Keduanya hanya butuh sentuhan dan polesan yang tepat untuk menjadi bintang. Sinar mereka akan terpancar bila ditangani pelatih yang pas. Zidane adalah harapan mereka.
Orang akan bersoal jawab tentang kesuksesan Zidane bersama Los Blancos. Tim sarat pemain beken. Penuh tradisi juara. Tidak heran bila Zidane bisa menjaga predikat tersebut.
Namun, coba kita perhatikan skuat Madrid musim 2019/2020. Kedalaman tim itu tidak semewah dan setangguh di musim-musim sebelumnya. Dengan sumber daya pemain yang ada Zidane masih bisa menghadirkan gelar LaLiga dan Piala Super Spanyol.
Menyuntik Gairah
Masih terkait dengan poin sebelumnya. Zidane adalah sosok yang tak pernah kehilangan gairah. Tidak hanya di ruang ganti, tetapi juga di pinggir lapangan.
Dunia pernah mengingat tragedi Piala Dunia 2006. Zidane menanduk Marco Materazzi di laga final yang berujung petaka bagi Prancis.
Pengalaman itu sempat membuat banyak orang berspekulasi buruk. Masa depan Zidane di dunia sepak bola berakhir. Namun, setelah tutup buku sebagai pemain profesional, ia justru bisa menjadi pelatih yang luar biasa.
Apa yang mendorongnya sehingga bisa bangkit dari masa krisis itu? Gairah salah satunya. Kartu merah boleh diacungkan kehadapannya tetapi tidak akan sanggup mematikan semangatnya.
Sebelum melejit bersama tim utama Madrid, Zidane sukses mengawali karier manajerialnya sebagai pelatih Real Madrid Castilla. Di tim muda itu, Zidane menyalurkan bakatnya yang kemudian membuka pintu kesuksesannya.
Bila dibandingkan dengan Zidane, apakah kita melihat gairah yang sama dalam diri Solskjaer? Apakah Solskjaer terlihat begitu bersemangat yang tak henti memberikan isyarat tangan, memberikan perintah, hingga tak segan menghardik mereka dengan kata-kata menyakitkan?
Menghidupkan Bintang yang Redup