Apa yang dikatakan Loh Kean bisa terbaca dari perjalanan hidup pribadi dan kariernya. Ia lahir di Penang, Malaysia. Anak bungsu dari tiga bersaudara ini sudah mengenal tepok bulu sejak berusia tujuh tahun saat duduk di bangku sekolah dasar.
Ia sempat berhenti bermain bulu tangkis karena menjadi sasaran perundungan. Namun, tekanan sebagai korban "bully" tak menyurutkan semangatnya untuk bermain bulu tangkis.
Ia kembali berlatih badminton di usia sembilan tahun. Dalam waktu enam bulan ia menunjukkan perkembangan pesat hingga menjadi bagian dari pemain negara bagian Penang.
Hijrahnya saudara ketiganya ke Singapura pada 2010 akhirnya membuatnya ikut pindah. Ia meninggalkan tanah kelahirannya di usia 13 tahun setelah menerima beasiswa dari Singapore Badminton Association (SBA). Ia kemudian mendapatkan pendidikan intensif di Singapore Sports School.
Meninggalkan tanah kelahiran jelas sebuah pilihan yang tidak mudah. Namun, ia tak larut dalam penyesalan berimigrasi ke Singapura. Baginya, yang ingin ia kejar adalah prestasi.
Bidik Olimpiade
Loh Kean yang pernah menimba pengalaman di klub bulu tangkis Langhj, di Denmark, selama 3 bulan pada 2018 mulai menunjukkan bakat besarnya.
Ia sudah meraih sejumlah gelar, walau kebanyakan bukan di level elite. Beberapa di antaranya adalah juara Thailand Masters 2019 dengan mengalahkan Lin Dan di partai final, 21-19 dan 21-18 dan medali perak tunggal putra ASEAN Games 2019 usai menyerah dari Lee Zii Jia.
Ia juga mengoleksi lima gelar di level International Challenge/Series sejak 2014 sampai tahun ini, mulai dari ingapore International 2014, Malaysia International 2017, Singapore International 2017, Mongolia International 2018, hingga Dutch Open 2021.
Lih Kean sudah mematok target tinggi. Di balik keputusan dan ketetapan hatinya untuk membawa nama Singapura ia ingin merebut medali emas Olimpiade.