Karena itu, penting untuk berbicara terbuka dan jujur dengan sang atasan terkait beban kerja. Kita tidak akan tahu semua itu kecuali kita bertanya, bukan?
Kedua, membuat batasan. Selama seorang karyawan melakukan pekerjaan dengan baik dan bisa memenuhi harapan, maka ia perlu membuat batasan untuk diri sendiri.
Misalnya, tidak membalas email yang diterima di luar jam kerja atau pada akhir pekan. Selanjutnya saat membalas email itu bisa dijelaskan alasan mengapa ia baru bisa membalasnya.
Ketiga, menunjukkan komitmen pada setiap pekerjaan. Setiap karyawan memiliki cara untuk menunjukkan pencapaiannya.Â
Dengan mempelajari kecenderungan atasanya maka bisa diagendakan pertemuan atau laporan atas hasil pekerjaan. Dalam hal ini yang perlu ditonjolkan adalah hasil dan dampak bukan pada jam kerja.
Inilah kesempatan memberikan banyak informasi tentang kemajuan dan pencapaian kerja pada atasan yang gila kerja itu. Saat itulah seorang karyawan mempertaruhkan dedikasinya sekaligus menunjukkan komitmennya pada pekerjaan.
Kesempatan itu bisa dipakai untuk mengkomunikasikan berbagai hal yang dirasa mengganggu, misalnya saja terkait jam kerja.
Bila ada pekerjaan tambahan yang sangat penting sang karyawan bisa memberikan alternatif penyelesaian yang bisa dipertimbangkan.
Itulah momentum pembuktian sang karyawan akan tugas yang dipercayakan bisa diselesaikan dengan baik bila aktivitas kerja lebih seimbang.
Riset sebelum melamar
Keempat, tidak semua hal bisa dinegosiasikan termasuk soal sikap atasan yang gila kerja. Tidak banyak pilihan yang bisa dibuat selain harus mengikuti setiap kata-katanya.