Dalam situasi seperti ini pencapaian yang ditunjukkan para pemain Indonesia di Hylo Open memberikan angin segar bahwa pasca-era Greysia/Apri, para pemain muda akan siap mengambil tanggung jawab. Habis Greysia/Apri terbitlah Fadia/Ribka dan Nita/Putri.
Praveen/Melati Antiklimaks
Ada dua wakil sektor ganda campuran Merah-Putih di semifinal. Keduanya bersua pasangan Thailand. Sayangnya, Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari tak bisa menjegal unggulan teratas Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai.
Rinov/Pitha takluk dua gim 22-20 dan 21-14 dari lawannya yang sebelumnya sudah memberi mereka dua kekalahan.
Kekalahan ini sekaligus gagal mewujudkan skenario "perang saudara" di partai final. Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti berhasil mempertahankan performa terbaik saat menghadapi Supak Jomkoh/Supissara Paewsampran.
Seperti pertemuan pertama di Thailand Open awal tahun ini, unggulan kedua itu kembali memetik kemenangan straight set 21-18 dan 21-19, sekaligus menggagalkan terciptanya final sesama pasangan Negeri Gajah Putih.
Pertemuan Praveen/Melati kontra Dechapol/Sapsiree merupakan final ideal. Berjumpanya dua unggulan teratas yang sudah bertemu sembilan kali.
Adu kecepatan, kekuatan pukulan, dan kecerdikan diperagakan. Sayangnya, pasangan Indonesia kurang kompak. Komunikasi mereka kurang terjalin baik membuat rotasi di antara mereka justru berbuah angka bagi lawan.
Alhasil Bass/Popor, panggilan pasangan Thailand yang akan kembali ke ranking tiga BWF pekan depan berhasil mengunci laga dalam dua gim 20-22 dan 14-21 serentak memperlebar jarak "head to head" menjadi 6-4.
Ucok dan Meli, begitu "honey couple" ini disapa gagal "move on" untuk memutus rantai kekalahan atas pasangan Thailand yang sudah memaksa mereka menelan pil pahit dalam empat laga beruntun.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!