Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

"Don't Cry for Argentina," 3 Sebab Lionel Messi Cs Dipermalukan Arab Saudi

22 November 2022   20:23 Diperbarui: 22 November 2022   20:40 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saleh Al-Shehri (kiri)  merayakan gol ke gawang Argentina di pertandingan pertama Grup C Piala Dunia 2022: AFP/ FOTO OLIMPIK via Kompas.com

Sebuah pertandingan yang menegangkan, menghibur, dan mengejutkan. Bagi penggemar Arab Saudi itu adalah momen terbesar dalam sejarah sepak bola mereka.

Mengalahkan Argentina 2-1 di laga pertama Grup C Piala Dunia 2022 yang berlangsung di Lusail Iconic Stadium, Selasa (22/11/2022) petang WIB.

Argentina lebih dahulu memimpin dari titik penalti di menit ke-10 yang dieksekusi dengan tenang oleh Lionel Messi. Ternyata keunggulan itu hanya sanggup bertahan di paruh pertama meski Argentina sedikitnya mampu mencetak tiga gol yang kemudian dianulir karena offside.

Babak kedua menghadirkan cerita berbeda. Dominasi mutlak Argentina dalam segala aspek, baik"ball possession" juga "shots" dan "shots on target" tidak berpelukan dengan hasil akhir.

Yang mengemuka malah cerita tentang "comeback" Arab Saudi dan ketakberdayaan Messi dan kawan-kawan yang berujung kekalahan menyakitkan.

Lantas, apa yang membuat hasil akhir laga ini sungguh jauh dari perkiraan.

Pertama, patut diakui La Albiceleste tampil kurang meyakinkan di paruh pertama. Berbagai upaya selalu kandas dalam perangkat offside.

Meski mereka adalah tim yang datang dengan catatan impresif. Tak terkalahkan dalam 36 pertandingan termasuk menjadi juara Copa America 2021 dan Finalissima 2022 sehingga menjadi favorit sebelum turnamen akbar ini.

Sejumlah momen di pertandingan Argentina versus Arab Saudi, Selasa (22/11/2022) petang WIB: dailymail.co.uk
Sejumlah momen di pertandingan Argentina versus Arab Saudi, Selasa (22/11/2022) petang WIB: dailymail.co.uk

Pelatih Lionel Scaloni menurunkan komposisi terbaik dalam formasi 4-3-3. Emiliano Martinez di bawah mistar gawang dikawal kuartet Nahuel Molina, Cristian Romero, Nicolas Otamendi, dan Nicolas Tagliafico.

Rodrigo De Paul, Leandro Paredes, dan Alejandro Gomez di tengah. Trio Lionel Messi, Lautaro Martinez, dan Angel Di Maria di lini depan.

Di kubu lawan, pelatih Herve Renard tampil dengan formasi serupa. Empat pemain belakang Yasir Al Shahrani, Ali Al Bulayhi, kapten Hassan Al Tambakti, dan Saud Abdulhamid mengawal  sang kiper, Mohammed Khalil Al Owais.

Salman Al Faraj, Abdulelah Al Malki, dan Mohamed Kanno adalah gelandang andalan untuk menopang tiga pemain di lini serang yakni Salem Al Dawsari, Saleh Al-Shehri, dan Feras Albrikan.

Sayangnya, catatan fantastis sebelum pertandingan dan sederet nama besar, terutama Messi di kubu Argentina tidak otomatis menjamin pertandingan berlangsung sesuai rencana.

The Green Falcons yang sempat kecolongan di awal berhasil mendapatkan momentum bangkit. Kesempatan yang mereka dapatkan sebagai buah dari keberanian untuk mengatasi rasa inferioritas di hadapan sang raksasa.

Kedua, di atas kertas, Arab Saudi memang tidak diunggulkan. Tidak memiliki pemain tenar yang sudah dikenal luas.

