Pertama, tampak tidak elok dan tidak menunjukkan empati terhadap persoalan yang sedang terjadi. Menggelar pertandingan yang bernuansa menghibur dan dilakukan secara internal melibatkan para petinggi itu terjadi saat selubung duka masih begitu pekat.
Sedihnya lagi, di hari yang sama, korban kritis menghembuskan nafas terakhir. Dia adalah Andi Setiawan. Korban meninggal ke-133.
Tidak mengherankan bila berbagai sinis dan kecaman mengemuka. Datangnya dari mana-mana. Reaksi yang hemat saya wajar dan beralasan kuat.
"What a shame on you," begitu cuitan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti lewat akun Twitter miliknya.
Presiden Madura United, Achsanul Qosasi bahkan lebih keras. Â "Silahkan segera pergi FIFA. Jangan lama-lama di Indonesia," kicaunya.
Kaesang Pangarep, putra Presiden Jokowi juga tak tinggal diam.
"Alhamdulillah semuanya tersenyum. Kami pemilik tim juga hanya bisa tersenyum melihat kebahagiaan ini," sindir Kaesang di akun Twitter @kaesangp.
Kedua, mereka menggelar pertandingan sepak bola ketika kompetisi tengah dihentikan dan sepak bola itu sendiri baru saja menelan korban yang tidak sedikit.
Tidak hanya mereka yang menjadi korban langsung di Kanjuruhan. Tetapi juga pihak-pihak lain yang ikut terseret.
Sebut saja, klub-klub dan para pesepakbola yang terdampak dari kompetisi terhenti untuk waktu yang belum ditentukan. Mereka masih menanti dalam ketidakpastian sambil harus berjuang menyiasati berbagai dampak turunan yang terjadi.
Kompetisi itu memang sengaja dihentikan untuk menghormati korban, serentak memeprmudah proses investigasi dan evaluasi.