Tim putra India yang menjuarai Piala Thomas edisi terkini di Bangkok, Thailand, pertengahan Mei 2022 menjadi salah satu pusat perhatian di Istora Gelora Bung Karno, Jakarta, tempat dua turnamen  elite digelar secara beruntun.
Setelah tim Negara Anak Benua mengukir sejarah, pertama kali ke final dan menjadi juara dalam 73 tahun penyelenggaraan turnamen beregu itu, mereka pun ditantang secara individual di Indonesia Masters 2022 dan Indonesia Open 2022.
Apakah masing-masing pemain bakal tampil spartan sebagai pemain tunggal dan ganda saat terpisah dari kawanan?
Seperti apa performa mereka setelah membuat Indonesia, tim paling sukses di Piala Thomas yang jauh lebih diunggulkan di final saat itu, harus bertekuk lutut?
Adakah dampak positif dari gelar bergengsi di jagad badminton dunia bagi negara yang lebih familiar dengan olahraga kriket itu?
Jangan-jangan mereka termakan euforia usai menjadi negara keenam yang menjuarai Piala Thomas setelah sebelumnya gelar hanya berpindah tangan di antara China, Malaysia, Indonesia, Jepang, dan Denmark?
Di Indonesia Masters, turnamen level Super 500 yang berakhir akhir pekan lalu, sektor putra hanya menyisahkan Lakshya Sen di babak perempat final.
Tunggal putra yang menyumbang angka pertama bagi India usai mengalahkan Anthony Sinisuka Ginting, 21-8, 17-21, 16-21, ternyata tak bisa berbicara banyak. Langkah pemain ranking 10 BWF itu terhenti di delapan besar.
Ia tak bisa melewati hadangan pemain senior Taiwan dengan ranking dunia lebih tinggi, Chou Tien Chen. Walau begitu, Lakshya mampu memberikan perlawanan selama lebih dari satu jam sebelum menyerah rubber game 21-16, 12-21, dan 21-14 pada sang finalis yang di partai final takluk dari Viktor Axelsen.
Bagaimana dengan para pemain tunggal lainnya dan para pemain ganda?