Ranking dunia mereka pun tercecer di posisi 51, satu tempat di belakang Qatar yang di pertandingan pembuka tak berdaya di hadapan Ekuador.

Namun, mereka mampu melakukan pekerjaan brilian untuk mengukir salah satu kejutan terbesar di panggung Piala Dunia di hadapan tim peringkat tiga dunia.

Kemasukan gol tidak lantas menyerah kalah. Mereka justru mampu mengejutkan pemilik dua gelar Piala Dunia itu dengan sungguh memanfaatkan kesempatan setelah keluar dari kamar ganti.

Periode 10 menit awal babak kedua yang menakjubkan bagi Arab Saudi. Saleh Al-Shehri menyamakan kedudukan di menit ke-48. Tendangan rendah menyusur tanah tidak bisa dibendung pemain belakang dan penjaga gawang Argentina yang jangkung itu.

Tak lebih dari lima menit kemudian, Arab Saudi yang tengah menggenggam kendali sukses menambah gol. Aksi Salem Al Dawsari melepaskan tembakan keras dari kotak penalti membuat Emiliano Martinez harus memungut lagi bola dari dalam gawangnya.

Ketiga, selain kepercayaan diri dan keberanian, Arab Saudi pun terbukti mampu menjalankan strategi defensif terutama setelah memimpin.

Mereka membuat Messi tak berkutik. Tidak ada magis Messi di laga ini. Messi bila tidak mencetak gol, namanya redup di balik kerja keras Angel Di Maria yang selalu menjadi tujuan dari setiap aliran bola ke lini depan.

Gelandang yang pernah bermain untuk Paris Saint-Germain dan kini berseragam Juventus itu diandalkan untuk membuka rapatnya pertahanan Arab Saudi.

Argentina terus menekan dengan sejumlah pergantian pemain. Beberapa kesempatan emas diperoleh.

Tim Tango yang secara kumulatih mencatatan penguasaan bola 69 persen dengan 15 kali percobaan dan enam di antaranya mengenai sasaran gagal mengoyak gawang Arab Saudi untuk kali kedua.

Entah keberuntungan memang sedang berpihak pada Arab Saudi yang hanya memiliki dua "shots on target" dari tiga upaya, tidak ada gol tambahan hingga delapan menit tambahan waktu seharusnya tetapi diperpanjang menjadi 13 menit oleh sang pengadil pertandingan.

Tentu, hasil akhir ini mendatangkan dua perasaan berbeda di kedua kubu. Arab Saudi akan merayakannya dengan sukacita. Tim underdog itu pantas menikmati kesuksesan besar itu sebelum menghadapi dua pertandingan lainnya menghadapi Polandia dan Meksiko.

Begitu juga para penggemar Arab Saudi, entah yang memberikan dukungan secara langsung maupun yang menyaksikannya dari layar kaca baru saja menikmati keberuntungan menjadi saksi sejarah yang tak akan pernah berulang. Melihat salah satu pemain terbaik dunia dan tim favorit terkulai di hadapan tim kesayangannya.

Sedangkan Argentina harus menerima kenyataan pahit. Wajah para pemain Argentina, termasuk sang pelatih, Scaloni begitu sayu.

Dalam hati mereka seperti tak menyangka dengan hasil akhir yang baru terjadi. Awal buruk dalam upaya mereka mengakhiri paceklik panjang trofi Piala Dunia yang terakhir kali diraih pada 1986 silam.

Messi yang sudah berusia 35 tahun dan sedang memburu trofi bergengsi itu agar bisa menikmati pensiun dengan tenang harus menghadapi kemungkinan bahwa skenario manis itu bisa saja tidak terpenuhi.

Pertandingan menghadapi Meksiko pada akhir pekan ini, sementara Arab Saudi menantang Robert Lewandowski dan kolega, adalah pertarungan hidup-mati bila mereka ingin bangkit dari dasar klasemen sementara dan menghidupkan asa.

Don't cry for Argentina. Masih ada harapan di dua laga tersisa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun