Piala Dunia kembali lagi ke Asia setelah pertama dan terakhir kali Korea Selatan dan Jepang menjadi tuan rumah bersama pada edisi 2002 silam.
Saat itu, Korea Selatan mengukir sejarah. Wakil Asia pertama yang mampu menggapai semifinal. Prestasi terbaik wakil Asia sebelumnya yakni babak perempat final seperti diukir Korea Utara pada 1966.Â
Selebihnya, lolos dari fase grup sudah menjadi pencapaian tersendiri sebagaimana Jepang kala menjadi salah satu tuan rumah.
Apakah kali ini utusan Asia mampu mengulangi pencapaian Korea Selatan atau bahkan melangkah lebih jauh?
Pertanyaan yang jawabannya baru akan ditemukan saat putaran final di Qatar. Namun, tidak berlebihan bila dilakukan pemetaan kekuatan wakil Asia kali ini di antara para kontestan lain.
Sejarah baru pula, pertama kali Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) memiliki enam wakil. Tuan rumah yang melakukan debut di pesta akbar empat tahunan ini didampingi Arab Saudi, Iran, Australia, Korea Selatan, dan Jepang.
Pertama, Korea Selatan menjadi salah satu harapan Asia untuk bersaing dengan kontestan lain. Perjalanan Negeri Ginseng untuk menyegel satu tempat di Qatar terbilang relatif mudah.
Mereka mengemas lima kemenangan dari enam pertandingan di putaran pertama. Bintang Tottenham Hotspur, Son Heung-min menjadi pembeda dengan menyumbang gol terbanyak yakni enam gol.
Hanya saja, pemain itu diragukan tampil maksimal. Selama pelatihan ia terlihat mengenakan pelindung wajah, buntut cedera yang dialami saat berbenturan dengan bek Marseille, Chancel Mbemba di Liga Champions, awal November ini. Son mengalami retak pada rongga mata.
Usai menjalani operasi yang mengharuskannya absen dalam tiga pertandingan terakhir Spurs sebelum jeda Piala Dunia, pemain 30 tahun itu pun belum bisa dipastikan fit tepat waktu.
Son memang mengirimkan optimisme. Ia siap bermain di Qatar. Hanya saja, dari perkembangan terbaru, belum bisa dipastikan Son akan bermain di partai pertama.
"Saya datang ke sini meskipun faktanya saya terluka dan sepenuhnya sadar bahwa selalu ada risiko terluka. Sulit untuk mengatakan bahwa 'Saya akan bermain di setiap pertandingan.' Saya ingin memberi tahu Anda setelah memantau kondisi saya hari demi hari, dan langkah demi langkah," ungkap Son melansir dailymail.co.uk.
Pelatih Korea Selatan, Paulo Bento pun memastikan salah satu andalannya itu menjalani proses pemulihan sesuai rencana meski ia belum bisa menjawab pasti apakah sang pemain akan siap menjalani semua pertandingan penyisihan.
Ketidakpastian menjelang pertandingan pertama di Grup H yang akan segera berlangsung kurang dari sepekan ini tentu mengkhawatirkan para penggemar Korea Selatan.
Betapa tidak. Tim kesayangannya akan langsung menghadapi ujian berat. Bersua Uruguay pada 24 November nanti.
Tanpa pemilik 105 caps dan 35 gol bagi Korea Selatan menghadapi wakil Amerika Selatan yang dihuni pemain senior-junior yang berlaga di Eropa, Korea Selatan tentu perlu waspada.
Bila sampai menelan pil pahit, maka peluang mereka untuk mengulangi catatan terbaik pada 2002 silam makin menipis. Sebab, setelah Uruguay, mereka akan bersaing dengan raksasa Eropa Portugal, juga tim terbaik dari Afrika yakni Ghana.
Kedua, Jepang tergabung di grup "neraka." Dua tim unggulan dari Eropa yakni Jerman dan Spanyol plus Kosta Rika.
Untuk mendapat salah satu dari dua tiket ke babak 16 besar, maka tidak ada jalan yang lebih realistis bagi Samurai Biru selain membuat kejutan di hadapan para raksasa itu.
Jepang sudah tujuh kali berlaga di Piala Dunia. Perjalanan mereka ke Qatar tak cukup mulus, meski begitu produktif dengan mencetak 46 gol selama babak kualifikasi. Takumi Minamino dan Yuya Osaka yang masing-masing mencetak 10 gol selama dua putaran adalah
Kekalahan dari Oman dan Arab Saudi menjadi alarm. Armada Hajime Moriyasu harus benar-benar menata timnya untuk meredam tim-tim jempolan.
Sang pelatih perlu menemukan formula untuk memadukan para pemain yang sudah begitu berpengalaman dan sejumlah pendatang baru. Maya Yoshida (34), Yuto Nagatomo (36) dan Hiroki Sakai (32) mungkin akan memainkan Piala Dunia terakhir.
Para senior di lini belakang ini diharapkan bisa meyakinkan para debutan seperti Takehiro Tomiyasu dari Arsenal, Ko Itakura, hingga Hiroki Ito agar tidak sampai demam panggung.
Eiji Kawashima yang setahun lagi genap kepala empat sepertinya masih menjadi andalan, meski ada alternatif dalam diri Sint-Truiden Daniel Schmidt dan Shuichi Gonda.
Tidak hanya itu. Jepang yang memulai debut di Prancis 1998 menjadi salah satu negara Asia yang tidak semata-mata mengandalkan para pemain yang berkarier di mancanegara, terutama di Eropa.
Mereka juga memasukan nama-nama yang berlaga di kompetisi domestik seperti kiper Shuichi Gonda, trio bek Miki Yamane, Hiroki Sakai, dan Yuto Nagatomo. Pemain yang disebutkan terakhir memang menjalani akhir kariernya di FC Tokyo setelah malang melintang di kancah Eropa.
Hal itu menunjukkan Jepang sebagai salah satu gudang pemain bintang di Asia sekaligus memiliki liga dan pembinaan dalam negeri yang berkualitas.
Sekali lagi, menghadapi Spanyol dan Jerman yang sudah merasakan gelar juara dunia akan menjadi ujian tersendiri.
Para pemain senior yang masih menjadi tumpuan di barisan belakang, hingga minimnya para pemain depan dengan naluri membunuh seperti Keisuke Honda dan Shinji Kagawa membuat para penggemarnya terus mendukung dengan penuh kecemasan.
Salah satu skenario yang paling memungkinkan untuk diambil bila ingin mencuri satu tiket adalah mengambil poin penuh dari Kosta Rika di laga kedua, dan bermain imbang melawan salah satu dari raksasa Eropa.
Ketiga, sepak terjang Iran di babak kualifikasi sungguh mengesankan. Mengoleksi poin terbanyak sekaligus paling banyak mencetak gol. Mereka hanya sekali kalah saat bertemu Korea Selatan.
Tim besutan Carlos Queiroz itu akan mengandalkan striker Bayer Leverkusen Sardar Azmoun yang mencetak 10 gol di babak kualifikasi, juga Mehdi Taremi yang bermain di Porto, di lini serang.
Iran dianggap memiliki skuad yang seimbang. Para pemain jebolan Piala Dunia Rusia 2018 masih menjadi tumpuan.
Kombinasi Mehdi Taremi dan Azmoun, hingga Alireza Beiranvand di bawah mistar gawang sudah menunjukkan hasil positif di laga uji coba internasional dengan membekuk Uruguay dan mengimbangi Senegal dengan Sadio Mane.
Pada penampilan keenam, Iran akan menghadapi saingan berat di Grup B. Inggris, Amerika Serikat, dan muka baru, Wales.
Satu-satunya prahara yang dialami Iran dalam perjalanan ke Qatar adalah drama pergantian pelatih dari Dragan Skocic menuju Queiroz.
Skocic yang meraih 15 kemenangan dalam 18 pertandingan sejak Februari 2020 dipecat secra kontroversial pada Juli lalu. Ia lalu diangkat lagi sebelum benar-benar ditendang.
