Itu adalah uang. Faktor finansial yang membuat FIFA dan negara peserta sangat sulit berkata tidak.
FIFA tetap kebagian fulus dari satu laga ini yang didapat dari hak siar dan sponsor yang angkanya tidak sedikit. Paket siaran dan sponshorship sudah diteken jauh-jauh hari, tidak terkecuali melibatkan pertandingan ini.
Begitu juga bagi peserta. Pemenang tempat ketiga akan membawa pulang sekitar 27 juta USD (Rp 423 miliar) dan 25 juta USD (Rp 392 miliar) bagi posisi keempat.
Jumlah tersebut memang lebih sedikit dibanding dua finalis. Sang juara akan diguyur bonus 42 juta USD (Rp 659 miliar) dan 30 juta USD (Rp 470 miliar) untuk runner-up.
Namun, angkanya lebih tinggi dibanding tim peringkat kelima hingga kedelapan yang kebagian 17 juta USD (Rp 266 miliar).
Pengeluaran FIFA untuk hadiah memang begitu jor-joran. Terus mengalami peningkatan dari edisi sebelumnya. Ada lonjakan 50 juta USD sejak Piala Dunia 2014.
Hal ini tentu tidak lepas dari pendapatan yang diraup. Sebuah potret lumrah dari industri sepak bola masa kini yang bergelimang uang.
Meski tidak sedikit suara kontra yang keberatan dan menentang pertandingan antara dua tim pesakitan, rupanya godaan uang masih terlalu kuat sehingga FIFA bakal bergeming setidaknya hingga edisi berikutnya, 2026 di Amerika Utara.
Bagi Anda, adakah alasan lain yang membuat duel Maroko kontra Kroasia tetap layak ditonton?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI