Kemenangan Ribka/Lanny sekaligus "balas dendam" atas kekalahan rekan senegara, Nita Violina Marwah/Tryola Nadia di babak sebelumnya. Â Nita/Tryola menyerah usai bertarung rubber game, 19-21, 21-17, 17-21.
Sementara itu, Pramudya/Rahmat berhasil meredam unggulan ketiga dari Jepang, Hiroki Okamura/Masayuki Onodera. Sebagai unggulan kelima, Pram/Rahmat memenangi duel tiga gim dengan skor akhir 21-23, 21-16, dan 15-21 dalam waktu lebih dari satu jam.
Seperti kita tahu, Pramudya sudah menemukan tandem terbaik dalam diri Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan. Pasangan muda ini sudah meraih berbagai prestasi mulai dari Spain Masters 2021 hingga Kejuaraan Asia 2022.
Sayangnya, cedera yang menimpa Yere di perempat final Indonesia Open 2022, 17 Juni lalu, memaksanya menepi.
Sebagai gantinya, PBSI pun mencari tandem sementara bagi Pram. Pengalaman yang sudah Pram dapat benar-benar membantu. Mereka pun saling mengisi. Usia keduanya tidak terpaut jauh. Pram kelahiran 2000, sementara Rahmat tiga tahun lebih muda.
Pram sungguh berperan sebagai senior yang mampu mendongkrak penampilan Rahmat. Pram mengarahkan juniornya saat di lapangan. Memberinya tambahan semangat dan kepercayaan diri untuk menjalankan setiap strategi.
Keduanya mengeluhkan kondisi lapangan yang cukup menantang seperti saat menghadapi pasangan Taiwan, Chen Cheng Kuan/Chen Sheng Fa di semifinal.
Berkat kekompakan yang dibangun dengan cepat, Â mereka pun bisa melewatinya. Termasuk menggapai klimaks dengan mengalahkan lawan yang memiliki jam terbang sebagai pasangan lebih tinggi dan kini berada di peringkat 45 BWF.
Meski masih banyak pekerjaan rumah, setidaknya Pram/Rahmat sudah bisa membuktikan bahwa eksperimen PBSI ini tidak hanya untuk menjaga kebugaran dan menghindari Pram dari kejenuhan, tetapi serentak memberi harapan sebagai pasangan alternatif di masa depan.