Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kamoro Art & Exhibition, Upaya Merawat Budaya dalam Karya Seni

6 November 2021   05:42 Diperbarui: 6 November 2021   05:43 6673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para narasumber (kiri-kanan): Billy Iwan E.Tokoro, Hendrikus Wiriyu, Ludia Amaye Maryen, Marthen Sambo, dan Hanna Keraf: Efa Butar Butar

Dengan cara apa kita merawat kekayaan budaya dan kearifan lokal? Karya seni adalah salah satu jawabannya.

Inilah yang dilakukan PT Freeport Indonesia (PTFI) dan Yayasan Maramowe Weaiku Kamorowe (MWK) terhadap kekayaan kultural Suku Kamoro. Bekerja sama dengan Plataran Indonesia, acara bertajuk Kamoro Art & Exhibition 2021 hendak menjaga kekayaan budaya Suku Kamoro agar tetap lestari.

Acara ini digelar di Hutan Kota by Plataran, Jakarta, pada 27-29 Oktober 2021. Konsep yang diusung pun menarik. Memadukan dialog dan pameran karya seni yang menjadi kekayaan budaya Suku Kamoro.

Pameran yang disajikan tidak hanya dalam bentuk produk jadi seperti perisai, dayung, mangkuk sagu, gendang, kalung, tas yang terbuat dari serat kulit kayu (noken), anyaman tikar, serta berbagai hasil kerajinan lainnya.

Pihak penyelenggara pun menghadirkan sejumlah warga asli Kamoro. Beberapa bapak dan mama Kamoro yang berbusana tradisional lengkap mendemonstrasikan bagaimana menghasilkan kerajinan tangan yang indah seperti anyaman dan ukiran.

Tidak sampai di situ. Para pengunjung pun bisa mencicipi masakan khas Suku Kamoro. Beberapa sajian unik seperti ulat sagu dan cacing tambelo bisa dicoba.

Salah satu warga Suku Kamoro hadir dalam acara tersebut memperagakan keterampilan memahat dan mengukir: Dok.Pribadi
Salah satu warga Suku Kamoro hadir dalam acara tersebut memperagakan keterampilan memahat dan mengukir: Dok.Pribadi

Saya beruntung mendapat kesempatan untuk mengambil bagian pada hari pertama. Perjalanan lebih dari satu jam dari Tangerang Selatan menuju jantung ibu kota di tengah hujan kemudian tak membekas karena disapu pemandangan karya seni yang memukau dan diskusi hangat yang mencerahkan.

Para pembicara yang hadir adalah mereka yang memiliki pengalaman berinteraksi langsung dengan Suku Kamoro baik di bidang pendidikan, konten kreasi dan publikasi, pengrajin, maupun pelaku ekonomi kreatif.

Mereka adalah Hendrikus Wiriyu, seniman ukir kayu Kamoro dan Billy Iwan E. Tokoro, Founder Pace Kreatif.

Selain itu, ada Marthen Sambo, Education Team Leader Yayasan Wahana Visi Indonesia (WVI) dan Hanna Keraf, Co-Founder dan Chief of Community Development & Partnership Duanyam.

Tampil sebagai moderator adalah Ludia Amaye Maryen, Miss Papua 2018 dan Miss Indonesia Persahabatan 2018.

Kamoro Selayang Pandang

Tidak semua orang mengenal Kamoro. Begitu pun saya belum memahami Kamoro sepenuhnya. Acara hari itu memantik rasa ingin tahu saya untuk mengenal Kamoro lebih jauh.

Bila kita membuka peta Indonesia, tidak banyak informasi tentang Kamoro yang bisa didapat, selain titik kecil di antara sekumpulan titik yang menghiasi Pulau Papua.

Kamoro merupakan satu dari 255 suku asli di Papua. Suku ini mendiami area seluas 250 kilometer di pesisir selatan Papua, mulai dari Sungai Otakwa di sisi timur hingga mendekati Potowaiburu di sebelah barat.

Secara administratif warga Suku Kamoro tercatat sebagai bagian dari Kabupaten Mimika dengan Timika sebagai ibu kota. Di daerah ini terletak Kecamatan Tembagapura, tempat PT Freeport Indonesia (PTFI) berada.

PTFI merasa terpanggil untuk ikut ambil bagian melestarikan kehidupan Suku Kamoro, salah satu suku asli yang hidup berdampingan dengan perusahaan tambang tembaga dan emas terbesar di dunia itu.

Sebagai salah satu wujud tanggung jawab terhadap Suku Kamoro, PTFI menginisiasi Kamoro Art & Exhibition 2021. Acara ini bertujuan untuk mengangkat dan memperkenalkan kekayaan Suku Kamoro kepada masyarakat Indonesia.

Suku Kamoro dikenal sebagai salah satu suku dengan cita rasa seni yang tinggi. Mereka menghasilkan berbagai karya seni seperti ukiran kayu, anyaman, hingga mewujud ekspresi berkesenian lainnya seperti tarian.

Hasil kerajinan dari Suku Kamoro yang dipamerkan: Dok.Pribadi
Hasil kerajinan dari Suku Kamoro yang dipamerkan: Dok.Pribadi

Dengan demikian, lebih banyak warga Indonesia mengenal eksistensi Suku Kamoro dengan segala kekhasannya sebagai bagian dari kekayaan Nusantara. Suku Kamoro adalah bagian dari Indonesia dan kekayaan mereka adalah kebanggaan bagi warga Tanah Air.

"PTFI sebagai perusahaan yang hidup dan tumbuh di tengah masyarakat Kamoro berkomitmen untuk menjaga kelestarian seni dan budaya Suku Kamoro serta terus memperkenalkannya kepada masyarakat Indonesia," tegas Direktur Community Affairs PTFI Claus Wamafma.

Peran Generasi Muda

Rangkaian acara Kamoro Art Exhibition & Sale 2021 berlangsung pada waktu yang tepat. Setidaknya digelar saat Indonesia merayakan Hari Sumpah Pemuda. Tema dialog seni pada hari kedua, 28 Oktober mengambil tema "Pemuda dalam Gerakan Pelestarian Budaya."

Sejalan dengan tema tersebut, pihak penyelenggara pun berharap acara ini bisa memicu generasi muda Indonesia untuk mengenal kekayaan budaya Kamoro khususnya sebagai bagian dari kekayaan budaya Tanah Air.

"Melalui rangkaian acara Kamoro Art Exhibition & Sale 2021 yang diadakan bertepatan dengan momentum Hari Sumpah Pemuda ini, PTFI juga mengajak generasi muda Indonesia untuk mengenal lebih dekat seni budaya Kamoro sebagai bagian dari khazanah budaya Indonesia," tandas Claus Wamafma.

Lantas, apa yang bisa dilakukan generasi muda? Pertama, berkaca pada Billy Iwan dan Pace Kreatif.

Billy berbagi pengalaman bagaimana hobi fotografi dan videografi bisa membantu mempromosikan kekayaan budaya. Bermula dari rasa suka, ia pun bisa membantu memperkenalkan kearifan lokal Papua ke dunia luas.

"Kami selalu jalan bareng, foto dan rekam kegiatan masyarakat. Awalnya foto dan video yang diposting hanya sekadar untuk mengundang likes dan komentar tanpa tujuan khusus," ungkap Billy.

Dari situ ia kemudian membentuk Pace Kreatif di lini Instagram. Sosial media tersebut dimanfaatkan untuk menarik perhatian masyarakat luas melalui tampilan visual dan video.

Hasil kerajinan Suku Kamoro: Dok.Pribadi
Hasil kerajinan Suku Kamoro: Dok.Pribadi

Pace Kreatif baru berusia dua tahun. Namun, kelompok kreatif ini sudah ikut membantu mempromosikan kekayaan Papua.

Salah satu kontribusi mereka dalam mendorong pariwisata setempat adalah dengan ambil bagian dalam pelaksanan Festival Ulat Sagu di Kampung Yoboi, 26-28 November 2020. Kampung Yoboi terletak di tepi Danau Sentani, Kabupaten Jayapura.

Kegiatan tersebut terbukti berdampak. Memperkenalkan kekayaan budaya di satu sisi dan mendatangkan pemasukan bagi para pengrajin, produsen makanan, hingga penyedia jasa wisata di sisi lain.

Billy menyadari tanggung jawab terbesar dan utama untuk memperkenalkan kekayaan budaya adalah warga setempat. Sebagai orang Papu ia tidak ingin bergantung pada orang lain untuk merawat dan mempromosikan kekayaan budayanya.

Billy mengingatkan, "Jangan sampai generasi muda justru tercabut dari akar budayanya."

Kedua, selain ambil bagian dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi, berbagai kegiatan edukasi pun bisa dilakukan. Marthen Sambo adalah salah satu contoh generasi muda yang ikut membantu pendidikan di Papua.

Pria 33 tahun ini sudah lebih dari sembilan tahun mengabdikan diri bagi dunia Pendidikan di Papua. Saat ini sebagai pegiat edukasi di Yayasan Wahana Visi Indonesia (WVI), ia terlibat aktif dalam berbagai kegiatan di antaranya membantu menyusun kurikulum dan memastikan anak-anak peserta program WVI dapat diberdayakan.

Marthen mengatakan pendidikan dan budaya tidak bisa dipisahkan. Ia bagai dua sisi dari satu mata uang yang sama. Untuk itu, ia mendesain kurikulum dengan menyesuaikan dan menyerap berbagai nilai kebudayaan setempat.

Seorang Mama Kamoro menunjukkan keterampilan menganyam: Dok.Pribadi
Seorang Mama Kamoro menunjukkan keterampilan menganyam: Dok.Pribadi

Ketiga, pengalaman Hanna Keraf dan Du Anyam menunjukkan bahwa kekayaan budaya bisa dijadikan sebagai jalan pemberdayaan dan jembatan menuju kemajuan ekonomi.

Organisasi yang berfokus pada pemberdayaan wanita pengrajin seni di beberapa daerah membantu melestarikan kekayaan budaya dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.

Hanna mengatakan sebagai pendiri dan kepala pengembangan komunitas dan kerja sama, ia tidak hanya berurusan dengan mitra dari kalangan pemerintah dan bisnis, tetapi juga dari kalangan masyarakat lokal.

Perjuangannya ingin membuktikan bahwa seorang istri bisa mendapatkan penghasilan sendiri dengan tanpa harus bergantung pada suaminya.

Apakah dengan demikian Du Anyam sama sekali anti-kaum pria? Ternyata tidak. Hanna berkata, "Dalam beberapa bagian dari supply chain atau rantai pasok ada peran penting kaum pria. Misalnya, untuk mendapatkan bahan baku tertentu hanya bisa mengandalkan kaum pria."

Perjuangan melestarikan apalagi mengangkat karya lokal ke tingkat nasional dan global butuh waktu dan proses. Bahkan tantangan bisa datang dari lingkungan sendiri, termasuk generasi muda.

Menggunakan berbagai produk kerajinan daerah dianggap ketinggalan zaman. Anak-anak muda lebih tergoda untuk mengenal budaya barat atau Korea ketimbang hasil karya seni dari daerah sendiri.

Hanna menemukan saat ini begitu sulit mendapatkan pengrajin berusia muda. Mayorita pengrajin berusia di atas 40 tahun. Situasi ini bila tidak segera disikapi maka kita akan kehilangan generasi penerus.

"Anak-anak muda menganggap menganyam tidak keren," ungkap Hanna sambil menambahkan kuatnya pengaruh budaya asing bagi kehidupan generasi muda.

Selain itu, akses pasar baik lokal maupun nasional masih terbatas. Pihaknya sudah berupaya untuk membangun kerja sama dengan sejumlah brand di Jakarta agar produk-produk lokal bisa go nasional.

Terbukanya jaringan pasar akan sangat membantu menjaga kekayaan budaya. Hanna berpendapat, "Produk akan lestari ketika menghasilkan nilai ekonomi."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun