Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

BWF World Tour Finals 2022 Mendekat dan Apri/Fadia Tersisih, Bagaimana Kans Wakil Indonesia Lainnya?

6 November 2022   09:38 Diperbarui: 6 November 2022   09:37 1742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ganda putri Indonesia dipastikan tanpa wakil tahun ini. Tahun lalu, Indonesia punya 4 utusan. Bagaimana peluang dan komposisi wakil Merah-Putih kali ini?

Perburuan poin menuju BWF World Tour Finals 2022 kian mendekati titik akhir. Dibatalkannya sejumlah turnamen membuat agenda pertandingan tahun ini hanya menyisahkan dua turnamen sebagai kesempatan terakhir berburu tiket ke turnamen pamungkas yang akan digelar di Guangzhou, China, 14-18 Desember 2022 nanti.

Kedua turnamen pamungkas itu adalah Hylo Open 2022 yang tengah berlangsung Saarbrucken, Jerman dan Australia Open di Sydney dua pekan berikutnya, tepatnya 15-20 November 2022.

Sebelumnya, empat turnamen terpaksa dibatalkan. Selain Hong Kong Open World Tour Super 500 dan New Zealand World Tour Super 300, ada dua turnamen elite di China yang ditangguhkan.

Victor China Open World Tour Super 1000 di Changzou dan China Open World Tour Super 750 di Fuzhou. Meski tidak diterangkan secara eksplisit oleh BWF tapi bisa diduga lantaran Covid-19 masih menjadi masalah krusial di sana.

Kesempatan semakin sedikit, namun masih cukup banyak slot tersedia untuk memperebutkan delapan tempat di lima sektor. Tak heran dua turnamen BWF World Tour Super 300 itu sungguh berarti.

Meski levelnya tidak setinggi dua turnamen sebelumnya di Denmark dan Prancis yang berkategori World Tour Super 750, keberadaanya begitu penting. Sebagai contoh. Di sektor ganda putri,  dengan cukup ambil bagian atau absen saja bisa mengubah konstelasi.

Pasangan yang memilih ambil bagian, terlepas dari hasil akhir, akan otomatis menggeser pasangan lain yang berada di posisi lebih tinggi namun entah mengapa memutuskan menjadi penonton. Sayangnya, situasi ini justru melibatkan pasangan Indonesia.

Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti harus kehilangan kesempatan berlaga di turnamen final di musim perdana mereka. Setelah awal yang gemilang, pemilik gelar Singapura Open Super 500, Malaysia Open Super 750, dan medali emas SEA Games Vietnam 2021 pada akhir Mei tahun ini, justru sedikit kendor belakangan ini.

Klasemen sementara sebelum Hylo Open 2022: https://twitter.com/BadmintonTalk
Klasemen sementara sebelum Hylo Open 2022: https://twitter.com/BadmintonTalk

Kiprah pasangan yang kini melejit ke ranking 15 BWF itu di dua seri pertama di tur Eropa tidak terlalu memuaskan. Keduanya terhenti di perempat final Denmark Open, kalah dari Nami Matsuyama/Chiharu Shida asal Jepang, 21-17, 14-21, dan 12-21.

Sepekan berselang, langkah mereka  tersandung di hadapan  Pearly Tan/Muralitharan Thinaah di babak 32 besar. Apri/Fadia takluk rubber game 20-22, 21-19, 7-21 dari pasangan yang membuat sejarah baru bagi ganda putri Malaysia itu. Pertama kali Negeri Jiran memiliki pasangan juara dalam sejarah French Open.

Dengan hasil itu, Apri/Fadia belum masuk zona aman. Keduanya berada tepat di batas bawah. Namun, belum otomatis mengunci tiket terakhir.

Apri/Fadia bakal lolos ke Guangzhou jika dan hanya jika tampil memuaskan di Hylo Open dan Australia Open.

Pesaing terdekat, Vivian Hoo/Lim Chiew Sie asal Malaysia, berjarak tipis di belakang Apri/Fadia. Bila ingin lolos, Vivian/Lim pun demikian.

Namun, ada skenario yang lebih mudah. Bila salah satu pasangan absen setidaknya di Hylo Open atau Australia Open, maka tiket terakhir akan otomatis jatuh ke pasangan lain.

Dengan kata lain, bila Apri/Fadia memutuskan tak ikut serta di Hylo Open, maka Vivian Hoo/Lim Chiew hanya cukup tidak mengambil langkah serupa.

Bila Vivian Hoo/Lim Chiew terjun di Jerman sementara Apri/Fadia mundur, maka pasangan yang disebutkan pertama berhak ke Guangzhou.

Itulah yang terjadi. Apri/Fadia, entah mengapa, tidak berpartisipasi. Absennya Apri/Fadia dengan sendirinya memberikan karpet merah kepada Malaysia untuk mengirim wakil kedua menyusul juara baru French Open 2022.

