Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Inggris Terdegradasi, Alarm Bahaya Jelang Piala Dunia, dan Cristiano Ronaldo Berdarah-darah di UEFA Nations League

25 September 2022   23:52 Diperbarui: 25 September 2022   23:59 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada sejumah pemandangan yang saling bertolak belakang di matchday 5 UEFA Nations League yang dimulai sejak akhir pekan kemarin. Nasib miris yang dialami tim nasional Inggris yang berujung degradasi dan kemenangan timnas Portugal yang ditandai dengan insiden berdarah Cristiano Ronaldo kemudian mengantar mereka ke puncak klasemen.

The Three Lions harus mengakui keunggulan tuan rumah Italia di San Siro, Sabtu (24/9/2022) dini hari WIB. Gol indah Giacomo Raspadori di menti ke-68 menjadi pembeda di laga ini.

Inggris sebenarnya tampil lebih baik dibanding saat dipermalukan Hongaria empat gol tanpa balas pada pekan sebelumnya. Namun, armada Gareth Southgate tak bisa memaksimalkan kesempatan. Alih-alih mencetak gol, gawang Nick Pope justru kebobolan.

Inggris melanjutkan tren negatif sejak awal musim UEFA Nations League 2022/2023. Belum pernah menang di Liga A Grup 3. Dua kali imbang (1-1 vs Jerman di matchday kedua dan 0-0 vs Italia di matchday ketiga) dan tiga kali kalah (2 kali dari Hongaria, 0-1 dan 0-4, dan 0-1 dari Italia).

Penampilan Inggris yang begitu bapuk dengan hanya mampu mencetak satu gol melalui Harry Kane dari titik penalti saat diimbangi Jerman. Statistik tersebut menempatkan Inggris sejajar dengan tim sekelas San Marino, belum juga "pecah telor" gol dari skema permainan terbuka.

Kita bisa mengurai statistik miris Inggris lebih jauh. Nirgol dalam tiga laga terakhir sebagai yang terburuk sejak November 2020. Lima pertandingan beruntun tanpa kemenangan adalah noda besar bagi finalis Piala Eropa 2020.

Inggris belum pernah mengukir catatan seburuk ini dalam delapan tahun terakhir. Risiko pun harus diterima Kane dan kawan-kawan. Dengan raihan dua poin dan tersisa satu laga, tidak ada yang bisa menyelamatkan mereka dari degradasi.

Inggris yang terpaku di dasar klasemen, tertinggal empat angka dari Jerman, enam angka dari Italia, dan delapan angka dari Hongaria di urutan teratas, harus menerima kenyataan memalukan. Terdepak ke Liga B musim berikutnya.

Alarm bahaya

Kita bisa menjabarkan panjang-lebar mengapa performa Inggris begitu menurun. Ada banyak sebab yang bisa dikedepankan. Termasuk ketika tak mampu mengalahkan Italia yang hanya menjadi penonton di Piala Dunia 2022 kali ini.

Rentetan hasil memilukan itu jelas menjadi alarm tanda bahaya. Pesta bola empat tahuan di Qatar tidak lama lagi. Hanya dalam hitungan bulan. Inggris adalah salah satu tim yang difavoritkan untuk berbicara banyak di ajang akbar tersebut.

Apakah Inggris masih pantas diunggulkan di Piala Dunia nanti? Itulah tanda tanya yang sangat mengganggu para penggemar Inggris.

Kekecewaan atas kinerja Southgate hanya bisa diterima dengan lapang dada oleh sang pelatih. Southgate berdalih, penampilan timnya terus mengalami kemajuan. Namun, bila pada akhirnya tetap berkarib dengan kekalahan, para penggemar jelas tak bisa menerima begitu saja.

Setelah terlempar dari Liga A, Southgate masih memiliki satu kesempatan untuk kembali mencuri hati para fan. Sekaligus momentum untuk membuktikan bahwa Inggris tak seburuk yang dibayangkan.

Itu terjadi saat menghadapi Jerman di matchday terakhir pada Selasa (27/9/2022) dini hari WIB nanti. Kesempatan bagi Inggris untuk menutup fase grup di kasta teratas dengan manis.

Sekaligus ini menjadi laga pertaruhan bagi Southgate dan para pemain untuk menyongsong Piala Dunia. Southgate belum mengumumkan ke publik daftar pemain yang akan diboyong ke Qatar.

Besar kemungkinan, ia baru akan membocorkan amunisi pilihannya setelah itu. Laga-laga selama ini sekaligus menjadi kesempatan ia menyeleksi, serentak menjadi bahan evaluasinya sebagai sang juru taktik.

Apakah formasi yang ia terapkan sudah cukup diandalkan untuk setidaknya menyamai pencapaian menjadi semifinalis di Piala Dunia Rusia 2018? Apakah ia bisa mewujudkan status timnya sebagai salah satu jagoan dengan armada seperti itu? Atau ia perlu melakukan perubahan drastis?

Patut diakui, hasil buruk di UEFA Nations League adalah pemanasan yang sungguh tidak diharapkan. Rentetan minor itu tidak bisa tidak ikut mempengaruhi kepercayaan diri para pemain, bahkan termasuk Southgate sendiri.

Para fan yang kecewa berat dan para pemain yang begitu terpukul adalah pekerjaan rumah tak mudah untuk diselesaikan dalam rentang waktu singkat.

Setelah 439 hari kalah adu penalti dari Italia di final Euro 2022 di Wembley, grafik penampilan Inggris benar-benar bergerak ke arah berlawanan.

Lini belakang yang belum juga meyakinkan. Begitu juga sektor penyerangan. Krisis gol akut yang perlu diselesaikan. Ketergantungan pada Harry Kane yang belum juga hilang. Penampilan Raheem Sterling, Phil Foden, hingga Jack Grealish yang tak secemerlang di level klub.

Declan Rice dan Bellingham juga belum memberikan pengaruh di lini tengah. Begitu juga Bukayo Saka yang seperti kehilangan magisnya di Arsenal.

Ada banyak celah dan kehilangan yang harus Southgate temukan. Masih ada sedikit waktu sebelum laga pembuka menghadapi Iran, wakil Asia yang baru saja mengalahkan tim kuat Amerika Selatan, Uruguay di laga persahabatan.

Masih ada kesempatan bagi Southgate sebelum peluit dibunyikan pada 21 November nanti. Sebelum pada akhirnya Inggris benar-benar dibuat semakin malu dengan penampilannya di antara Iran, Amerika Serikat, dan Wales di fase grup.

Ronaldo berdarah-darah

Hasil berbeda dituai Portugal. Selecao das Quinas menang empat gol tanpa balas atas Republik Ceko di Sinobo Stadium, Minggu (25/9/2022) dini hari WIB.

Kemenangan telak empat gol tanpa balas berkat brace penggawa Manchester United, Diogo Dalot, serta masing-masing satu gol dari Bruno Fernandes dan Diogo Jota.

Cristiano Ronaldo memang tidak mencetak gol di laga ini meski ia memiliki sejumlah kesempatan emas. Walau tidak ikut mencatatkan namanya di papan skor, kehadiran CR7 tetap berpengaruh.

Mantan pemain depan Real Madrid dan Juventus itu malah menunjukkan semangat juang pantang menyerah. Ia menunjukkan bahwa insiden di lapangan pertandingan tak boleh membuat seorang pemain menyerah begitu saja.

Ronaldo bertabrakan di udara dengan kiper Republik Ceko, Tomas Vaclik pada menit ke-12. Hidungnya robek dan berlumuran darah.

Dengan perban di hidung, Ronaldo tetap melanjutkan pertandingan. Sayang baginya untuk menyudahi laga begitu cepat.

Ia bahkan sempat memberikan harapan bagi Republik Ceko usai upayanya melindungi hidung dari bola berujung handball. Beruntung hadiah tendangan 12 pas di akhir paruh pertama gagal dimaksimalkan Patrik Schick. Tendangan striker 26 tahun itu membentur tiang gawang.

Setelah itu, Ronaldo menebus kesalahannya. Ia hampir saja mencetak gol keempat bagi Portugal usai menyambut tendangan sudut. Tandukan Ronaldo kemudian dituntaskan Jota untuk mengunci kemenangan Potugal.

Berkat kemenangan ini, Portugal merangsek ke puncak klasemen Grup 2. Dengan 10 poin, Portugal menggusur Spanyol yang secara mengejutkan menelan kekalahan kandang pertama dalam tiga tahun terakhir saat menjamu Swiss.

Portugal unggul dua angka dari La Furia Roja. Bertolak belakang, Republik Ceko mendekam di dasar klasemen dengan koleksi empat poin, tertinggal dua angka di belakang Swiss.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun