Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

"All Indonesian Final" Pupus, Semoga Ditebus Apriyani Rahayu/Siti Fadia dan Fajar Alfian/Rian Ardianto

11 Juni 2022   23:46 Diperbarui: 11 Juni 2022   23:59 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua dari empat wakil Indonesia yang bertarung di semifinal Indonesia Masters 2022, Sabtu (11/6/2022) akhirnya lolos ke partai pamungkas.

Tidak ada "all Indonesian final" ganda putra setelah Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo tak mampu melewati hadangan Liang Wei Keng/Wang Chang asal China.

Unggulan teratas itu secara mengejutkan takluk straight set, 17-21 dan 10-21 dari pasangan ranking 424 BWF.

Begitu juga harapan Anthony Sinisuka Ginting bisa mengulangi pencapaian pada edisi 2018 dan 2020 tak terwujud. Unggulan pertama dari Denmark, Viktor Axelsen masih terlalu tangguh bagi pemain kelahiran Cimahi, Jawa Barat itu.

Axelsen menunjukkan ketangguhannya sebagai tunggal putra terbaik dunia di hadapan  mayoritas pendukung Ginting yang memenuhi Istora Senayan, Jakarta. Peraih emas Olimpiade Tokyo 2020 itu memperagakan kecepatan, kecermatan, dan kekuatan saat menyerang dan bertahan.

Ginting yang tampil heroik saat melibat Lee Zii Jia di semifinal, tak bisa mendapatkan momentum untuk mengimbangi Axelsen. Ginting pun menyerah dua gim, dengan skor identik, 15-21 dan 15-21 dalam tempo 48 menit.

Ginting yang kini berada di ranking 6 BWF tak mampu memperkecil ketertinggalan "head to head" dengan Axelsen. Axelsen memperlebar keunggulannya atas Ginting menjadi 7-4.

Kekecewaan fan tuan rumah hari ini terobati dengan penampilan apik Apriyani Rahayu/Siti Fadia SIla Ramadhanti dan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto.

Kedua pasangan itu membalas kesetiaan para penonton yang tak pernah lelah mendukung dari dekat. Durasi pertandingan semifinal yang mencapai lebih dari 10 jam terbukti tak mampu menggerus antusiasme mereka. Teriakan masih jelas terdengar, bahkan semakin menjadi-jadi di partai terakhir saat Fajar/Rain menggulung He Ji Ting/Zhou Hao Dong, 21-17 dan 21-17.  

Peluang Apri/Fadia

Sepak terjang Apri/Fadia sejak menyabet medali emas SEA Games 2021 Vietnam semakin menunjukkan tren positif. Pasangan muda hasil bongkar-pasang itu sudah mampu mengejutkan dunia.

Setelah menaklukkan para raksasa dari Thailand di SEA Games, Mei 2022 lalu, pasangan yang belum memiliki ranking BWF itu, terus melanjutkan kejutannya di Indonesia Masters 2022.

Mereka berhasil melangkah jauh hingga babak final. Sebuah pencapaian di luar dugaan banyak orang. Kemenangan rubber game atas Lee So Hee/Shin Seung/Chan unggulan dua dari Korea Selatan di perempat final, perlahan-lahan membuat pesimisme berubah jadi optimisme.

Pasangan pendatang baru yang dipandang sebelah mata ini ternyata mampu menumbangkan para unggulan. Unggulan enam dari Malaysia, Pearly Tan/Thinaah Muralitharan menjadi korban berikutnya dari keganasan  Apri/Fadia.

Melalui pertarungan melelahkan selama 1 jam dan 14 menit, Apri/Fadia yang ditempatkan sebagai unggulan ketujuh itu mampu meraih kemenangan 21-23 21-14 21-14.

Kini, satu tangga lagi Apri/Fadia akan menegaskan status mereka sebagai "the giant killer".  Pertandingan final, Minggu (12/6/2022) adalah pamungkas bagi keduanya untuk merebut gelar pertama di level Super 500. Sebuah loncatan prestasi bagi pasangan baru.

Namun, Apri/Fadia akan menghadapi lawan terberat. Unggulan pertama, Chen Qing Chen/Jia Yi Fan asal China. Chen/Jia tanpa hambatan melewati wakil Korea Selatan, Jeong Na Eun/Kim Hye Jeong, 21-12 dan 21-13 di babak empat besar.

