Sektor tunggal patut disorot, baik tunggal putri maupun tunggal putra. Di tunggal putri, penampilan Jorji tidak memuaskan.
Kekalahannya atas pemain Vietnam ranking 58 BWF, sebagai satu-satunya kekalahan tim Indonesia di laga itu, Thuy Linh Nguyen, 14-21 21-17 21-16, memperlihatkan banyak kekurangan. Hasil minor dari lawan dengan peringkat BWF lebih rendah adalah kesimpulan dari mental, kepercayaan diri, determinasi, variasi pukulan, dan ketahanan fisik, sang pemain yang masih menjadi pekerjaan rumah.
Sama halnya para pemain tunggal putra. Harry Hartono, pelatih Chicho cs mengakui betapa jauh pengalaman para pemain Indonesia dari Thailand.
Tunggal ketiga, Bobby Setiabudi yang secara kualitas lebih baik dari lawannya, bermain penuh ketegangan. Ia bermain sambil memikul beban berat. Sayangnya, Bobby belum teruji untuk mengurainya secara positif di lapangan pertandingan.
Hal senada diakui Kabid Binpres PP PBSI, Rionny Mainaky. Mantan pelatih timnas Jepang itu tak bisa menutup betapa para pemain tunggal putra tak bisa bermain bebas dan lepas.
"Serba ragu-ragu mau main apa, terlihat sekali di Chico dan Christian," aku Rionny melansir siaran pers Humas PBSI.
Begitu juga kesan Rionny pada Bobby. "Untuk Bobby, tadi start sudah bagus tapi ketika lawan naik sedikit, tekanan berbalik. Nah itu rasa takutnya tidak hilang-hilang hingga akhir, jadi dia tidak bisa keluar dari tekanan."
Peluang nomor perorangan
Indonesia masih berkesempatan "pecah telur" medali emas dari cabang olahraga andalan di Vietnam kali ini. Pertandingan nomor perorangan adalah kesempatan kedua sekaligus terakhir bagi para pemain Indonesia.
Para pemain putra maupun putri Indonesia harus bisa belajar dari turnamen beregu untuk mengatasi tekanan dan tantangan yang bakal lebih berat. Mereka akan bermain sebagai individu. Tidak ada rekan yang akan menjadi penyeimbang atau penyelamat.