Dibanding tahun-tahun sebelumnya, tahun ini Jorji dua kali menginjak babak perempat final masing-masing di Japan Open World Tour Super 750 dan Singapore Open World Tour Super 500, dua kali pula menjadi semifinalis (Malaysia Masters World Tour Super 500 dan HYLO Open World Tour Super 300), serta sekali naik ke podium meski sebagai runner-up.
Pencapaian terbaik yang disebutkan terakhir itu terjadi di Australia setelah di partai final takluk dari bintang muda Korea Selatan, An Se-yeong. Jorji menyerah straight set, 17-21 dan 9-21.
Pertandingan final di Quay Centre, Sydney Olympic Park, Sydney, Australia, 20 November lalu memang tidak memuaskan bagi Jorji. Sesungguhnya ia ingin mengakhiri paceklik gelar.
Hanya saja, Jorji harus mafhum dan sadar diri. Tenaganya tidak lagi mendukung. Fisiknya tak bisa mengimbangi semangat dan ambisi. Ia sudah kehabisan bensin setelah tampil habis-habisan di babak-babak sebelumnya, dengan beberapa dari antaranya harus mengejar ketertinggalan.
Jorji sempat mengimbangi An Se-yeong di awal gim pertama. Namun, seiring fisik yang menurun, fokusnya pun berkurang. Jorji pun kerap melakukan kesalahan sendiri sehingga membuat An Se-young bisa melaju mulus ke podium juara.
Jorji menjalani empat turnamen beruntun sejak tiga tur Eropa yakni Denmark, Prancis, dan Jerman lalu dengan waktu istirahat tak sampai seminggu harus terbang ke Negeri Kanguru, tempat turnamen berhadiah total 180 ribu USD itu digelar.
Perjuangan panjang yang jelas sungguh melelahkan. Kini, Jorji tak punya banyak waktu sebelum terbang ke Bangkok.
Persiapan Jorji sungguh mepet. Tidak seperti para kontestan lain yang memiliki waktu istirahat lebih lama atau punya jeda antarturnamen yang cukup untuk menggapai kembali kebugaran.
"Waktu persiapan memang mepet. Saya hanya punya waktu kurang dari dua minggu untuk latihan, tetapi saya akan memanfaatkan kesempatan dan waktu sebaik mungkin. Untuk target, pastinya mau yang terbaik di sini," aku Jorji melansir detik.com.
Lantas bagaimana kans Jorji dalam debutnya di World Tour Finals 2022?