Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

4 Siasat Kaum Milenial Hadapi Suku Bunga Tabungan 0 Persen

20 September 2022   09:33 Diperbarui: 21 September 2022   12:57 1124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Patut diakui, menabung di bank adalah salah satu, meski bukan satu-satunya, pilihan terbaik. Membuka rekening tabungan didasari oleh banyak alasan positif.

Dana yang disimpan tidak mengendap begitu saja. Ada jaminan bunga dari waktu ke waktu. Uang yang disimpan di bank akan berkembang, walau tidak signifikan, menyesuaikan dengan suku bunga dan besarnya simpanan.

Dibandingkan menyimpan uang di brankas rumah yang tak akan bertambah nilainya, kecuali ditambah dengan sendirinya, potensi rusak atau hilang terbuka. Sementara di bank, keamanan lebih terjamin.

Suku bunga itu pun tidak statis. Bisa meningkat tergantung kinerja pasar dan pertimbangan bersangkutan. Nasabah pun akan merasakan pengaruhnya.

Selain itu, proses pembukaan rekening kian mudah dengan dukungan kemajuan teknologi. Hanya perlu melengkapi berkas, proses bisa tuntas dalam hitungan menit. Sebaliknya, untuk menabung dan menariknya pun tidak rumit. Dari genggaman tangan, berbagai proses bisa diselesaikan.

Masih banyak lagi alasan yang membuat menabung di bank menjadi primadona.

Namun, bagaimana bila salah satu daya tarik, walau bukan satu-satunya, itu sirna. Suku bunga menukik tajam, bahkan sampai menginjak angka 0 persen? Apakah menyimpan dana di bank masih menjadi pilihan terbaik?

Kompas.com (12/9/2022) memberi contoh sejumlah bank yang mematok suku bunga tabungan sangat rendah. Bank Danamon misalnya, memberlakukan suku bunga 0 persen untuk Tabungan FlexiMAX dengan saldo di bawah Rp 50 juta dan bunga 0,50 persen untuk saldo Rp 50 juta hingga Rp 500 juta.

Skema yang sama berlaku untuk Tabungan Danamon Lebih. Pemilik tabungan di bawah Rp 500.000 diganjar bunga 0 persen, bunga 0,10 persen untuk tabungan sebesar Rp 500.00 sampai kurang dari Rp 50 juta. Suku bunga sedikit lebih tinggi, 0,25 persen berlaku bagi tabungan di atas Rp 1 miliar.

Bank-bank lain seperti Mandiri dan BCA pun menerapkan suku bunga yang hampir serupa. Tidak ada satu dari bank-bank itu yang memberikan bunga bagi tabungan tertentu di bawah 1 juta bahkan 50 juta.

Kita bisa buat kalkulasi sederhana. Menyimpan uang Rp 1 juta di bank sama sekali tidak membuat dana itu akan bertambah jumlahnya, kecuali kita menambahkannya dari waktu ke waktu.

Sebaliknya, dana-dana itu malah akan tergerus inflasi, dipangkas oleh kewajiban biaya administrasi, pajak, potongan biaya kartu ATM dan sebagainya. Seandainya uang sejumlah itu dibiarkan di bank dalam jangka waktu lama maka bakal tak akan tersisa.

Sekali lagi, bila demikian apa lagi alasan orang menyimpan uangnya di bank?

Tentu aktivitas perbankan tidak hanya soal tabung-menabung dengan angka-angka kecil seperti itu. Rekening tabungan di bank tetap dibutuhkan sebagai pengaman untuk sejumlah pos dana yang akan dikeluarkan secara rutin, misalnya uang belanja bulanan, pembayaran tagihan, dan sebagainya.

Begitu juga bank masih penting sebagai sarana transaksi yang mudah dan praktis. Bisa jadi orang sengaja menjaga agar tabungan tetap aktif sehingga berbagai aktivitas transaksi bisa tetap berlangsung.

Belanja online, pengisian dompet digital (e-wallet), pembayaran kartu kredit, pembayaran gaji, dan e-money, mustahil terlaksana tanpa rekening bank, bukan?

