Tidak hanya itu. Iran sebenarnya sedang mengalami banyak masalah. Sebagaimana tercermin dalam seruan agar Iran ditendang dari Piala Dunia menyusul kabar dukungan Iran terhadap invasi Rusia ke Ukraina. Lalu soal hak asasi manusia terutama kepada kaum wanita adalah beberapa contoh.
Pemain berusia 32 tahun itu tegas mengumandangkan kepada dunia bahw rakyat di negaranya sedang tertindas. Mereka tengah berada dalam situasi yang tidak membahagiakan.
"Kita harus menerima bahwa kondisi di negara kita tidak benar dan rakyat kita tidak bahagia," tegasnya seperti dilansir dari bbc.com.
Pernyataan Ehsan dengan sendirinya menggambarkan bahwa apa yang dilakukan otoritas Iran tidak lain dari sebuah upaya represif. Pemandangan yang bisa kita konfirmasi melalui pemberitaan luas.
Ia pun mengirim simpati dan dukungan kepada rakyat Iran yang telah dan sedang menjadi korban.
"Mereka harus tahu bahwa kami bersama mereka, kami mendukung mereka dan kami bersimpati dengan mereka."
Memang bukan rahasia lagi, momen besar seperti ini menjadi kesempatan terbaik untuk menarik atensi dunia.
Para pemain paham bagaimana memanfaatkan momentum, sebagaimana sering terjadi selama ini. Ya, sepak bola tidak pernah lepas sepenuhnya dari unsur-unsur lain entah itu  sosial, politik, ekonomi, dan keamanan.
Dari Qatar, para pemain Iran itu ingin mengabarkan bahwa negaranya sedang mengalami masalah.
Pelatih Iran, Carlos Queiroz pun tidak keberatan dengan komentar-komentar di luar sepak bola. Alih-alih fokus pada pertandingan, pelatih asal Portugal itu tetap membuka ruang kebebasan bagi para pemainnya.
Mungkin saja dengan tidak memberikan batasan, para pemain bisa semakin termotivasi. Semangat mereka di lapangan pertandingan akan berlipat ganda. Mereka tidak hanya bermain untuk menang dan memetik poin. Mereka juga bermain untuk memperjuangkan nasib orang-orang di negara asalnya.