Air mata yang dihasilkan kelenjar lakrimal yang terletak di kelopak mata bagian atas adalah bentuk ekspresi yang paling sering dipakai. Wujud luapan emosi seseorang karena sebab tertentu.
Air mata itu, sebagaimana bentuk emosi, bisa berbeda-beda. Air mata tidak semata-mata berarti kesedihan. Air mata juga mengandung arti positif. Bahagia.
Pemandangan kontras yang tergambar dari air mata yang sama mengemuka di dua lokasi berbeda yang mempertandingkan dua laga pamungkas Grup H Piala Dunia 2022.
Education City Stadium, Al Rayyan, tempat Korea Selatan dan Portugal bertarung. Sementara Uruguay dan Ghana bertempur di Al Janoub Stadium.
Di tempat yang disebutkan pertama, para pemain Korea Selatan menangis bahagia. Di sisi berbeda, para pemain Uruguay tersedu-sedu untuk berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi.
Kemenangan Kesatria Taeguk 2-1 atas Portugal lebih dari cukup mengantar mereka ke babak 16 besar. Kelolosan ini terjadi secara dramatis, sebab gol penentu kemenangan wakil Asia itu baru tersaji di injury time.
Portugal yang mengandalkan para pemain cadangan membuka keunggulan saat laga baru berjalan lima menit melalui Ricardo Horta. Korea Selatan yang dimotori sang kapten bertopeng, Son Heung-min terus menekan sehingga berhasil menyamakan kedudukan di menit ke-27. Kim Young-gwon sukses memaksimalkan peluang dari sepak pojok.
Laga hampir saja berakhir imbang. Hasil yang dengan sendirinya menguburkan mimpi Korea Selatan lantaran di pertandingan lain Uruguay sukses menjaga keunggulan dua gol tanpa balas atas Ghana.
Ternyata, semangat juang armada Paulo Bento tak juga padam. Spirit mereka justru kian bernyala-nyala. Mereka bertarung untuk memaksimalkan setiap peluang, sekecil apa pun.
Itu terbukti mujarab. Berawal dari skema serangan balik cepat, Hwang Hee-chan sukses menaklukkan Diogo Costa untuk memberi gol kemenangan bagi Korea Selatan.
Usai laga, kubu Korea Selatan larut dalam kegembiraan. Namun, langkah mereka ke 16 besar belum terjamin. Para pemain mengitari tengah lapangan untuk menyaksikan laga Uruguay versus Ghana yang berakhir lebih kemudian. Begitu juga dengan ribun penggemar di tribun stadion.
Dengan penuh harap, mereka menantikan akhir cerita. Uruguay sedang dalam posisi memimpin. Sudah sejak sebelum babak pertama berakhir La Celeste memimpin dua gol tanpa kebobolan. Kedua gol itu diborong Giorgian de Arrascaeta, menit ke-26 dan 32.
Pihak Korea Selatan tentu berharap pada Ghana. Wakil Afrika itu tidak sampai kebobolan lagi. Dengan cukup kemasukan dua gol, mereka sudah memberi jalan pada Korea Selatan.
Sebaliknya, Uruguay butuh minimal satu gol lagi untuk mengandaskan langkah Taeguk Warriors.
Ternyata, harapan Korea Selatan yang berpelukan dengan kenyataan di lapangan. Utusan CONMEBOL itu tak mampu mencetak gol ketiga.
Dalam situasi seperti itu, baik Uruguay maupun Korea Selatan mengoleksi poin identik. 4. Hasil sekali menang dan sekali imbang.
Penentu pendamping Portugal-yang sudah dipastikan ke fase knock out dan kekalahan itu tidak mengubah status mereka sebagai juara grup dengan enam poin-harus mengacu pada regulasi.
Penentuan posisi di klasemen bila ada dua tim atau lebih memiliki poin serupa adalah menggunakan parameter berikut secara berurutan. (1) selisih gol grup secara keseluruhan, (2) gol yang dicetak, (3) hasil head to head, (4) selisih gol pada semua pertandingan tim yang poinnya sama, (5)gol yang dicetak pada semua pertandingan tim yang poinnya sama, (6) poin fair play, dan (7) undian.
Portugal dan Uruguay mengemas poin yang sama yakni 4. Selisih gol mereka pun sama-sama 0. Dari sisi jumlah gol Korea Selatan mencetak 4 gol dan kebobolan 4 gol.
Uruguay hanya mampu mencetak 2 gol dan jumlah yang sama pula bola masuk ke gawang mereka. Mengacu pada aturan nomor 2, Korea Selatan lebih positif karena mencetak lebih banyak gol (4) dibanding Uruguay (2).
Tangis Suarez
Salah satu pemain Uruguay yang tak kuasa menahan sedih adalah Luis Suarez. Pemain gaek yang menjadikan Qatar sebagai panggung terakhirnya. Begitu juga dengan empat pemain senior lain yang masih dipercaya Diego Alonso yakni Edinson Cavani, Fernando Muslera, Sebastian Sosa, dan Diego Godin.
Pertemuan Uruguay dan Ghana adalah yang kedua kalinya. Bedanya, pertemuan sebelumnya terjadi di babak perempat final Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan.
Saat itu, Suarez menjadi buah bibir. Ia adalah pahlawan kemenangan bagi Uruguay serentak sosok paling dibenci Ghana. Ia adalah aktor yang meloloskan Uruguay dan menyebabkan satu-satunya harapan Afrika yang masih tersisa itu harus tersingkir secara tragis.
Dendam Ghana itu pun masih terbawa hingga 12 tahun setelah itu. Kenangan Ghana pada Suarez masih begitu membekas. Ada sumpah serapah yang keluar dari mulut penggemar Ghana di Qatar setiap kali Suarez mendekati pinggir lapangan.
Uruguay sebenarnya sudah di ambang kelolosan ketika mereka mampu mengamankan keunggulan dua gol sejak paruh pertama dan Portugal mampu mengimbangi Korea Selatan. Bila hasil akhir terjadi demikian, maka Uruguay akan lolos sebagai runner-up, mendampingi Portugal.
Sayangnya, skenario tersebut hanya ada dalam angan-angan meski wasit memberi tujuh menit waktu tambahan. Korea Selatan berhasil mencetak satu gol lagi jelang bubaran.
Uruguay pun tak juga mampu meyakinkan sang pengadil pertandingan untuk mendapat hadiah penalti dari dugaan pelanggaran pemain Ghana pada Cavani di kotak terlarang. Momen itu terjadi di ujung laga. Wasit bergeming. Kubu Uruguay frsutrasi kemudian meluapkan kekecewaan pada ofisial pertandingan setelah itu.
"Orang-orang FIFA dan komite wasit harus menjelaskan tentang apa yang mendasari keputusan mereka tidak memberi penalti untuk kami. Kami seharusnya mendapat dua penalti hari ini," protes Suarez melansir dari Goal.
Berbeda dengan kubu Uruguay, pihak Korea Selatan setelah memastikan skor Uruguay versus Ghana tak lagi berubah, mereka benar-benar jatuh dalam kegembiraan paripurna.
Mereka bergembira atas perjuangan yang baru saja dilalui. Sebuah perjuangan heroik untuk bangkit dari ketertinggalan, lalu menyamakan kedudukan, dan mencuri gol kemenangan.
Tumpuan Korea Selatan yakni Son berhasil menjadi motor penggerak dan inspirasi. Ia terus menerus menyemangati para pemain dan memprovokasi para penggemar agar tak boleh kehilangan harapan.
Umpan bintang Tottenham Hotspur kepada pentolan Wolverhampton Wanderers, Hwang di menit akhir akhirnya mengubah ketidakmustahilan itu menjadi pesta kemenangan. Menjadikan awal yang sulit berakhir bahagia.
Para penggemar Ghana memang menyesali langkah tim kesayangannya tak bisa seperti edisi terbaik pada lebih dari satu dekade lalu.
Namun, mereka terlihat tak kehilangan kegembiraan. Sebab, target mereka untuk "balas dendam" pada Uruguay tercapai. Walau dengan hanya tidak kemasukan lebih dari dua gol. Fan Ghana bersorak di atas banjir air mata Suarez dan kawan-kawan.
Qatar benar-benar menjadi mata air mata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H