Setelah tertinggal di gim kedua, keduanya kembali bangkit di set penentuan. Tentu, ada pengaruh penting dari teriakan "Indonesia,Indonesia,Indonesia" yang kompak terdengar dari tribun.
Tak heran setelah mengklaim gelar Super 750 pertama mereka, salah satu pihak yang tak lupa mereka sebut adalah penonton.
"Hari ini kami seperti main di rumah sendiri, terima kasih utk semua penonton di Axiata Arena. Juga terima kasih kita kepada masyarakat Indonesia yang mendukung kami dari rumah." Demikian Apri melansir twitter resmi PBSI.
Tidak berpuas diri
Itulah harapan lain yang disematkan kepada "rising star" ini. Gelar juara ini jangan sampai membuat mereka lupa diri. Usia mereka masih muda. Perjalanan mereka masih panjang. Masih banyak turnamen yang harus mereka menangkan.
Target besar jangka panjang adalah menjadi salah satu pasangan yang bisa pentas di Olimpiade Paris 2024. Untuk menggapai rencana itu mereka harus bekerja keras agar bisa menembus jajaran elite dunia.
Sesungguhnya mereka sudah berada di jalur yang benar. Untuk menjaga agar laju mereka tidak sampai melenceng, mereka harus membenahi sejumlah pekerjaan rumah.
Seperti kita lihat di partai final kali ini, pasangan ini harus bisa mengontrol pukulan agar tak sampai melebar dan tersangkut di net. Beberapa kali, baik Apri maupun Fadia, melakukan kesalahan yang tidak perlu.
Mereka harus terus memelihara semangat juang dan konsistensi. Mereka harus terus mempertebal mental untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat.
Jangan sampai awal baik ini kemudian berubah arah karena mereka pun ikut terjangkit penyakit yang banyak menghinggapi para pemain potensial: inkonsistensi.
Tak kalah penting, mereka harus terus menjaga kerendahan hati untuk mau belajar, dibimbing, dan memacu diri.