Apriyani gagal ambil bagian lagi di turnamen penutup musim itu seperti yang dilakukan tahun sebelumnya di Bali bersama seniornya, Greysia Polii. Indonesia dipastikan tanpa wakil ganda putri kali ini.

Bagaimana di sektor lain?

Pertama, di sektor tunggal putra Jonatan Christie sudah bisa tersenyum. Untuk kedua kalinya lolos setelah edisi 2019, usai memenangi babak pertama Hylo Open.  

Jojo menjadi pemain keempat yang meraih tiket ke Guangzhou, setelah Chou Tien Chen (Taiwan), HS Prannoy (India), dan Viktor Axelsen (Denmark) yang kini memuncaki ranking dunia dan baru saja meraih gelar kelimanya tahun ini di Paris.

Empat tiket lainnya masih terbuka untuk diperebutkan oleh Anthony Sinisuka Ginting, Kodai Naraoka (Jepang), Loh Kean Yew (Singapura), Lee Zii Jia (Malaysia), dan Lu Guangzu (China).

Naraoka yang tampil memukau tahun ini naik tiga tingkat ke posisi kelima usai menginjak semifinal French Open pekan sebelumnya.

Bintang muda Negeri Sakura itu tepat di depan Ginting yang harus turun satu peringkat buntut performa kurang meyakinkan di pekan-pekan sebelumnya.

Ginting berada di ambang kelolosan usai mengalahkan Naraoka dalam perebutan tiket perempat final, Kamis (3/11/2022). Ginting kemudian mengikuti langkah Jojo dengan mengunci posisi kelima dengan 60.000 poin setelah segel tiket semifinal. 

Tidak ada drama menit akhir. Ini menjadi penebusan sempurna atas kegagalan sektor ini mengirim wakil di edisi sebelumnya.

Lu Guang Zhu yang tersingkir di hari pertama Hylo Open dan Lee Zii Jia yang memilih tak berpartisipasi, akan bersaing dengan Loh Kean Yew yang dibungkam Ginting di delapan besar serta Naraoka dan Kidambi untuk tiga tempat tersisa.

Nasib malang dialami Kunlavut Vitidsarn. Pemain muda Thailand itu dipastikan tersingkir dari persaingan setelah menderita kekalahan dari Chou Tien Chen yang menjadi unggulan ketiga di perempat final Hylo Open, 10-21 dan 10-21.

Saat ini View berada di posisi ke-13 dengan 46,640 poin, mustahil mengejar Lu Guang Zu yang sementara ini di posisi delapan dengan 56,310.

Kedua, sektor ganda putra kembali mengutus dua wakil, seperti tahun sebelumnya. Dua tiket itu sudah diraih oleh Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto dan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan.

Keduanya mantap di posisi pertama dan kedua. Tak tergoyahkan meski tak tampil di Jerman, pun seandainya melewatkan kesempatan di Sydney nanti.

Tahun lalu, kesempatan itu menjadi milik Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo dan Pramudya Kusumawardana/Yeremia Rambitan. Sayangnya, performa The Minions dan Pram/Yere sepanjang tahun ini tak cukup meyakinkan dibanding Fajar/Rian dan The Daddies.

The Minions belum juga naik podium juara. Sementara itu, duet Pram/Yere setelah juara menjadi juara Asia pada awal Mei harus berpisah setelah Yere mengalami cedera serius di perempat final Indonesia Open yang mengharuskannya absen enam bulan lamanya.

Penampilan Fajar/Rian sungguh memukau. Keduanya menjadi pasangan ganda putra paling konsisten. Meraih empat gelar dari delapan penampilan di final tahun ini.

Jawara Swiss Open, Indonesia Masters, Malaysia Masters, dan Denmark Open itu diprediksi akan berbicara banyak di Guangzhou, meski pekan lalu di Prancis hanya mampu bertahan hingga 16 besar.

Tidak hanya Fajar/Rian dan The Daddies, Indonesia sebenarnya masih memiliki satu wakil lagi di delapan besar. Karena terhalang kuota, Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana, jawara All England 2022, harus menguburkan mimpi berlaga di Guangzhou.

Tereliminasinya Bagas/Fikri dari persaingan tentu menguntungkan pasangan-pasangan lain. Setidaknya masih ada tambahan satu slot untuk diperebutkan.

Terlepas dari itu, Fajar/Rian dan The Daddies yang menempati dua posisi teratas akan memberikan keuntungan tersendiri. Keduanya dipastikan tidak akan berada di grup yang sama saat undian World Tour Finals nanti.

Mereka akan bersaing dengan dua pasangan tetangga yakni Ong Yew Sin/Teo Ee Yi dan Aaron Chia/Soh Wooi Yik, Hugo/Kobayashi, Kim Astrup/Anfers Skaarup Rasmussen (Denmark), dan Liu Yu Chen/Ou Xuan Yi (China).

