Rupanya, Boehly adalah sosok yang serius dan ambisius. Ia tak mau main-main dengan target dan investasi. Sang pendatang baru itu tidak sedang mencoba membangun klub impian untuk dipajang, lalu kemudian menjadi bahan olok-olokan sebagai klub fantasi belaka.
Lantas, bagaimana masa depan Chelsea setelah Tuchel? Apakah suksesornya akan mampu menggapai apa yang diinginkan sang pemilik? Apakah dengan gaya Boehly seperti saat ini, ia akan mendapat pelatih yang cocok dan bisa diandalkan untuk meraih gelar?
Gaya Boehly jelas tidak bisa diterima semua pelatih. Seperti Tuchel, rasa tidak nyaman juga akan dialami pelatih-pelatih lain bila Boehly terlalu jauh ikut campur.
Selain itu, Boehly belum teruji seperti Abramovich. Taipan Rusia itu memang terkenal tak punya rasa kasihan. Namun, ia bisa menunjuk pelatih dengan tepat untuk memberinya prestasi.
Chelsea di era Abramovich tak lepas dari ketidakstabilan. Pelatih datang dan pergi. Namun, tidak pernah krisis prestasi. Seperti Roberto Di Matteo yang bisa menghadirkan Piala FA dan Liga Champions pada periode yang singkat pada 2012 silam. Hingga Tuchel yang di musim pertamanya bisa memberi gelar prestisius, tanpa harus merogoh kocek dalam-dalam.
Sementara Boehly harus bekerja cepat untuk menentukan pengganti Tuchel. Tanpa pengganti Marina Granogskaia dan Petr Cech, kerja itu semakin tidak mudah.
Ia memang punya banyak uang. Namun, memutar atau mengelolanya bersama Chelsea adalah urusan berbeda.
Para penggemar tengah menanti. Setelah membuat heboh baik di bursa transfer hingga pemecatan Tuchel, apakah Chelsea akan langsung kembali ke jalur positif.
Rasa-rasanya para fan harus lebih sabar untuk melihat ke mana Boehly membawa Chelsea. Juga siap-siap mengeluas dada untuk melihatnya bergerak kea rah berbeda.
Semoga tidak!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H