Pertama, dari sisi peluang, kita tetap bisa berharap banyak. Banyak faktor yang membuat para penggemar bisa menaruh kepercayaan pada armada racikan Shin Tae-yong (STY).
Pelatih asal Korea Selatan itu bisa menjadi salah satu faktor kunci, sebagaimana prestasi yang sudah ia torehkan di berbagai kelompok umur yang membuat kita bisa menyunggingkan senyum.
Namun, untuk menjadi juara, tidak cukup mengandalkan STY. Dia adalah salah satu, tetapi bukan satu-satunya penentu.
STY bisa belajar dari penampilan Indonesia pada edisi sebelumnya. Sudah berada di ambang juara tetapi tetap belum sanggup menggapai klimaks. Thailand masih menjadi raksasa yang sulit ditumbangkan.
STY perlu mencari formula dan strategi yang tepat untuk bersaing sejak fase grup hingga babak semifinal yang bakal diisi tim-tim unggulan.
Kedua, dari sisi materi pemain Indonesia patut diperhitungkan. Memang agak mengejutkan tidak ada nama pemain naturalisasi Sandy Walsh dalam daftar. Begitu juga tanpa tembok pertahanan bernama Elkan Baggott plus tiga nama lainnya yakni Muhammad Ferarri, Muhammad Dzaky, dan Andy Setyo.
Mereka tereliminasi karena sejumlah alasan. Dari 28 pemain yang menjalani pemusatan latihan serentak seleksi di Bali selama tig pekan, STY harus memutuskan 23 nama yang akan didaftarkan ke penyelenggara.
Tanpa mereka, kekuatan Indonesia jelas akan bertumpu pada nama-nama terpilih. Pemilihan 23 pemain jelas dengan pertimbangan tersendiri.
Kita masih bisa menemukan sederet nama pemain yang sudah punya pengalaman bermain di mancanegara. Witan Sulaeman dan Egy Maulana Vikri yang menjadi harapan di lini depan. Berikut Saddil Ramdani dan Pratama Arhan.
Selain itu ada pemain naturalisasi lainnya yang bisa diandalkan seperti Jordi Amat, gelandang senior Marck Klok, dan striker Ilija Spasojevic.