Belajar dari gim pertama, Chen pun bangkit di set kedua. Kemenangan 21-18 Â kemudian mengantar penonton pada pertarungan berkelas.
An yang tertinggal 0-6 dalam skor "head to head" kembali mendapatkan momentum seperti di gim pertama. Ia mampu merebut poin demi poin hingga unggul 11-5. Selisih poin yang cukup jauh tidak membuat Chen menyerah.
Chen kemudian mengalami masalah pada kakinya. Ia mengerang kesakitan dan harus mendapat perawatan sejenak. Sambil meringis kesakitan ia kembali ke arena.
Ketenangan dan kesabaran Chen akhirnya memberinya kesempatan untuk mengejar bahkan hingga mampu menyamakan kedudukan.
Situasi serupa terjadi pada An. Pemain berusia 20 tahun itu harus jatuh bangun meladeni Chen. Dari sorotan kamera tertangkap jelas raut wajah kesakitan. Beberapa kali ia harus terduduk sambil memegang kakinya.
Namun, An tidak memilih mundur walau harus tertatih-tatih menahan perih. Ia terus berjuang bahkan hampir saja memetik kemenangan saat memimpin 19-16 dan lebih dahulu merebut "championship point."
Chen dengan kematangannya berhasil mengimbangi semangat juang tinggi lawannya. Ia berusaha bermain aman dan sejauh dapat tidak melakukan kesalahan. Strategi yang berjalan baik yang memberinya dua poin kemenangan.
Pertandingan yang berakhir dengan skor 21-17 15-21 20-22 dalam waktu 1 jam dan 31 menit adalah pembukaan yang pas untuk sebuah partai final.
Ini akan menjadi yang pertama bagi Korea sejak kekalahan 3-1 mereka dari lawan yang sama di Kunshan enam tahun lalu. Satu-satunya gelar mereka di tahun 2010 juga datang melawan Cina di Kuala Lumpur.
Kebangkitan Lee/Shin