Di atas kertas, Chen/Jia tentu lebih dijagokan. Pasangan nomor satu dunia dengan jam terbang tinggi. Berbanding pasangan baru yang belum lama disatukan dan belum banyak diuji di berbagai level turnamen.

Walau demikian, dukungan pada Apri/Fadia tidak akan surut. Sebagai yang kurang diunggulkan, Apri/Fadia akan bermain lepas. Tampil tanpa beban sekiranya membuat Apri/Fadia bisa mempertahankan ritme positif yang sudah terlihat, pola dan variasi permainan yang sudah mulai terbentuk, ikatan dan komunikasi di antara mereka yang kian padu, serta kepercayaan diri sebagai pasangan yang kian tebal.

Faktor-faktor non-teknis ini sekiranya diperkuat dengan suntikan semangat dari luar lapangan yang tak perlu diragukan lagi sehingga Apri/Fadia bisa menggapai klimaks.

Balas Dendam Fajar/Rian

Seandainya pasangan non-unggulan China tak menghadang The Minions, skenario indah, final sesama pemain Indonesia di sektor ganda putra, bakal terwujud.

Sayangnya, hasil akhir berkata lain. Liang/Wang bermain baik. Berbanding terbalik dengan The Minions yang seperti kehilangan taji. Liang/Wang hanya butuh 33 menit untuk menggapai final.

Fajar/Rian pun mendapat kesempatan ganda. Di satu sisi, ini menjadi saat yang tepat untuk langsung menebus kekalahan senior mereka.

Di sisi berbeda, misi "balas dendam" itu akan berujung podium juara. Menunjukkan peningkatan prestasi pasangan ranking tujuh BWF itu setelah sebelumnya di tahun ini berjaya di Swiss Open Super 300. Gelar Super 500 pertama mereka di tahun ini.

Dibanding ganda putra Merah Putih lainnya, performa Fajar/Rian paling konsisten. Dari lima turnamen terakhir yang diikuti sejak awal tahun, sepak terjang mereka minimal menggapai semifinal.

Hasilnya adalah juara Swiss Open, runner-up Korea Open, semifinal Badminton Asia Championship, runner-up Thailand Open, hingga menyambut gelar Indonesia Masters di kandang sendiri.

Hanya saja, laga penghabisan di hadapan pendukung sendiri tidak akan mudah. Wang/Liang akan mengubah status sebagai yang tidak diunggulkan dan kurang didukung di Istora menjadi stimulus untuk tampil tanpa beban. Tekanan justru berada di pihak Fajar/Rian.

Bila tidak diantisipasi dan dikelola dengan baik, bisa mendatangkan petaka. Semoga kecemasan itu tidak terlihat di laga final nanti.

Sebaliknya, kita mendambakan performa "gahar" Fajar/Rian seperti saat menggulung unggulan tiga dari Taiwan, Lee Yang/Wang Chi-Lin, 21-15 dan 21-18 sehari sebelumnya dan berlanjut dengan melibas pasangan China di semifinal.

Smes-smes keras, kecerdikan, variasi pukulan, pertahanan yang solid, mental yang kuat, dan kepercayaan diri yang tinggi sekiranya kembali melekat pada penampilan Fajar/Rian.

Dan menjauhkan mereka dari rasa jemawa yang bisa mengaburkan konsentrasi dan menurunkan kualitas. Bila Fajar/Rian kembali tampil dalam bentuk terbaik, maka menggapai podium tertinggi hanyalah soal waktu.

Kita berharap, Fajar/Rian yang akan tampil di partai terakhir benar-benar menutup turnamen ini dengan indah. Keduanya memungkasi Indonesia Masters dengan cerita kemenangan.

Bila Apri/Fadia yang tampil sebelum itu juga mampu meraih kemenangan, maka kegembiraan para pendukung Indonesia bakal meluap-luap.

Semoga!

Jadwal final Indonesia Masters 2022, Minggu (12/6/2022) siang WIB; tournamentwoftware.com
Jadwal final Indonesia Masters 2022, Minggu (12/6/2022) siang WIB; tournamentwoftware.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun