Ketika ditinggal sebagai orang terakhir di barisan belakang saat timnya menyerang, begitu pula saat ditekan, ia dengan tenang menjalankannya.
Ia bisa bersaing satu lawan satu dengan lawan saat mereka ditekan. Kecepatan, kemampuannya membaca arah bola dan pergerakan lawan, serta keberaniannya mengambil keputusan, seringkali berakhir manis.
Ada hal penting lain yang perlu digarisbawahi dari seorang Kounde. Dalam usianya yang masih muda dan harus memikul tanggung jawab krusial di lini yang sangat menguras tenaga dan emosi, Kounde sungguh menunjukkan kedewasaan.
Jarang kita melihat Kounde begitu temperamental saat beradu dengan para pemain depan lawan. Mengambil keputusan fatal dalam rupa pelanggaran-pelanggaran yang tidak perlu. Ia tak banyak mengoleksi kartu kuning apalagi kartu merah untuk ukuran seorang bek muda.
Walau tidak selalu mulus dan terkadang jatuh dalam gelora pemain muda yang ceroboh, masih ada cukup waktu baginya untuk semakin matang baik secara emosional maupun teknik.
Kehadirannya jelas membuat skuad Xavi Hernandez kian dalam. Berkah dari pilihan ikhlas Kounde untuk tidak berkata ya pada klub-klub lain yang bisa lebih menjamin perannya dalam tim. Banyak pihak memprediksi, dibanding Barcelona, posisi Kounde akan lebih terjamin bila berseragam Chelsea.
Kounde akan menjadi andalan baru di lini belakang Barcelona. Ia bisa menjadi partner potensial bagi Ronald Araujo, yang juga disebut-sebut sebagai salah satu bek dengan masa depan cerah, lalu diapiti Sergino Dest dan Jordi Alba di kedua sisi, dalam formasi empat bek.
Keputusan itu tidak bisa tidak mengandung risiko. Mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk ukuran klub yang tengah diterpa krisis finansial akut untuk mendatangkan seorang pemain yang di posisi tersebut sudah memiliki sejumlah opsi, jelas menuntut kerja ekstra Kounde agar bisa merebut satu tempat di skuad utama dan mendapat menit bermain reguler. Â
Kounde harus bisa memperbaiki beberapa pekerjaan rumah yang masih terlihat saat berseragam Sevilla. Ia boleh tangguh dan brilian dalam duel udara, namun harus lebih sigap membaca umpan-umpan silang lawan sehingga bisa mengambil tindakan yang tepat.
Ia bisa saja dibanding-bandingkan bahkan disandingkan dengan "big man"-nya Liverpool dan timnas Belanda, Virgil van Dijk khusus untuk gaya bermain dan keterampilan teknis seperti duel satu lawan satu dengan lawan, beradu kecepatan sebagai harapan terakhir saat diserang, dan dengan tenang menunda bahkan mencuri bola.
Ia memang memiliki sikap dan mentalitas istimewa untuk pemain semuda itu yang sangat dibutuhkan untuk seorang bek, antisipasi yang bagus dalam beberapa situasi, namun ia masih harus mengembangkan kemampuannya untuk mengirim umpan-umpan panjang dan menahan diri agar tidak sampai kehilangan posisi.