Goh Sze Fei/Nur Izzuddin dan Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin yang semestinya masih terlibat persaingan harus menerima kenyataan seperti Bagas/Fikri. Tersingkirnya Goh/Nur yang sementara ini berada di posisi sembilan dan The Babies di urutan ke-11 dari persaingan, membuat Choi Sol Gyu/Kim Won Ho dan Satwisairaj Rankireddy/Chirag Shetty (India) bisa sedikit bernapas lega.

Lu Ching Yao/Yang Po Han yang menjadi momok bagi wakil Indonesia belakangan ini pun berpotensi membuat kejutan. Penampilan mereka yang tengah "on fire" bukan tidak mungkin bisa menggerek posisi mereka yang saat ini berada di posisi ke-13.

Ketiganya masih memiliki peluang.  Hanya saja, Rankireddy/Shetty membuang kesempatan setelah menggapai podium juara pekan lalu. Sebagai unggulan ketiga, jagoan India ini takluk dari Ben Lane/Sean Vendy, 17-21 dan 14-21 di perempat final hari ini.

Hasil pertandingan itu memastikan langkah Hugo/Kobayashi, penguasa ganda putra ke turnamen yang mereka menangi tahun lalu.

Sebaliknya membuat kans wakil India itu semakin tipis, berpotensi disalip Yao/Han.  

Ketiga, satu tiket dari ganda campuran sudah menjadi milik Indonesia. Rinov Rivaldi/Pitha Haningtyas Mentari akan mengikuti jejak Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti yang menjadi wakil semata wayang sektor ini tahun lalu.

Rinov/Pitha yang tersingkir di babak perempat final Hylo Open dari pasangan non-unggulan dari Denmark, Mathias Thyrri/Amalie Magelund berada di belakang wakil Thailand, Malaysia, dan China. Dua negara terakhir masing-masing mengirim dua wakil.

Pasangan muda Indonesia, Rehan Naufal Kusharjanto/Lisa Ayu Kusumawati yang tampil semakin meyakinkan dengan menembus semifinal dua pekan beruntun yakni French Open dan Hylo Open belum mendapat cukup poin untuk mengubah susunan di atas.

Keduanya sementara ini berada di posisi ke-10, di belakang Supak Jomkoh/Supissara Paewsampran dan pasangan Prancis, Thom Gicquel/Delphine Delrue. Thom/Delphine baru saja segel posisi ketujuh usai raih tiket semifinal Hylo Open. Kini tersisa satu slot untuk ganda campuran. 

Apakah akan menjadi milik Yuta Watanabe/Arisa Higashino, Matias/Alexandra, atau pasutri asal Singapura, Terry Hee Yong/Jessica Tan?

Bila semakin berkembang, bukan tidak mungkin Rehan/Lisa akan meraih tiket serupa musim depan. Bersama Rinov/Pitha mereka akan menggantikan Praven/Melati untuk bersaing dengan pasangan-pasangan negara tetangga yang kini sudah menembus jajaran elite dengan lebih dari satu wakil.

Keempat, bagaimana tunggal putri? Apakah ada sejarah baru tercipta setelah edisi sebelumnya hanya menjadi penonton?

Ternyata, belum ada gebrakan. Seperti tahun-tahun sebelumnya, sektor ini belum bisa bersaing di papan atas.

Gregoria Mariska masih tertatih-tatih di peringkat ke-17 dengan 36.750 poin, jauh di belakang penghuni posisi delapan yakni Busanan Ongbamrungphan dari Thailand yang sudah mengumpuplan 58.850 poin.

Posisi Busanan belum aman. Ia masih mendapat persaingan dari Han Yue asal China di dua turnamen terakhir.

An Se Young dan Ratchanok Intanon yang saat ini berada di enam besar tidak bertanding di Hylo namum menjadi dua unggulan teratas di Australia Open.

Sementara itu Akane Yamaguchi yang sementara ini berada di posisi sembilan, di antara Busanan dan Han Yue dijamin lolos.

Formasi tunggal putri World Tour Finals kali ini bakal menghadirkan persaingan ketat. Sebab, berbeda dari tahun sebelumnya, delapan atlet terbaik adalah mereka yang selama ini mendominasi papan atas.

Tahun lalu ada pendatang baru seperti Line Christophersen (Denmark), Yeo Jia Min (Singapura), dan Yvonne Li (Jerman) yang membuat Pornpawee, Akane, Sindhu, Busanan, hingga An Se-young bisa lebih leluasa.

Tahun ini pertarungan ketat bakal tersaji sejak fase grup. Selain Sindhu, Busanan, Akane dan sang juara bertahan An Se-young, kehadiran juara French Open He Bing Jiao, Chen Yu Fei, dan dua eks peringkat satu yakni Tai Tzu Ying dan Ratchanok Intanon membuat sektor ini benar-benar menarik untuk ditonton meski tanpa wakil Indonesia di dalamnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun