Beberapa jam sebelum umat Islam merayakan hari kemenangan, di panggung Badminton Asia Championships 2022, Pramudya Kusumawardana/Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan mengukir prestasi. Gelar tersebut bak kado Lebaran bagi para penggemar di Tanah Air.
Tim Indonesia yang berkekuatan empat wakil terbaik dari setiap nomor, Â membawa pulang satu medali emas, satu perak, dan tiga perunggu dari turnamen yang sejak 1994 hanya memainkan nomor perorangan dan setara Super 1000 itu. Pencapaian Indonesia kali ini berada di belakang Tiongkok yang menjadi juara umum dengan tiga emas, satu perak, dan dua perunggu.
Menariknya, medali emas bagi tim Merah Putih justru disumbangkan wakil yang kurang dijagokan. Pram/Yere terjun di Muntinlupa Sports Complex, Manila, Fipilina, tempat Kejuaraan Badminton Asia itu dengan predikat non-unggulan. Namun, pasangan ranking 22 BWF itu membuktikan status underdog tak boleh dipandang remeh. Yang tidak diunggulkan justru bisa membuat kejutan.
Di partai final, Minggu (1/5/2022), Pram/Yere berhasil memupuskan harapan unggulan lima dari Malaysia, Aaron Chia/Soh Wooi Yik. Pasangan pelapis Pelatnas PBSI hanya butuh waktu tak sampai 30 menit untuk meraih gelar juara.
Pertandingan gim pertama berlangsung ketat sejak awal. Pram/Yere beberapa kali melakukan kesalahan sendiri sehingga membuat lawannya yang berperingkat sembilan BWF itu mendapat keuntungan.
Pram/Yere sempat tertinggal 7-11 di interval gim pertama. Situasi mulai berubah setelah itu. Â Mereka bermain lebih tenang dan mulai mengurangi kesalahan sendiri. Alhasil, poin demi poin bisa diraih hingga berbalik unggul 20-19 dan terus menjaga keunggulan hingga mengunci set pertama.
Keduanya belajar dari set pertama. Hal ini ditunjukkan dengan performa yang lebih baik di set kedua. Keduanya langsung tancap gas dan meninggalkan peraih medali perunggu Olimpiade Tokyo 2020 itu dalam kedudukan 11-6.
Tekanan kemudian berada di pihak wakil Negeri Jiran. Permainan mereka semakin goyah sehingga bisa dimanfaatkan Pram/Yere untuk mengunci kemenangan.
Selain memiliki kecepatan, keunggulan lain dari pasangan ini adalah bisa mengatasi tekanan dan pandai memanfaatkan kelengahan lawan.
Hal ini juga terlihat saat menghadapi senior mereka di babak semifinal, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto. Fajar/Rian yang dijagokan di tempat keempat harus mengakui keunggulan Pram/Yere setelah bertarung tiga gim, 20-22, 21-13, dan 18-21. Fajar/Rian harus puas dengan medali perunggu, bersama pasangan Malaysia lainnya, Goh Sze Fei/Nur Izzuddin.
Pram/Yere menjadi satu-satunya wakil yang meraih medali emas bagi Indonesia. Pencapaian ini mengikuti jejak Markis Kido/Hendra Setiawan yang menjadi juara pada edisi 2009.
Tiga belas tahun lamanya Indonesia menanti kembali menjadi kampiun Asia. Pram/Yere yang kurang diunggulkan dibandingkan tiga pasangan ganda putra yang dikirim ke Filipina yakni Hendra Setiawan/Muhammad Ahsan, Fajar/Rian, dan juara All England 2022, Bagas Maulana/Muhammad Shohibul Fikri.
Kemenangan Pram/Yere menunjukkan rantai regenerasi ganda putra yang semakin terjaga. Tahun ini sektor ganda putra sudah menyumbang sejumlah gelar baik dari Bagas/Fikri, maupun Fajar/Rian. Setelah periode emas Hendra/Ahsan, Indonesia memiliki banyak penerus dengan kualitas mumpuni.
Jojo runner-up
Indonesia mengirim dua wakil ke partai pamungkas. Sayangnya, Jonatan Christie yang tampil partai terakhir gagal menggandakan keunggulan Indonesia.
Jojo, unggulan keempat, belum mampu mengatasi perlawanan Lee Zii Jia. Tunggal putra Malaysia yang diunggulkan di tempat ketiga itu berhasil menyudahi perlawanan Jojo dalam dua gim, 21-17 23-21.
