Namun, FajRi tak mau didikte oleh pasangan berperingkat 18 BWF itu. Soliditas pertahanan dijaga, kecepatan memutus laju bola depan net dan smes keras rutin ditunjukkan. Memang, beberapa kali FajRi mampu memimpin jauh, lantas mengendor sehingga bisa dikejar bahkan disalip Goh/Nur.
FajRi akhirnya membuktikan kualitas mereka sebagai pasangan dengan jam terbang lebih tinggi dan ranking dunia lebih baik. Pertarungan itu berakhir dua gim, 21-18 dan 21-19 dalam waktu 40 menit.
Gelar ini jelas berarti bagi FajRi. Kembali menjadi juara di turnamen itu setelah edisi 2019, serentak menunjukkan bahwa mereka masih menjadi pasangan yang patut diperhitungkan dan diandalkan di tengah meroketnya penampilan pasangan-pasangan muda Tanah Air.
Penebusan Stoeva Bersaudara
Swiss Open kali ini juga meninggalkan kesan mendalam bagi Gabriela Stoeva/Stefani Stoeva. Pasangan kakak-beradik dari Bulgaria ini sudah tiga kali kandas di final Swiss Open, masing-masing tahun 2017, 2018, dan 2021.
Tahun lalu, harapan mereka dipupuskan pasangan Malaysia, Pearly Tan/Thinaah Muralitharan. Â "Hat-trick" runner-up itu ternyata tidak membuat mereka patah arang. Kali ini mereka sukses menjadi juara setelah mengalahkan pasangan Jerman, Linda Efler/Isabel Lohau.
Peringkat dunia Stoeva bersaudara lebih baik. Sebagai unggulan ketiga, keduanya bermain impresif untuk mengakhiri pertandingan hanya dalam dua gim. Duel berdurasi 41 menit itu berakhir 21-14 dan 21-12 untuk memperpanjang catatan kemenangan Stoeva atas Linda/Isabel menjadi 3-0.
Pencapaian ini menjadi penebusan kegagalan di tiga kesempatan sebelumnya, sekaligus menjadi gelar Super 300 pertama pasangan yang kini sudah masuk dalam jajaran elite dunia.
Bagaimana sektor lain?