Patut diakui French Open 2022 yang baru saja berakhir di Stade Pierre de Coubertin, Paris, Perancis, Minggu (30/10/2022) lalu, sungguh tidak bersahabat bagi para pebulutangkis Indonesia.
Betapa tidak. Tak satu pun yang mampu berjaya. Indonesia malah hanya menjadi penonton di partai final.
Hanya satu wakil yang sanggup bertahan hingga semifinal. Rehan Naufal Kusharjant/Lisa Ayu Kusumawati.
Pasangan muda penerus ganda campuran Indonesia hampir saja melangkah ke final bila saja mampu memanfaatkan momentum positif saat menghadapi pasangan Belanda, Robin Tabeling/Selena Piek.
Usai merebut gim pertama, Rehan/Lisa yang kini berada di ranking 26 BWF harus membuang banyak poin yang memberi keuntungan bagi lawannya untuk mengejar ketertinggalan dan berbalik unggul. Alhasil, lawan yang berperingkat 18 BWF itu mengunci kemenangan rubber game, 17-21, 21-13 dan 21-12.
Seperti Rehan/Lisa, Robin/Selena yang menjadi "kuda hitam" kali ini gagal mencapai klimaks. Keduanya menyerah dari unggulan tiga dari China, Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong.
Mantan penguasa ganda campuran itu sempat keteteran di set ketiga sebelum merebut kemenangan 21-16, 14-21, dan 22-20, sekaligus menjaga rekor sempurna mereka di partai final sepanjang tahun ini.
Kegagalan di turnamen Super 750 itu mendapatkan momen penebusan di Hylo Open 2022 yang digelar tak lama berselang di Saarlandhalle, Saarbrcken, Jerman, 1-6 November 2022.
Dari sisi level, jelas berpengaruh pada poin dan besarnya hadiah, Hylo Open berada jauh di bawah. Walau berlevel Super 300, sama seperti Australian Open yang menjadi penutup kalender BWF World Tour tahun ini sebelum turnamen pamungkas di Guangzhou, BWF World Tour Finals, turnamen itu memiliki arti penting bagi sejumlah pebulutangkis.
Seperti disinggung di atas, dengan tidak banyak kesempatan tersisa, maka dua turnamen terakhir itu tak ubahnya harapan terakhir untuk bersaing merebut delapan slot dari masing-masing sektor untuk berlaga di turnamen pamungkas.
Bila kita memperhatikan ranking "race to Guangzhou" di semua sektor, belum banyak tempat yang sudah terkunci. Dengan kata lain, persaingan masih terbuka dan ketat. Konstelasi masih bisa berubah dalam dua turnamen berlevel Super 300 ini. Tidak terkecuali yang melibatkan para pemain Indonesia.
Mari kita lihat satu per satu, terutama empat sektor yang berpeluang bagi wakil Merah-Putih.
Pertama, tunggal putra. Baru dua pemain yang sudah berada dalam posisi aman. Mereka adalah sang juara French Open tahun ini, Viktor Axelsen (72.500 poin) dan Prannoy H.S (66.730 poin).
Chou Tien Chen (61.240 poin) dan Jonatan Christie (61.110 poin) dalam perjalanan ke sana. Sementara "wonderkid" asal Jepang, Kodai Naraoka (55.370 poin) terus berkejaran dengan Anthony Sinisuka Ginting (55.100 poin) di enam besar. Lee Zii Jia (54,930 poin), Lua Guang Zu (54.640 poin) dan Loh Kean Yew (52.640) terus bersaing untuk dua posisi terakhir.
Kedua, sektor ganda putra menjadi satu-satunya sektor yang dikuasai dan dua tiket pertama sudah menjadi milik Indonesia.
Lupakan sejenak The Minions yang tak konsisten belakangan ini.
Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, pasangan paling stabil sepanjang tahun ini berada di urutan pertama dengan 91.870 poin. Selisih poinnya sugguh menunjukkan dengan jelas kiprah mereka sepanjang setahun terakhir.
Di urutan kedua ada The Daddies, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan (69.300 poin). Pasangan senior itu pun kembali tampil di World Tour Finals untuk keempat kalinya, setelah absen pada edisi sebelumnya di Bali.
Dengan mengunci dua posisi teratas, maka otomatis mereka tidak akan berada di grup yang sama di ajang penutup tahun nanti. Jelas, sebuah keuntungan bagi Indonesia!
Kegagalan Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana berbicara banyak di Prancis pekan lalu dengan sendirinya menutup pintu bagi mereka untuk menemani Fajar/Rian.
Bagas/Fikri yang sementara ini berada di posisi keempat dengan 58.010 poin, menyusul pasangan Malaysia, Ong Yew Sin/Teo Ee Yi (60,430 poin), harus menguburkan harapan tampil di pentas elite itu.
Meski berpeluang finis di delapan besar, namun, mereka terhalang kuota yang hanya mengizinkan setiap negara mengirim maksimal dua wakil.
Seperti Indonesia, Malaysia juga berpeluang menempatkan dua wakil. Aaron Chia/Soh Wooi Yik (54.040), sang juara dunia itu berada di posisi kelima, di depan pemuncak ranking BWF dari Jepang, Takuro Hoki/Yugo Kobayashi (53,660).
Kim Astrup/Anders Skaarup Rasmussen dari Denmark dan Liu Yu Chen/Ou Xuan Yi dari China sementara ini mengamankan posisi delapan besar dengan tantangan terdekat dari Choi Sol Gyu/Kim Won Ho asal Korea Selatan dan Goh Sze Fei/Nur Izzuddin dari Malaysia.
Pasangan yang disebutkan terakhir itu sepertinya akan bernasib seperti Bagas/Fikri.
Ketiga, Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong (88.700 poin) dan Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai (68.550 poin) dari Thailand masih berada di posisi teratas.
Langkah Zheng/Huang ke Guangzhou sudah tak terbendung. Mereka bakal didampingi Wang Yi Lyu/Huang Dong Ping (68.050 poin).
Duo Malaysia, Goh Soon Huat/Lai Shevon Jemie (60.260) dan Tan Kian Meng/Lai Pei Jing (55.760) berada di posisi keempat dan kelima.
Ada Yuta Watanabe/Arisa Higashino dari Jepang dengan 53.390 poin, disusul Supak Jomkoh/Supissara Paewsampran dari Thailand yang mengumpulkan 52.830 poin.
Satu-satunya harapan Indonesia, Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari berada di tempat terakhir. Hanya saja dengan 52.750 poin, Rinov/Pitha hanya berjarak tipis dari pasangan Prancis, Thom Gicquel/Delphine Delrue (51.170 poin).
Peluang Rehan/Lisa yang kini berada di posisi ke-10 sudah tertutup. Selisih poin mereka terlampau jauh dari Rinov/Pitha.
Sementara Rinov/Pitha sendiri pun belum aman. Mereka masih bisa ditikung wakil Prancis bila saja tidak memaksimalkan kesempatan di Saarbrucken dan Sydney.
Keempat, posisi Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti di ujung tanduk. Pasangan yang langsung menggebrak tak lama setelah debut di SEA Games 2021 Vietnam pada pertengahan tahun ini, berada di posisi delapan.
Mereka mengumpulkan 54.400 poin, berada di belakang juara French Open dari Malaysua, Pearly Tan/Thinaah Muralitharam (56.290 poin). Lalu, dua pasangan Thailand, Jongkolphan Kititharakul/Rawinda Prajongjai (59.210 poin) dan Benyapa Aimsaard/Nuntakarn Aimsaard (58.480).
Empat posisi teratas ditempati Jeong Na Eun/Kim Hye Jeong (71.900) dari Korea Selatan, lalu duo China yakni Chen Qing Chen/Jia Yi Fan (70.840) dan Zhang Shu Xian/Zheng Yu (64.790) dan pasangan Jepang, Nami Matsuyama/Chiharu Shida (64.480).
Posisi satu-satunya harapan Indonesia itu diancam oleh Vivian Hoo/Lim Chiew Sien dari Negeri Jiran dengan 54.360 poin.
Nasib keduanya ditentukan di Hylo Open. Dengan hanya cukup berpartisipasi dan tidak menarik diri sudah sangat menentukan.
Vivian/Lim akan lolos ke Guangzhou jika dan hanya jika tidak absen di Jerman. Demikian juga sebaliknya.
Bila salah satu menarik diri atau tidak ikut serta maka dengan sendirinya memberikan karpet merah bagi yang lain.
Bagaimana kans tunggal putri Indonesia? Tak ada keraguan. Jangankan di delapa besar, tak satu pun masuk 16 posisi teratas.
Peluang Ginting Cs
Latar belakang dan gambaran di atas membuat Hylo Open begitu berarti bagi sejumlah pemain Indonesia.
Tak heran, turnamen yang menyediakan total hadiah 180 ribu USD itu, masih menarik perhatian para pemain unggulan. Bila tidak demi ke Guangzhou, turnamen itu menjadi kesempatan untuk memperbaiki ranking dunia.
Indonesia menurunkan 11 wakil. Empat tunggal putra terbaik, Ginting, Jojo, Shesar Hiren Rhustavito dan Chico Aura Dwi Wardoyo.
Begitu juga di ganda campuran yang menurunkan Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari, Â Rehan Naufal Kusharjanto/Lisa Ayu Kusumawati, dan duet Zachariah Josiahno Sumanti/Hediana Julimarbela.
The Babies dan Bagas/Fikri mewakili ganda putra. Sektor tunggal putri dan ganda putri masing-masing hanya mengutus satu wakil. Gregoria Mariska Tunjung dan Febriana Dwipuji Kusuma/Amalia Cahaya Pratiwi.
Tidak ada nama Apri/Fadia. Sebaliknya, menengok undian, saingan Apri/Fadia menuju Guangzhou berpartisipasi. Tiket World Tour Finals terakhir didapat Malaysia yang mengutus dua wakil, sama seperti Thailand dan China.
Dari komposisi formasi dan peta kekuatan lawan, sektor tunggal putra, ganda putra, dan ganda campuran seharusnya memiliki kesempatan untuk berjaya.
Saatnya Ginting dan Jojo, juga Vito dan Chico beraksi. Sang "monster" Axelsen absen. Satu lawan berat tak berpartisipasi.
Tersisa Lakshya Sen (India/unggulan tujuh), Chou Tien Chen (Taiwan/unggulan tiga), Kunlavut Vitidsarn (Thailand/unggulan delapan), Loh Kean Yew (Singapura/unggulan 4), juga para pemain seperti pemain senior-junior China Shi Yu Qi, Zhao Jun Peng, dan Lu Guang Zu, serta Prannoy H.S (India) dan Kodai Naraoka.
Kecuali Vito yang menantang Prannoy, tiga wakil lainnya akan menghadapi awal yang mudah. Cicho misalnya menghadapi Brian Yang dari Kanada, dan Ginting bersua pemain kelahiran Vietnam, Nhat Nguyen.
Ujian kemudian menjadi semakin sulit. Potensi pertemuan Chico versus Loh Kean Yew hingga "perang saudara" Ginting versus Vito di babak berikutnya.
Saling Jegal The Babies vs Bagas/Fikri
Hal tersebut juga berpotensi terjadi pekan ini. The Babies dan Bagas/Fikri ditakdirkan berada di "pool" atas.
The Babies mendapat lawan mudah, pasangan gado-gado Ade Resky Dwicahyo/Azmy Qowimuramadhoni yang berbendera Azerbaijan.
Sementara, Bagas/Fikri yang diunggulkan di dempat kedelapan berhadapan dengan Lee Jhe-Huei/Yang Po-Hsuan dari Taiwan.
Bila langkah mereka mulus, maka potensi saling jegal bakal terjadi di babak perempat final.
Sekali lagi, itu mengandaikan mereka tak tersandung. Terutama The Babies yang kemungkinan besar meladeni unggulan pertama dari Jepang, Hoki/Kobayashi di babak 16 besar.
Rinov/Pitha yang menjadi unggulan ketujuh ditantang pasangan Jerman non-unggulan, Joes Ralfy Jansen/Linda Efler di babak pertama.
Bila terus melaju, unggulan empat dari Malaysia, Tan Kian Meng/Lai Pei Jing berpeluang menjadi lawan keduanya. Dalam perjalanan pasangan negara tetangga itu ada peluang menghadapi Zachariah/Hendiana.
Rehan/Lisa yang berada di "pool bawah" terpisah dengan Rinov/Pitha dan Zacha/Bela, mendapat lawan berat di parta pertama. Unggulan tiga dari Jerman, Mark Lamsfuss/Isabel Lohau akan menguji sejauh mana pasangan muda Indonesia itu menjaga tren positif setelah mencuri perhatian pekan lalu.
Bila Rehan/Lisa mampu kembali mendapatkan kebugaran terutama Lisa yang sempat mengalami masalah pada bahu dan tampil dalam performa terbaik, maka ada kemungkinan mereka menghadapi Mathias Christiansen/Alexandra Boje dari Denmark di delapan besar, lalu salah satu dari Thom/Delphine (unggulan dua) atau Hoh Huat/Lai Shevon Jemie (unggulan enam) dalam perebutan tiket final.
Kita tentu berharap, kegagalan di Paris melecut para pemain Indonesia untuk memaksimalkan kesempatan di Jerman.
Tentu, itu mensyaratkan, persiapan yang baik di tengah waktu pemulihan yang sangat singkat. Ginting yang memiliki waktu istirahat yang cukup perlu membenahi mental dan kepercayaan dirinya yang sedang goyah.
Jojo? Semoga cedera engkel yang diderita di perempat final minggu lalu tidak membuatnya harus menepi.
Selamat berjuang!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H