) malam WIB.
Dari skor akhir terlihat jelas, Viggo, begitu jagoan Denmark itu disapa, begitu perkasa. Unggulan pertama itu bisa mendikte pertandingan.
Sangat sulit bagi Jojo untuk mendapat poin. Tak heran sejak awal pertandingan, pemain 25 tahun itu selalu dalam tekanan.
Akurasi pukulan, agresivitas, hingga pertahanan Axelsen begitu superior. Jojo yang harus melewatkan pertandingan melelahkan menghadapi Chou Tien Chen di babak sebelumnya begitu kerepotan.
Viggo memimpin dengan skor mencolok. Ia bisa menjaga keunggulan, mulai dari 5-2, 11-4, hingga 13-5.
Viggo tak memberi banyak kesempatan bagi Jojo untuk menambah poin. Jojo hanya mendapat satu angka sebelum Viggo menutup set pertama, 21-6.
Pemandangan nyaris identik terjadi di set kedua. Jojo kehilangan empat poin pertama. Ia sempat mendapat beberapa poin sebelum Viggo menutup interval gim dalam kedudukan 11-7.
Viktor sama sekali tak goyah. Ia begitu matang. Hampir dalam semua sisi. Sedangkan Jojo harus ngos-ngosan mengejar selisih poin yang cukup jauh.
Beberapa kesalahan sendiri yang dilakukan Jojo semakin menguntungkan Axelsen. Sedikit lebih baik dari set pembuka, Jojo mampu merebut 12 poin dalam pertandingan yang dimenangi Axelsen dengan skor akhir 21-6 dan 21-12.
Bagi Jojo, kekalahan ini menghentikan langkahnya ke babak final. Jojo tak mampu meraih hasil lebih baik dibanding kompatriotnya Anthony Sinisuka Ginting yang terjungkal lebih awal saat menghadapi pemain muda Thailand, Kunlavut Vitidsarn.
Ginting sebenarnya berada dalam situasi yang lebih bagus, baik sebelum maupun di awal pertandingan. Ia selalu memimpin sebelum lawannya mengejar dan berbalik memimpin. Pemandangan yang terlihat di kedua set. Hal ini jelas disebabkan oleh Ginting sendiri.
Pemain yang akan naik ke posisi dua BWF, tepat di belakang Axelsen, pekan depan, tidak mampu menekan "unforced error" ke titik terendah. Sebaliknya, pemuda Thailand yang karib disapa View itu menunjukkan semangat juang yang tinggi dan menerapkan strategi jitu di balik penampilan Ginting yang jauh dari memuaskan.
View lebih sabar, ulet, dan gigih. Beberapa trik servisnya mampu mengecoh Ginting. Ginting yang mudah kehilangan konsentrasi akhirnya semakin tertekan hingga pada akhirnya menyerah dua gim, 25-27 dan 15-21.
Kekalahan Ginting yang membuat para penggemarnya kecewa. Tidak seharusnya ia mengakhiri kiprahnya di turnamen BWF World Tour Super 750 dengan permainan seperti ini. Kambuhnya "penyakit" yang membuat Indonesia menjadi penonton di partai final dan Ginting berbalik tertinggal 2-3 dalam "head to head."
Semoga Ginting bisa bangkit. Istora, Senayan, menanti Ginting kembali ke performa terbaik yang konsisten!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H