Â
Pandemi Covid-19 reda, satu hal yang diburu banyak orang adalah berpelesir. Setelah lebih dari dua tahun terkungkung oleh sekat pembatasan mobilitas fisik dan sosial, orang-orang pun ramai-ramai merayakan kebebasan itu dengan bepergian ke tempat-tempat impian.
Tidak terkecuali saya dan keluarga. Agenda liburan tahun ini diisi dengan anjangsana ke Yogyakarta. Saat bertepatan dengan liburan sekolah, di pertengahan bulan Juli ini.
Beberapa bulan sebelum itu kami sudah menyusun rencana. Lebih dari sekadar kota tujuan. Tempat menginap, titik-titik yang akan dikunjungi, transportasi, hingga soal makan dan minum. Â Masing-masing dengan aneka pertimbangan yang bila dibuat daftar bakal mengular panjang. Tujuannya satu, membuat liburan kali ini berakhir bahagia.
Pilihan menginap kemudian jatuh ke Omah Lumbung. Lokasinya di Jl. Onggomertan, Muron, Nayan, Maguwoharjo, Depok, Sleman.
Jaraknya tidak lebih dari 30 menit berkendaraan roda empat dari Stasiun Yogjayarta atau Stasiun Jogjakarta atau yang dikenal sebagai Stasiun Tugu, stasiun kereta api legendaris yang terletak di pusat kota Yogyakarta.
Perjalanan melelahkan selama lebih dari tujuh jam dari Stasiun Kereta Api Senen, Jakarta, kemudian terobati dengan kehangatan kota Yogyakarta.
Walau cuaca sore itu terasa membakar, tubuh yang sudah digerogoti lelah masih bisa bertahan untuk menikmati keramahan warganya dan perjalanan menyusuri jalan-jalan sempit dengan gedung-gedung rendah hingga mencapai Omah Lumbung.
Letaknya di antara hamparan persawahan yang dibelah oleh ruas jalan yang tak jauh dari jalan raya utama Yogya-Solo yang tak jauh dari Bandar Udara Adisutjipto yang berjarak tak lebih dari 2 km.