Selain itu, BPA juga bisa memberikan pengaruh buruk pada lingkungan. Polusi dan kerusakan lingkungan, juga berdampak pada satwa liar atau hewan-hewan di sekitar yang bersentuhan dengan sampah-sampah yang mengandung BPA.
Bila demikian, apakah kita benar-benar bisa menghindarinya? Apakah ada alternatif pengganti BPA yang lebih sehat dan ramah lingkungan?
Sebagai antitesis dari BPA tentu muncul "bebas BPA" sebagai label yang ditemukan pada aneka produk. Namun, apakah ada yang menjamin validitas dari label tersebut? Dengan kata lain, pengganti BPA itu apakah benar-benar tidak mengandung bahan kimia beracun lainnya?
Bagaimana menghindari?
Ini penting. Bila kita hampir sulit menghindar, adakah cara agar kita bisa menekan dampak buruk seminimal mungkin?
Masih dari sumber yang sama, berikut beberapa tips yang bisa dipakai.
Pertama, berbahagialah mereka yang bisa menikmati makanan mentah dan segar dengan mudah. Sayangnya, tidak semua orang memiliki akses memadai pada jenis makanan yang langsung didapat dari alam, tanpa melewati tahap pengolahan.
Masyarakat yang hidup di daerah perkotaan akan memenuhi kebutuhan sayur dan makanan segar yang sudah diawetkan dalam kaleng.
Menghindari makanan dan minuman yang disimpan dalam kaleng atau plastik adalah salah satu cara untuk menghindari paparan BPA. Sebagai gantinya, gunakan kaca, silicon, atau baja tahan karat.
Bila berat, batasi makanan kaleng dan kemasan. Seperti kita tahu, peluang kontaminasi BPA paling besar datang dari makanan. Makanan sendiri merupakan kebutuhan primer alias vital bagi setiap orang.
Untuk itu, perlu membatasi konsumsi makanan kaleng seperti buah-buahan dan sayuran dan produk yang dikemas dalam plastic seperti botol air sekali pakai, kaleng soda, atau minuman lainnya.Â