Buntut dari pemecatan dan penunukan Queiroz tidak bisa tidak berdampak pada harmonisasi dalam tim. Kedua pelatih itu sudah memiliki penggemar tersendiri di tubuh timnas Iran. Para pemain terbelah di antara kedua kubu.
Meski Queiroz terlihat mampu mendamaikan sebagaimana ditunjukkan dalam laga-laga persahabatan sebelum ke Qatar, namun ketegangan itu tidak akan dihilangkan begitu saja.
Apalagi pertandingan di grup ini akan mendapat sorotan luas, baik dari sisi pertandingan maupun politis. Kita bisa mencerna sendiri bagaimana situasi politik antara Iran dan sejumlah negara di grup itu.
Bisa-bisa laga-laga itu akan menunjukkan dengan gamblang bahwa sepak bola sungguh tak bisa lepas dari urusan politik.
Keempat, Arab Saudi juga meyakinkan di babak kualifikasi dengan hanya menelan satu kekalahan di dua putaran.
Salah satu negara dari kawasan di mana Piala Dunia digelar tentu akan mendapat banyak dukungan secara langsung.
Salem Al-Dawsari dan Saleh Al-Shehri yang tampil trengginas selama babak kualifikasi akan diandalkan untuk menggempur Argentina, Meksiko, dan Polandia demi memenangkan persaingan di Grup C.
Mereka akan meredam ambisi Argentina yang ingin memberikan perpisahan yang manis bagi Lionel Messi. Juga negara-negara lain demi memberi kesan positif pada keikutsertaan mereka yang keenam.
Kelima, dibanding empat tim sebelumnya, Australia harus melewati perjalanan menegangkan untuk mendapat tiket ke Qatar.
The Socceroos harus menjalani babak play off antar-konfederasi. Melewati pertandingan melelahkan menghadapi Peru yang dimenangi melalui adu penalti.
Australia sesungguhnya menjalani putaran pertama kualifikasi dengan manis. Memuncaki grup putaran pertama, namun kemudian harus meniti jalan terjal ketika bersua Jepang dan Arab Saudi.
Kekalahan dari dua negara itu membuat mereka harus menjalani babak play-off. Tidak mudah memang menyingkirkan wakil Amerika Selatan. Kiper cadangan Andrew Redmayne menjadi bintang melawan Peru.
Ajdin Hrustic, Jamie Caclaren yang menjadi pencetak gol terbanyak dengan tujuh gol, hingga Matt Ryan yang berpotensi menggusur Redmayne untuk mengawal gawang Australia akan menjadi harapan saat menghadapi tim kuda hitam Denmark, Tunisia, dan juara bertahan Prancis.
Apakah jalan berliku menuju Qatar akan membuat mereka mudah menjadi bulan-bulanan di fase grup?
Keenam, Qatar yang sudah mengeluarkan investasi besar dan rela menanggung berbagai protes untuk menggelar hajatan akbar ini tentu tidak ingin tim nasionalnya hanya sekadar penggembira.
Qatar memang debutan imbalan dari tuan rumah pesta sepakbola mewah. Belum banyak ujian yang mereka lewati baik dari sisi sejarah maupun penampilan menghadapi tim-tim top.
Menghuni grup pertama bersama Ekuador, Senegal, dan Belanda, Qatar tidak hanya bermodalkan faktor tuan rumah.
Dukungan mayoritas tidak otomatis membuat pertandingan menjadi mudah. Lawan-lawan yang akan dihadapi memiliki materi pemain dan ranking FIFA yang jauh lebih baik.
Kita berharap timnas Qatar tidak sampai menodai upacara pembuka yang diprediksi bakal berlangsung spektakuler pada 20 November nanti di Stadion Al Bayt dan membuat perjalanan 40 km para pendukung dari Doha berakhir dengan kekecewaan.
Dari enam wakil, tim mana yang menurut Anda berpotensi menjaga wajah Asia di benua sendiri?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI