Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Tangis Siti Fadia dan Keteladanan Apriyani Rahayu Mewarnai Akhir Tragis Sang Juara Bertahan

15 Januari 2023   00:35 Diperbarui: 15 Januari 2023   08:41 757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Apriyani Rahayu memberikan bantuan kepada Siti Fadia yang mengalami cedera di semifinal Malaysia Open 2023| Dok PBSI via bolasport.com

Ia memberikan pelukan hangat. Mendekap erat dengan patah kata menenangkan. Tidak hanya itu. Ia membuka tali sepatu, kaus kaki, dan perban di kaki. Ia ingin memberikan rasa nyaman sambil berusaha memastikan kondisinya.

Itulah yang dilakukan Apriyani Rahayu pada Siti Fadia Silva Ramadhanti. Keduanya menunjukkan pemandangan yang mengharukan di semifinal Malaysia Open 2023 yang berlangsung di Lapangan 1 Axiata Arena, Kuala Lumpur, Minggu (15/1/2023) siang WIB.

Fadia tak kuasa menahan air mata untuk rasa sakit di pergelangan kaki kanan. Bisa juga menumpahkan kesedihan karena perjuangan mereka harus berakhir secara tragis. Mimpi mempertahankan gelar pun sirna.

Tragedi saat menghadapi Chen Qing Chen/Jia Yi Fan untuk merebut tiket ke partai pamungkas turnamen BWF World Tour Super 1000 itu.

Sesungguhnya publik ingin melihat pertarungan antara kedua pasangan yang empat kali bertemu tahun 2022 lalu dengan tiga di antaranya menjadi milik Chen/Jia.

Apri/Fadia tentu ingin memperbaiki catatan usai ditaklukkan di penyisihan grup BWF World Tour Finals 2022 sehingga bisa memperkecil ketertinggalan. Mengandaskan sejumlah unggulan sejak pertandingan pertama adalah alarm yang jelas tidak bisa diabaikan Chen/Jia.

Patut diakui, kiprah Apri/Fadia sudah mencuri perhatian. Debut tahun lalu begitu cemerlang dan kini mereka sudah berada di jajaran elite dunia. Berdasarkan prediksi, pekan berikutnya posisi mereka akan terdongkrak ke urutan kelima, naik enam tingkat dari posisi saat ini.

Sayangnya, tidak ada skenario "balas dendam". Chen/Jia melenggang ke final dengan mudah.

Momen yang mengandung bawang itu terjadi di awal gim kedua. Apri/Fadia tertinggal cukup telak di gim pertama, 21-9 dan berusaha bangkit. Sayangnya, dalam upaya mengejar ketertinggalan 0-2 dari unggulan pertama itu Fadia salah mendarat saat mengambil bola di sisi belakang bidang permainan.

Kesalahan yang membuatnya tak bisa berbuat banyak selain menghentikan pertarungan. Dengan mata sembab, Fadia pun dibawa meninggalkan lapangan dengan menggunakan kursi roda.

Otomatis pasangan China itu berhak ke final menghadapi Baek Ha Na/Lee Yu Lim dari Korea Selatan yang menghentikan unggulan tujuh dari China Zhang Shu Xian/Zheng Yu, 21-17 dan 23-21.

Hasil lengkap semifinal Malaysia Open 2023: tournamentsoftware.com
Hasil lengkap semifinal Malaysia Open 2023: tournamentsoftware.com

Lebih dari sekadar partner

Kita tentu bersimpati pada Fadia, pemain bertalenta kelahiran Jonggol, 22 tahun silam. Dari informasi yang dirilis pihak PBSI, dipastikan Fadia mengalami "strain ligament" atau regangan atau robekan pada pergelangan kaki kanan.

Dari keterangan dr Vetinly Tan, tim medis PBSI, panitia pertandingan (dokter BWF dan panpel) langsung bergerak cepat menangani cedera Fadia. Hanya saja, pihaknya belum bisa memastikan seberapa parah cedera Fadia.

"Cuma untuk memastikan bagaimana parah cedera Fadia, akan segera dilakukan MRI (Magnetic resonance Imaging) di Jakarta," sambung Vetinly.

Sudah tepat Apri/Fadia menarik diri. Keputusan bijak untuk menghindari risiko yang lebih berbahaya. Selanjutnya, kita berharap Fadia tidak mengalami masalah serius sehingga bisa segera pulih.

Kita tentu tidak mengharapkan juara bertahan itu mengakhiri kompetisi dengan cara seperti ini. Penampilan mereka sedang beranjak naik setelah sempat kesulitan di empat turnamen terakhir penutup tahun.

Nasib sial itu sudah menjadi takdir yang tak bisa dikompromi. Pemilik dua gelar tahun lalu (Malaysia Open 2022 dan Singapore Open 2022) kembali diuji setelah sebelumnya Apri pernah berada dalam situasi tersebut.

Bila kita membuka kembali lembaran sejarah pasangan ini, sejak Fadia ditunjuk sebagai partner Apri pada Desember 2021, keduanya harus menunda beberapa waktu untuk memainkan pertandingan pertama.

Rencana semula di Jerman Open, awal Maret 2021 tak terlaksana. Cedera betis kanan yang dialami Apri tak juga pulih sesuai rencana. Fadia pun sempat mengalami pukulan tersendiri.

Fadia sampai bertanya diri hingga meragukan dirinya apakah menjadi pilihan yang tepat bagi Apriyani. Fase menunggu itu adalah periode berat yang pernah dijalani Fadia.

Mereka akhirnya melantai bersama di ajang multievent tingkat Asia Tenggara yang berlangsung di Vietnam, 16-22 Mei 2022.

Hasilnya sungguh memukau. Kegagalan di nomor beregu mereka tebus di sektor perorangan dengan keluar sebagai juara. Medali emas itu adalah titik mula dari perjalanan mereka dengan grafik penampilan yang langsung meningkat pesat.

Dalam perjalanan itu, peran Apriyani Rahayu tidak bisa diremehkan. Ia benar-benar melanjutkan estafet dari seniornya Greysia Polii untuk bertugas mengangkat Fadia. Pendekatan di lapangan dan di luar lapangan hingga membentuk kedekatan personal yang sangat positif.

Keduanya saling melengkapi. Berpadu menjadi pasangan yang solid. Melihat mereka bermain kita tidak hanya melihat kekuatan, keuletan, tetapi juga skill dan mental yang kokoh. Berbagai unsur itu terlihat semakin kuat dari waktu ke waktu.

Berbagai pasangan top dunia sudah mereka jungkalkan. Chen/Jia, Nami/Chiharu, Jeong/Kim, Zhang/Zheng, Jongkolphan/Rawinda, Tan/Thinaah, Kim/Kong, Mayu/Wakana, hingga Lee/Shin.

Hal itu jelas menunjukkan seperti apa level permainan mereka yang berkembang begitu cepat. Tidak terlalu mengherankan bila kini mereka sudah menembus top 5.

Pencapaian yang tidak bisa tidak melahirkan rasa kagum. Apri yang berusia 24 tahun dengan kerja kerasnya mendongkrak Fadia untuk sama-sama menempatkan diri dalam jajaran elite dunia. Dalam waktu yang sangat singkat. Di usia yang masih muda.

Sekali lagi, sepak terjangan pasangan yang berbeda dua tahun ini sungguh menginspirasi. Mulai dari melewati periode sulit untuk berganti pasangan. Dibekap cedera di saat sedang "on fire." Hingga perjuangan "single fighter" memikul beban sektor ganda putri lantaran pasangan lainnya masih berjuang tertatih-tatih.

Keduanya dengan jelas menunjukkan formula sukses sebagai pasangan. Harus bisa menjadi lebih dari sekadar partner.

Kans Fajar/Rian 

Pil pahit juga ditelan pasangan ganda campuran Dejan Ferdinansyah/Gloria Emanuelle Widjaja.

Pasangan yang baru pertama mencicipi pengalaman di level teratas harus menghadapi ujian berat, unggulan pertama yang sudah malang melintang dengan sederet prestasi, Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong.

Dejan/Gloria sudah berusaha maksimal. Mereka pun menunjukkan bukan sebagai pendatang baru yang mudah dikalahkan.

Perjuangan keduanya pun berakhir dengan kekalahan dua gim, 16-21 dan 18-21.

Indonesia kini berharap pada Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto. Unggulan tiga ini ke partai puncak usai menyingkirkan Kang Min Hyuk/Seo Seung Jae.

Kemenangan dua gim, 21-18 dan 21-17 itu sekaligus menuntaskan sejumlah misi. Pembalasan atas kekalahan Hendra/Ahsan di babak sebelumnya di satu sisi. Di sisi berbeda "balas dendam" atas kekalahan di final Korea Open 2022.

Satu tangga terakhir bagi pasangan nomor satu dunia untuk mengakhiri penantian menjadi juara di turnamen Super 1000, melengkapi berbagai pencapaian fenomenal di tahun sebelumnya.

Fajar/Rian akan menghadapi Liang Wei Keng/Wang Chang, pasangan China berperingkat 17 BWF.

Fajar/Rian tetap patut waspada. Lawannya sedang "on fire" pula sebagaimana ditunjukkan saat membekuk unggulan tujuh dari India di semifinal, Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty, 16-21, 21-11 dan 15-21.

Selain itu, Liang/Wang mampu mengimbangi Fajar/Rian secara "head to head." Dua pertemuan di antara mereka sama kuat. Malah, pertemuan sebelumnya di perempat final Japan Open 2022 menjadi milik Liang/Wang dengan kemenangan rubber game, 18-21, 21-19, dan 16-21.

Apakah Fajar/Rian bisa menuntaskan pekerjaan rumah terakhir untuk membuka tahun baru dengan gelar juara?

Saya yakin dengan segenap sumber daya, pengalaman, dan tren bagus, Fajar/Rian sanggup menggapai klimaks.

Semoga!

Jadwal final Malaysia Open 2023, Minggu (16/1/2023): tournamentsoftware.com
Jadwal final Malaysia Open 2023, Minggu (16/1/2023): tournamentsoftware.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun