Kekalahan ini sungguh dramatis. Langkah Indonesia di panggung turnamen dua tahunan edisi ke-16 ini harus berakhir di babak delapan besar.
Walau demikian, masih banyak alasan yang membuat armada Mohammad Hashemzadeh pulang ke Tanah Air dengan kepala tegak dan senyum mengembang.
Pertama, ini merupakan prestasi tersendiri bagi tim futsal Indonesia. Dalam 10 kali keikutsertaan, ini kali pertama tim Merah-Putih melewati babak penyisihan grup. Pada edisi 2002, 2003, 2004, 2005, 2006, 2008, 2010, 2012, dan 2014, kiprah Indonesia berakhir di babak penyisihan.
Indonesia tergabung di grup berat. Raksasa Asia, Iran, berikut Taiwan dan Lebanon di Grup C. Sialnya, di laga pertama Indonesia sudah langsung berhadapan dengan pemilik 12 gelar Asia.
Meski Iran sudah ditinggal para pemain terbaiknya, negara tersebut masih superior. Mereka tak memberi ruang bagi para pemain Indonesia. Alhasil, Indonesia "dibantai" lima gol tanpa balas.
Kekalahan tersebut tidak membuat para pemain Indonesia patah arang. Buktinya, Indonesia berhasil bangkit di dua laga tersisa.
Lebanon digasak 7-2 dan di partai penentuan, giliran Taiwan yang merasakan sengatan para pemain Indonesia. Taiwan gagal mengulangi pencapaian terbaik mereka menembus babak perempat final pada 2003 setelah takluk dari Indonesia 1-4.
Satu kekalahan dan dua kemenangan memastikan Indonesia mendamipingi Iran ke babak knock out. Iran tampil perkasa sepanjang babak penyisihan.Â
Usai mengalahkan Indonesia lima gol tanpa balas, sang juara bertahan melumat Taiwan 10-1 dan berpesta sembilan gol tanpa kebobolan saat menghadapi sesama negara Timur Tengah, Lebanon.
Kedua, dari sisi prestasi dan jam terbang di level Asia, Indonesia jelas kalah dari Jepang. Jepang sudah 16 kali ambil bagian, enam kali menjadi runner-up dan tiga kali menjadi juara, masing-masing pada 2006, 2012, dan 2014.