Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Hari Berkabung Sepak Bola Italia, Makedonia Utara Buka Jalan Portugal ke Piala Dunia 2022?

25 Maret 2022   12:32 Diperbarui: 25 Maret 2022   12:38 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Reaksi berbeda di kubu Makedonia Utara dan Italia usai laga semifinal Play-off Piala Dunia 2022 zona Eropa, Jumat (25/3/2022): dailymail.co.uk

'Orang-orang mengatakan kami perlu mengangkat kepala dan melanjutkan, tapi itu sulit.' (Jorginho)

Hari ini hingga empat tahun ke depan akan menjadi hari berkabung sepak bola Italia. Bagi negara dengan tradisi sepak bola yang kuat, absen dari Piala Dunia adalah sebuah pukulan.

Sayangnya, situasi miris itu kembali berulang setelah kegagalan yang sama empat tahun sebelumnya. "Brace" menjadi penonton di pesta akbar sepak bola dunia.

Italia terakhir kali memetik kemenangan di Piala Dunia pada 15 Juni 2014. Saat itu, mereka membungkam Inggris 2-1 di babak penyisihan grup. Sudah 2839 hari yang lalu.

Kemudian, tim itu harus terhempas di fase grup setelah kalah satu gol tanpa balas dari Uruguay di pertandingan terakhir.  Gol tunggal Diego Godin di menit ke-81 mengakhiri sepak terjang Italia di posisi ketiga, di belakang Kosta Rika dan Inggris.

Jumlah hari kesedihan semakin panjang bila mengacu pada pencapaian membanggakan terakhir Italia di panggung besar itu. Tampil di final dan mengalahkan Prancis melalui drama adu penalti, 5-3, pada 9 Juli 2006. Berapa hari lalu? 5737!

Itulah gelar terakhir Italia, setelah mengoleksinya pada edisi 1934, 1938, dan 1982. Sejarah tetap mencatat Italia sebagai negara tersukses kedua di Piala Dunia dengan empat gelar, sama banyak dengan Jerman yang terakhir kali menjadi kampiun di 2014 dan hanya kalah dari Brasil yang merasakan podium tertinggi pada 2002 untuk gelar kelima.

Memang sulit membayangkan tim sekelas Italia harus absen lagi. Walau badai empat tahun lalu masih membekas dalam ingatan, tim ini sudah mulai menunjukkan pemulihan yang bagus dengan menjadi juara Eropa 2020 lalu.

Euforia sebagai kampiun Eropa belum benar-benar lesap, Gli Azzurri kembali terjerembab dalam krisis. Terseok-seok di fase penyisihan grup sehingga memaksa mereka harus beradu nasib di babak play-off.

Italia kemudian menghadapi Makedonia Utara yang secara mengejutkan membuat mereka  terpental. Renzo Barbera, Jumat (25/3/2022) dini hari WIB berubah jadi panggung kesedihan fan tuan rumah.

Gol Aleksandar Trajkovski  di menit ke-92 memberi mimpi buruk panjang bagi Italia: dailymail.co.uk
Gol Aleksandar Trajkovski  di menit ke-92 memberi mimpi buruk panjang bagi Italia: dailymail.co.uk

Kandang tim Serie B Palermo sengaja dipilih, walau sudah dua tahun tak berlaga di sana, agar bisa melanjutkan tren positif. Stadion yang hanya berkapasitas 36 ribu tempat duduk itu memiliki catatan bagus bagi tim nasional Italia dengan 13 kemenangan, sekali imbang, dan hanya sekali kalah.

Sayangnya, rekor positif itu terputus. Tidak ada keberuntungan kali ini. Makedonia Utara yang kurang diunggulkan itu mematahkannya.

Lantas, apa yang membuat Italia keok kali ini? Statistik sebenarnya mengunggulkan Italia. Mendominasi pertandingan dengan penguasaan bola mencapai 66 persen. Melepaskan 32 tendangan dengan lima di antaranya mengarah ke gawang lawan. Tingkat akurasi operan di angka 84 persen.

