Tapi itulah kenyataan yang harus diterima. Ketika negara mungil berbentuk bulan sabit di Balkan itu sudah bisa berbicara banyak di panggung dunia, masih banyak negara yang memiliki potensi sumber daya manusia jauh lebih memadai masih sekadar menjadi pengamat dan penonton.
Kroasia sudah tampil di enam edisi Piala Dunia. Dalam waktu singkat sejak memerdekakan diri, mereka sudah bisa mengguncang dunia. Prestasi terbaik adalah runner-up Piala Dunia 2018.
Setelah mencapai final edisi sebelumnya di Rusia, Kroasia masih tetap bisa bersaing dengan sebagian besar kekuatan "generasi emas." Nyaris ke final lagi. Meski gagagal, mereka masih bisa merebut medali perunggu dari Maroko.
Kroasia sudah mengumpulkan satu perak dan dua perunggu. Perunggu sebelumnya didapat pada edisi 1998 di Prancis, menumbangkan Belanda 2-1.
Kroasia kemudian semakin menegaskan dominasi negara Eropa di Piala Dunia. Dalam sejarah perebutan tempat ketiga, hampir seluruhnya jatuh ke tangan wakil Benua Biru.
Kroasia memastikan wakil UEFA sudah 17 kali dari 20 kesempatan tidak pernah kehilangan tempat ketiga. Hanya dua negara dari Amerika Selatan yang mampu merusak dominasi mutlak Eropa yakni ketika Brasil merebutnya pada 1938 dan 1978 dan Chila melakukannya pada 1962.
Kekuatan mimpi
Kita tentu tidak bisa melupakan Maroko. Singa Atlas yang sudah menunjukkan tajinya melalui permainan aktif dan atraktif dengan begitu banyak kisah dari pinggir lapangan.
Posisi ketiga belum menjadi milik mereka. Tetapi mereka sudah menorehkan tinta emas bagi sepak bola Afrika. Akhirnya dari kawasan itu bisa mengutus wakil lebih jauh dari perempat final seperti pernah diukir negara-negara langganan yang kualitas sepak bolanya sudah dikenal dunia yakni Senegal (2002), Kamerun (1990), dan Ghana (2010).
Prestasi Maroko ini tentu menjadi tonggak baru bagi sepak bola di negara itu khususnya dan di Afrika umumnya. Para pemain Maroko menjadi buah bibir dan berada dalam incaran para pencari bakat dari Eropa.
Selanjutnya, negara dan kawasan itu bakal semakin terpacu untuk bisa terbang lebih tinggi. Bukan tidak mungkin, Maroko dan negara-negara Afrika lainnya akan termotivasi melakukannya di Amerika Utara, empat tahun mendatang.