Minggu Paskah disebut juga Minggu Kebangkitan adalah salah satu hari penting bagi orang Kristen. Umat Kristiani merayakan kebangkitan Yesus dari kematian.
Kebangkitan-Nya menjadi puncak iman Kristen sekaligus titik kulminasi dari rangkaian perjalanan Sang Penebus yang dikenangkan dengan penuh hikmat sejak Minggu Palma.
Selain dikenangkan dan dirayakan secara liturgis, Paskah juga ditandai dengan berbagai aktivitas di luar gereja. Salah satu tradisi yang cukup identik dengan Paskah adalah telur Paskah.
Menyambut Paskah biasanya dengan pakaian baru, sambil dengan itu menyiapkan acara berkumpul dan makan bersama, hingga menjalani keseruan mendekorasi dan mencari telur Paskah.
Bila Natal kerap dikaitkan dengan salju dan pohon Natal dari pinus dan cemara, mengapa Paskah acapkali tak lengkap tanpa telur Paskah?
Dalam banyak budaya, telur menjadi simbol kelahiran kembali, kesuburan, dan kehidupan baru. Bentuknya yang bulat juga digunakan sebagai simbol bumi dan hubungan manusia dengan alam.
Begitu juga telur yang diwarnai merah memiliki makna tersendiri. Di Gereja Ortodoks dan Katolik Timur, telur diwarnai merah menjadi lambang darah Yesus yang tertumpah di kayu salib.
Dalam perjalanan waktu dan di berbagai tempat telur Paskah tak selamanya diberi warna merah. Muncul ide-ide kreatif untuk menghias telur Paskah dengan berbagai bentuk dekorasi.
Ritus pagan
Patut dicatat, tradisi seputar telur Paskah sudah bertahan selama berabad-abad. Keberadannya sudah melintasi berbagai generasi manusia. Menghias telur sudah menjadi bagian dari tradisi kuno.
Para arkeolog menemukan pencahan telur burung unta berukir yang digunakan sebagai wadah minum. Temuan di Afrika itu disinyalir sudah berusia lebih dari 60 ribu tahun.
Sementara itu, tindakan melukis telur berasal dari tradisi Ukraina. Selama beberapa generasi, orang Ukraina mendekorasi telur dalam rangka penghormatan kepada dewa dan dewi kesehatan dan kesuburan.
Ritus tradisional pagan bernama"pysanka" (pih-sahn-kah) dibuat dengan menggunakan lilin dan pewarna. Penyebaran para imigran Ukraina ke berbagai belahan dunia seperti Amerika Serikat membuat tradisi ini kian dikenal luas.
Apakah hanya berakhir dengan menghias telur? Ternyata tidak. Pada masa lalu, pendeta akan melempar telur ke salah satu anak paduan suara. Dia akan melemparkannya ke teman-teman. Siapa pun yang memegang telur hingga jam berdentang 12 kali akan menjadi pemenang. Ia pun menyimpan telur tersebut sebagai kenang-kenangan.
Sepanjang pengalaman saya, ada aktivitas lain yang bisa dilakukan dengan telur Paskah. Saat masih menjadi siswa TKK, saya pernah terlibat dalam aktivitas mencari telur Paskah.
Guru-guru saya lebih dahulu menyembunyikan telur-telur yang sudah diberi hiasan berbagai warna di sejumlah tempat. Bisa saja mereka menyelipkannya di antara rimbunan bunga, di antara pohon-pohon, dan sebagainya. Para siswa kemudian diberi kesempatan untuk menjelajah mencari telur-telur itu.
Di Jerman, orang menari dengan telur. Tarian telur adalah tradisi Paskah di negara tersebut. Orang-orang meletakkan telur di lantai dan menari di sekelilingnya.
Lebih Tinggi dari Everest
Tidak sampai di situ. Telur Paskah kemudian berkembang dalam berbagai wujud. Selain mengambil telur sesungguhnya, telur Paskah juga dibuat dari berbagai bahan. Selain coklat, bisa juga plastik, atau karton. Selama abad ke-17 dan 18 telur Paskah dibuat dari karton dan dilapisi satin.
Melansir www.sykescottages.co.uk, telur coklat pertama sudah dikenal sejak 1873 ketika pertama kali diproduksi di Bristol, Inggris.
Keluarga Fry disebut sebagai pemilik pabrik coklat yang saat itu diklaim sebagai yang terbesar di dunia. Dua tahun kemudian pada 1875, Cadbury membuat telur Paskah pertama mereka.
Bisa jadi tradisi menyelipkan telur berbentuk coklat di hari Minggu Paskah sudah dimulai sejak masa itu.
Pernah ada yang membuat Telur Paskah berukuran raksasa dengan tinggi lebih dari 34 kaki. Menurut Guinness World Records, telur cokelat berbobot 15.873 pon itu dibuat di Cortenuova, Italia.
Telur lainnya yang tak kalah besar berdiri dengan tinggi 31 kaki dan lebar 18 kaki. Telur seberat lima ribu pon itu berdiri di Vegreville, Alberta, Kanada. Dibutuhkan 12 ribu jam untuk menyelesaikannya.
Ada juga perburuan telur Paskah terbanyak di dunia. Lebih dari 500 ribu telur disebar di Taman Petualangan Cypress di Winter Haven, Florida. Sebanyak 10 ribu anak berpartisipasi dalam perburuan tersebut.
Selain itu, ada telur Paskah berbahan coklat yang terjual lebih dari 10 ribu USD. Memiliki berat 110 poin, telur tersebut dihiasi bunga emas dan potongan cokelat dengan rasa tidak biasa seperti cuka hitam Jepang. Telur coklat Amedei Venezuela itu diklaim sebagai telur Paskah termahal yang pernah dibuat.
Perusahaan seperti Cadbury pun meraup untung yang tidak sedikit dari penjualan lebih dari 1,5 juta telur Cadbury Crme setiap hari. Telur Crme merupakan coklat berbentuk telur yang paling populer di dunia.
Bayangkan, dalam setahun perusahaan berbasis di Birmingham, Inggris yang didirikan John Cadbury pada tahun 1824 itu memproduksi 500 juta telur Crme.
Bila telur-telur itu ditumpuk dalam satu tempat, maka akan membentuk gunung dengan ketinggian 10 kali lebih menjulang dari Everest, gunung tertinggi di dunia.
Masih Pas Kah?
Apakah cerita Paskah tahun ini masih terselip kisah seputar telur Paskah? Seperti disebutkan di atas, telur Paskah pun bisa terbuat dari coklat, plastik, dan sebagainya. Paskah pun tidak hanya dikaitkan dengan telur semata.
Ada juga cerita tentang Kelinci Paskah yang sudah muncul di Jerman, ratusan tahun lalu dan diangkat dari simbol Dewi Musim Semi dan Kesuburan. Kemudian tradisi Pagan itu diadopsi seiring ekspansi Kekristenan ke seluruh Eropa sehingga kita bisa melihat Kelinci Paskah di antara telur berwarna-warni.
Selain telur dan kelinci, Paskah juga terhubung dengan cokelat, roti panggang, hingga pretzel. Camilan Paskah ini cukup lekat diasosiasikan dengan Paskah karena lilitannya menyerupai tangan bersilangan seperti sikap berdoa.
Sejak tahun 1950-an, sudah menjadi tradisi bagi orang Jerman untuk makan pretzel dan telur rebus saat malam Jumat Agung, hari di mana Yesus wafat di kayu salib.
Entah tradisi tersebut masih bertahan di antara keluarga atau komunitas Kristen di Tanah Air, dalam konteks Indonesia hari ini, harga telur ayam atau telur bebek sedang tidak bersahabat.
Begitu juga tak lagi menjadi keharusan untuk berbelanja pakaian baru. Soal membeli pakaian baru sebenarnya sudah menjadi kebiasaan, tidak hanya saat Paskah tetapi juga hari-hari besar keagamaan seperti Natal atau Idul Fitri.
Dalam konteks Paskah, membeli pakaian baru dianggap bisa memberi keberuntungan sepanjang tahun. Keyakinan itu sudah tumbuh sejak pertengahan 1800-an di New York. Hingga hari ini masih terpelihara kenangan dan dorongan untuk memiliki pakayan baru saat hari raya tiba.
Saat harga telur dan bahan-bahan kebutuhan seperti pakaian pun ikut melambung, apakah masih pas merayakan Paskah dengan cara-cara tersebut?
Selamat merayakan Paskah, meski tanpa telur Paskah dan baju baru!