Dalam lima pertemuan sebelumnya, Jojo berhasil menang empat kali. Namun, sebelum pertemuan ini, Jojo takluk di ajang All England 2020, 15-21 13-21.
Setelah kehilangan set pertama, Jojo mampu mengawali gim kedua dengan keunggulan 7-5. Namun, Lee berhasil mengejar dan unggul tipis, 10-11 di interval.
Setelah itu, kedua pemain terus kejar mengejar angka hingga kedudukan imbang, 15-15. Lee terlihat semakin nyaman dan kian sulit ditembus. Beberapa kali, penerus Lee Chong Wei itu mampu mengembalikan kok walau dalam posisi sulit.
Lee memimpin 16-19. Jojo berusaha menjaga fokus hingga mampu menyamakan kedudukan 19-19, lalu 20-20 dan 21-21. Lee akhirnya bisa merebut dua poin kemenangan.
Gelar juara ini menjadi pencapaian tersendiri bagi Lee dan badminton Malaysia. Lee Zii Jia menjadi orang pertama Malaysia sejak Chong Wei pada 2016 yang menjadi juara Asia.
Setelah enam tahun, Malaysia memiliki juara BAC. Zii Jia pun menjadi orang Malaysia keenam setelah The Kew San, Tan Aik Mong, Rashid Sidek, Foo Kok Keong, dan Chong Wei, yang menjadi juara di ajang yang sempat vakum dalam dua edisi sebelumnya.
Walau Jojo gagal meraih podium tertinggi, hasil ini menjadi pencapaian tersendiri bagi tunggal putra Indonesia. Edisi kali ini, tunggal putra Indonesia membawa pulang dua medali. Jojo mempersembahkan medali perak, sementara Chicho Aura Dwi Wardoyo meraih perunggu.
Dominasi Tiongkok
Tiongkok seperti raksasa yang kembali bangun dari tidur. Setelah hilang dari sejumlah panggung akbar dalam beberapa tahun terakhir, Negeri Tirai Bambu kembali unjuk gigi. Mereka langsung mendominasi BAC 2022 dengan tiga gelar juara.
Wang Zhi Yi keluar sebagai juara tunggal putri. Pebulutangkis 22 tahun mengalahkan juara dunia asal Jepang, Akane Yamaguchi dalam pertarungan melelahkan selama 1 jam dan 18 menit dengan skor akhir, Â 15-21 21-13 21-19.
Wang yang berada di posisi 16 BWF berhasil menjaga momentum setelah merebut gim kedua. Akane yang menjadi unggulan pertama melakukan "comeback" spektakuler dengan merebut 13 dari 15 poin untuk menyamakan kedudukan 19-19.
Namun, Wang berhasil merebut dua poin penting melalui reli panjang untuk merebut mahkota BAC 2022.
Bagi Wang ini merupakan kemenangan kedua dalam dua pertemuan mereka, setelah sebelumnya di Indonesia Masters 2020 juga dengan pertarungan mendebarkan di set ketiga, 21-17 11-21 24-26.
Dua gelar lainnya disumbangkan oleh unggulan pertama dari ganda putri dan ganda campuran. Juara dunia Chen Qing Chen/Jia Yi Fan hampir tanpa mendapat perlawanan dari Rin Iwanaga/Kie Nakanishi dari Jepang. Chen/Jia yang memuncaki ranking ganda putri dunia saat ini menang straight set 21-11 dan 21-15 dalam waktu 44 menit atas pasangan 23 BWF.
Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong memenangi "all-China finals" di ganda campuran atas Wang Yi Lyu/Huang Dong Ping. Kedua pasangan Tiongkok ini lolos ke final berkat kemenangan atas Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti dan unggulan dua dari Jepang, Yuta Watanabe/Arisha Higashino.Â
Kemenangan dua gim 21-17 21-8 menjadi titik balik bagi Zheng/Huang, pasangan yang pernah merajai ganda campuran dunia itu.
Zheng/Huang seakan memaklumkan bahwa mereka sudah kembali dan siap merebut puncak ranking dunia dari Bass/Popor asal Thailand. Selain itu, kemenangan ini sekaligus memutus catatan minor atas kompatriot mereka dalam dua pertemuan sebelumnya, termasuk di final Olimpiade Tokyo 2020.
Setelah dua kekalahan beruntun, juara dunia dua kali itu kembali ke jalur kemenangan sekaligus memperpanjang catatan kemenangan "head to head" menjadi 13-4.
Selamat kepada para pemenang. Terima kasih Filipina, sukses menjadi tuan rumah dalam situasi yang tidak mudah sehingga BAC tak sampai batal tiga kali beruntun!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H