Selain itu, penting memiliki jaminan tabungan di bank saat mengajukan visa perjalanan keluar negeri. Begitu juga, pengajuan kredit biasanya membutuhkan salinan riwayat tabungan di bank atau mengharuskan untuk membuka rekening tabungan.

Memang menabung di bank masih menjadi pilihan. Soal kebiasaan yang sulit untuk ditinggalkan. Namun, bukan tidak mungkin, preferensi menabung di bank perlahan-lahan bergeser.

Orang akan mulai berpikir taktis dan strategis atas dana yang kini tersimpan di rekening tabungan atau ketika hendak membuka rekening tabungan baru. Dana tabungan hanya untuk keperluan transaksional dan menunjang gaya hidup non-tunai (cashless).

Sebagai kaum milenial apa strategi yang akan Anda lakukan di tengah kondisi seperti ini?

Pertama, saat ini tersedia berbagai macam pilihan tabungan. Seperti hendak membeli telepon genggam baru. Tersedia beragam pilihan merek, model, ukuran, dan warna.

Orang mulai menimba dengan serius berbagai tawaran itu berikut fitur-fiturnya dan disesuaikan dengan kebutuhan.

Apakah pilihan dijatuhkan karena selera atau semata-mata pemenuhan keingian, atau lebih karena alasan kebutuhan?

Pertimbangan membuka rekening pun begitu. Bank, jenis tabungan, bunga, hingga persyaratan. Belum lagi disesuaikan dengan kebutuhan.

Untuk itu penting untuk memikirkan kebutuhan spesifik dari membuka rekening tabungan.

Kedua, bila selama ini memiliki banyak rekening tabungan yang diperuntukan bagi berbagai pos pengeluaran rutin, maka baiknya untuk mempertimbangkan untuk memangkas jumlahnya.

Bisa dipikirkan memaksimalkan satu atau dua rekening bersama. Memang, risikonya pemetaan tabungan terganggu. Namun, bisa membuat pengelolaan uang menjadi lebih mudah. Plus tidak banyak uang yang harus dipangkas untuk urusan adminstratif perbankan.

Ketiga, memang menabung adalah sebuah langkah penting yang harus ditanam ke setiap generasi. Orangtua dengan sengaja mengajarkan dan selalu mengingatkan anak-anak untuk membuka rekening tabungan dan rutin menyimpan.

Kini pilihan menabung tidak lagi terbatas pada bank. Ada instrumen lain untuk menyimpan uang dengan bunga yang lebih tinggi.

Tersedia beragam instrumen investasi yang bisa disesuaikan dengan profil risiko dan target investasi. Saat suku bunga di bank tak lagi menjanjikan, saatnya melakukan diversifikasi ke surat utang ritel, emas, valas, reksadana saham, dan sebagainya.

Karena itu, penting bagi generasi milenial untuk berpikir dan bertindak kreatif untuk memanfaatkan penghasilan (gaji maupun pendapatan lainnya). Produk tabungan di bank bukan lagi satu-satunya tempat menyimpan uang yang bisa diandalkan.

Kita bisa bersiasat demikian. Sekitar 10 persen penghasilan di tabung di bank untuk menunjang transaksi rutin dan berbagai kebutuhan yang tak terhindarkan tanpa bank, sementara selebihnya dialokasikan ke investasi saham atau reksa dana misalnya.

Keempat, akhirnya kondisi yang mengkhawatirkan ini memang memantik kaum milenial berpikir lagi tentang pilihannya menabung di bank.

Namun, dalam situasi penuh tantangan dengan ancaman resesi ekonomi di depan mata, suku bunga bukan menjadi alasan untuk tetap menyisihkan uang secara teratur, berapa pun nilainya, sehingga bantalan finansial tetap berisi.

Menekan godaan pengeluaran yang tidak perlu dan mengalihkan dana tersebut untuk memperkuat dana darurat atau dialihkan untuk menambah investasi.

Menabung adalah harga mati, entah suku bunga sedang baik atau tidak. Tiarapnya suku bunga bank jangan sampai menghalangi kita untuk menabung, menabung, dan terus menabung. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun