Orang bakal semakin sulit membedakan identitas ketika banyak akun akan beramai-ramai menyandang status verifikasi. Tidak hanya tokoh publik tertentu yang dikenal dari akun yang terverifikasi, orang dengan nama yang sama pun bisa bermunculan dan mendapat pengakuan. Publik akan dibuat bingung bila ada dua nama yang mirip atau sama, sama-sama terverifikasi.
Lebih penting dari itu, objektivitas dan kepercayaan bakal memudar. Dari dua akun yang mirip bisa saja memuat informasi dengan tingkat kebenaran berbeda.
Orang akan dibuat pusing, gamang, dan terbelah. Ada bahaya misinformasi yang terjadi. Sebab, siapa pun bisa menjadi identitas tertentu dan bebas berkicau.
Semakin sulit meminta pertanggungjawaban dan menemukan akuntabilitas bila tak lagi bisa membedakan nama yang asli dari yang palsu, yang sesungguhnya dari yang abal-abal.
Coba bayangkan, bila nama akun yang benar-benar dikelola Presiden RI sudah begitu mudah kita kenal dari centang biru setelah @jokowi kemudian dipusingkan oleh nama-nama mirip lainnya seperti @jokowidodo2, @jokowidodo atau username lainnya yang sedemikian menjamur.
Tentu, soal ini sudah dipikirkan dan bakal disiati Elon Musk! Caranya ternyata cukup sederhana. Akan ada "tag" di bawah username untuk menunjukkan status pemilik akun tersebut entah politisi, selebritas, atau tokoh penting lainnya.
Apakah dengan itu urusan benar-benar selesai?
Era baru?
Memang rencana tersebut masih sekadar wacana. Bila benar terlaksana jelas akan berdampak.
Saat ini jumlah pengguna Twitter di dunia umumnya dan di Indonesia khususnya masih kalah banyak dari Facebook, Instagram, bahkan TikTok.