Namun, peluang Italia tidak berbeda signifikan dengan Makedonia Utara. Dari empat percobaan, dua di antaranya tepat sasaran, dengan salah satunya kemudian berbuah gol.

Artinya, performa Italia memang bagus secara permainan, tetapi tidak cukup efektif. Mereka bisa mendominasi dan menekan, tetapi tidak terlalu bertaji. Peran para pemain seperti Jorginho, Ciro Immobile, Marco Verratti, Lorenzo Insigne, dan Georgio Chiellini tidak cukup efektif.

Sebaliknya, Makedonia Utara bisa bertahan dengan baiik. Selain itu, mereka mampu memanfaatkan momentum yang berpuncak di masa "injury time."  Aleksandar Trajkovski melepaskan sepakan dari luar kotak penalty tanpa bisa digagalkan Gianluigi Donnarumma. Bola menyusur tanah dan bersarang di pojok gawang kiper Paris Saint-Germain yang belum lama ini menjadi bulan-bulanan setelah membuat blunder fatal yang berujung tersingkir dari Liga Champions Eropa itu.

Italia tak punya cukup waktu mengejar. Gol Trajkovski adalah pamungkas yang mematikan dan menguburkan harapan Italia.

Tidak hanya para fan, para pemain dan pelatih Italia pun serasa tak percaya. Sulit bagi mereka menerima hasil tersebut. Mereka seperti kehilangan kata-kata.

"Sulit untuk dijelaskan, saya pikir kami kembali memiliki permainan yang bagus dan tidak mencetak gol. Saya tidak berpikir siapa pun bisa mengatakan kami lancang," demikain Giorgio Chiellini kepada RAI Sport.

Roberto Mancini lebih putus asa lagi. Rasa kecewa begitu menjadi-jadi. "Saya lebih dari kecewa. Saya tidak punya apa-apa untuk dikatakan." 

Mancini sadar,  dalam situasi berkabung ini tak ada gunanya mencari alasan. Hasil akhir sudah digariskan. Hanya perlu menghibur diri dengan maaf. Sekadar mengangkat kepala seperti kata Jorginho di atas pun begitu sulit. 

Buka jalan Portugal

Di sisi berlawanan, Makedonia Utara sedang berpesta. Walau masih ada satu tahap lagi, kemenangan atas Italia itu tetap pantas dirayakan.

Blagoja Milevski masih harus mempersiapkan timnya menghadapi Portugal. Selecao lolos ke babak final setelah menekuk Turki di Oporto dengan skor 3-1.

Di atas kertas, Portugal tentu lebih diunggulkan. Materi pemain armada Fernando Santos lebih memadai dan sarat pengalaman. Namun, kemenangan atas Italia adalah isyarat yang perlu ditangkap Cristiano Ronaldo dan kawan-kawan agar tak meremehkan mereka.

Makedonia Utara membuat prediksi mayoritas penggemar akan "big match" final play-off zona Eropa antara Italia versus Portugal berantakan. Skenario perang antara dua tim besar yang mengharuskan ada yang lolos dan ada yang terdepak, tak terjadi.

Selain menggulung Italia di babak krusial, Makedonia Utara pernah mempermalukan Jerman di kandang. Itu terjadi di matchday ketiga babak kualifikasi pada 1 April 2021 lalu. Jerman dengan materi pemain lebih baik dan sedang dalam laju positif harus bertekuk lutut, 1-2.

Makedonia Utara tentu semakin termotivasi. Mereka kian bersemangat untuk kembali membuat kejutan dan mengukir sejarah lolos ke putaran final Piala Dunia dalam beberapa bulan ke depan.

Setelah membuat hari patah hati sebagian fan sepak bola terjadi lebih awal, apakah Makedonia Utara akan menggelar pesta lebih meriah di atas penderitaan lebih banyak penggemar? Atau sebaliknya, Makedonia Utara sudah puas dengan hasil tersebut sehingga melapangkan jalan bagi Portugal ke Qatar?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun