Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Greysia Polii Akhirnya Pensiun, 4 Inspirasi yang Bisa Dipetik Para Penerus

3 Juni 2022   23:42 Diperbarui: 4 Juni 2022   14:07 1531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Ada saat untuk memulai, ada saat untuk mengakhiri. Begitu juga kehidupan seorang atlet. Sekuat-kuatnya ia bertahan, akan sampai pula di titik akhir. Demikian halnya Greysia Polii.

Sebagai anak terkecil di angkatannya, demikian kenangan Lanny Tedjo, Greys menunjukkan keunggulan tersendiri. Saat mulai mendampingi Greys kecil di PB Jaya Raya, Lanny Tedjo mendapati keistimewaan di balik sosok anak didik yang mungil itu. Giat berlatih. Serius. Jarang mengeluh. Penuh percaya diri.

Ternyata mental dan kepribadian yang sudah terlihat sejak dini mengantar Greys bisa bertahan mengarungi pasang surut kehidupan sebagai atlet badminton. Setelah 30 tahun mengayun raket dari gelanggang ke gelanggang dengan meninggalkan begitu banyak kenangan manis dan pahit, Greys pun gantung raket.

Pebulutangkis 34 tahun itu akhirnya memastikan dirinya tidak lagi menjadi atlet profesional. Beberapa kali ia memberikan isyarat pensiun.

Hari ini, Jumat (6/3/2022) Greys pun memaklumkan kabar yang membuat jagad maya riuh. Tentu saja mengundang beragam reaksi dari para penggemar bulu tangkis dunia.

Greys akan menegaskan keputusan gantung raket secara resmi sebelum final Indonesia Masters 2022 pada Minggu (12/6/2022) nanti. Pihak PBSI sudah mengagendakan seremoni khusus untuk memberi ruang penghormatan dan pelepasan salah satu legenda hidup dalam tajuk "Greysia Polii Testimonial Day."

Tentang atlet kelahiran Jakarta, 11 Agustus 1987 itu, kita tak bisa merangkum dalam sejumlah baris kalimat. Namun, ada sejumlah hal yang bisa kita ringkaskan sebagai peninggalannya untuk bulu tangkis Tanah Air.

Seperti sudah dikemukakan Lanny Tedjo di awal, Greys membuktikan kualitas kepribadian itu sebagai modal penting bagi seorang atlet. Ada sejumlah babak dalam perjalanan kariernya yang membuat kesan awal Lanny Tedjo itu bukan isapan jempol belaka.

Pertama, Greys adalah sosok yang tangguh baik mental maupun fisik. Tidak banyak pemain yang bisa bertahan dan tetap berprestasi hingga lewat kepala tiga.

Medali emas Olimpiade Tokyo 2020 bersama Apriyani Rahayu adalah pembuktian paling mutakhir Greys bahwa usia tidak menjadi halangan untuk berprestasi.

Itu adalah prestasi terakhir yang menjadi puncak perjalanan panjang Greysia sejak bergabung di tim nasional Indonesia pada 2003.

Selama 19 tahun, Greys sudah sering berganti pasangan. Heni Budiman, Jo Novita, Vita Marissa, Meiliana Jauhari, Nitya Krishinda Maheswari, hingga Apriyani adalah partnernya di ganda putri.

Tidak sampai di situ. Greys juga pernah menjajal nomor ganda campuran. Hasilnya bahkan tidak buruk. Bersama Muhammad Rijal, mereka menggondol medali perak Kejuaraan Dunia Junior 2004 di Kanada.

Bisa bertahan nyaris satu dekade dengan adaptasi yang terus dilakukan setiap berganti tandem jelas mensyaratkan ketangguhan fisik dan psikis.

Ketika banyak pemain gampang menyerah setelah status quo direnggut, Greys justru menunjukkan sebaliknya. Tidak ada kemapanan dalam kehidupan seorang atlet. Yang ada hanyalah adaptasi, adaptasi, dan adaptasi. Di dalamnya ada proses belajar tanpa henti. Termasuk kerelaan untuk selalu kembali ke titik nol.

Ditinggal sang kakak, Rickettsia Polii pada 2020 adalah pukulan terbesar dalam hidupnya. Kepergian sosok yang sudah menggantikan peran sang ayah sejak berusia 2 tahun sungguh mengguncang Greys.

Ia tidak patah arang. Ia justru semakin termotivasi untuk berprestasi. Kualitas yang ditunjukkan oleh seorang yang berjiwa besar.

Kedua, Greys tidak pernah tampil setengah hati. Melihat Greys bertanding, kita menjumpai totalitas di sana.

Dengan setiap pasangan, ia selalu berjuang sekuat tenaga. Ia berusaha membangun ikatan dan soliditas.

Hasilnya, mereka bisa meraih banyak gelar. Mulai dari level junior dengan mengawinkan medali perak nomor ganda campuran dan perunggu ganda putri bersama Heni Budiman pada 2004 silam.

Selanjutnya, juara Phillipines Open 2006 bersama Jo Novita, lantas Thailand Open, Taiwan Open, Korea Open, Singapore Open, hingga medali emas Asian Games 2014 bersama Nitya.

Cedera lutut serius yang dialami Nitya hingga memaksanya harus naik meja operasi pada Desember 2016, membuat keduanya harus berpisah. Saat itu, mereka menjadi jagoan Indonesia untuk bertarung dengan para unggulan dari mancanegara.

Ketiga, Greys adalah mentor yang baik. Ia tidak hanya berstatus pemain senior di antara para junior, tetapi seorang kakak yang mengayomi adik-adiknya.

Ia membuka diri untuk merangkul yang muda. Ia senantiasa mendukung para penerus untuk terus maju. Ia tidak hanya berhenti sebagai inspirasi, tetapi ia ikut menularkan inspirasi itu di lapangan pertandingan.

Bagaimana ia mendampingi Apriyani dengan rentang usia terpaut begitu jauh hingga menjadi pasangan tangguh adalah bukti tak terbantahkan.

Sosok senior yang selalu memotivasi dari luar lapangan seperti yang ditunjukkan di SEA Games Vietnam 2021 yang baru saja berakhir di Hanoi, Vietnam.

Greys senantiasa memantau sepak terjang Apriyani dan tandem barunya, Siti Fadia Silva Ramadhanti. Ia seperti tak mau ketinggalan perkembangan penerusnya itu. Hingga kemudian debut mereka berakhir manis dengan medali emas SEA Games 2021.

Keempat, Greys tahu kapan harus berkata cukup. Banyak momen yang membuat Greys hampir gantung raket. Kasus diskualifikasinya bersama Meiliana Jauhari di Olimpiade London 2012, ditinggal Nitya, hingga kepergian sang kakak.

Namun, Greys bisa bangkit. Ia bisa keluar dari keterpurukan hingga pada akhirnya ia harus bekerja keras untuk mengangkat juniornya agar bisa ikut berprestasi. Mengguncang dunia dengan medali emas Olimpiade Tokyo.

Greys memang terlihat masih bergairah. Fisiknya masih mampu untuk diadu. Namun, ia sepertinya tidak mau terus memaksakan diri.

Sudah saatnya ia menyerahkan tongkat estafet kepada juniornya. Selanjutnya memulai babak baru dalam kehidupannya sebagai seorang istri bagi Felix Djimin yang menikahinya pada 23 Desember 2020. Selain itu, ia akan mengembangkan bisnis yang sudah menunjukkan hasil baik.

Memang ada kecemasan mundurnya Greys akan berdampak pada sektor ganda putri Indonesia. Kehilangan pengayom dan panutan. Tak ada lagi kelanjutan cerita Greys dan Apri sebagai salah satu pasangan elite dunia.

Cerita pasangan senior-junior yang fenomenal itu sudah berakhir. Sementara itu, pelatih ganda putri baru saja bongkar pasang sejumlah pemain muda dan masih butuh waktu untuk menampakkan hasil.

Buku cerita Greys/Apri boleh ditutup. Tetapi masih ada kelanjutannya yang akan diisi oleh tokoh-tokoh muda. Pensiunnya Greys menjadi kesempatan bagi Apri untuk mengambil peran yang sama pada Fadia.

Begitu juga pasangan muda lainnya. Sekiranya mereka semakin termotivasi untuk bekerja lebih giat demi mendongrak prestasi dan menjaga jangan sampai terjadi kevakuman prestasi pasca Greys/Apri.

Terima kasih Greys!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun