Menukil Sky Sports, persisnya Conte bilang begini, "Benar-benar gila laganya. Saya biasanya tidak suka laga seperti ini - apapun bisa terjadi di laga gila seperti ini. Tapi di saat bersamaan, saya rasa kami harus menang dan akhirnya terwujud."
Mengapa Conte mengatakan demikian? Beberapa hal bisa digarisbawahi dari laga ini.Â
Pertama, Conte sebenarnya tidak banyak melakukan perubahan. Ia hanya menyesuaikan dengan sumber daya pemain yang ada.
Conte hanya fokus pada hal-hal di luar kekuatan armada. Taktik, misalnya.
Ia memperagakan formasi andalan 3-4-3 untuk mendukung permainan atraktif yang selalu ditargetkan. Hugo Lloris didukung Eric Dier, Cristian Romero, dan Ben Davies di sektor pertahanan.
Selanjutnya, empat penggawa di barisan tengah adalah Emerson, Oliver Skipp, Pierre-Emile Hojbjerg, dan Sergio Reguilon. Lucas Moura, Harry Kane, dan Son Heung-min mengemban tanggung jawab di lini serang.
Strategi ini berjalan sesuai rencana pada mulanya. Tuan rumah tampil impresif dan mampu menggetarkan gawang klub asal Belanda itu tiga kali dalam waktu kurang dari 30 menit.
Son Heung-min membuka keran gol di menit ke-14, lalu digandakan Lucas Moura di menit ke-22, dan gol bunuh diri Jacob Rasmussen di menti ke-28.
Namun, tiga gol belum sepenuhnya mengunci pertandingan. Durasi pertandingan yang masih cukup panjang memungkinkan hal-hal tak terduga terjadi. Persis inilah yang kemudian mengemuka.
Tuan rumah dikejutkan oleh kebangkitan klub asal kota Arnhem itu. Gawang Lloris kebobolan dua gol melalui aksi Jacob Rasmussen di menit ke-32 dan Matus Bero tujuh menit berselang.
Situasi ini membuat Spurs berada dalam tekanan. Perjuangan tuan rumah untuk membendung laju tim tamu semakin berat setelah kehilangan Cristian Romero di menit ke-59. Bek tengah asal Argentina itu diusir wasit usai menerima kartu kuning kedua tersebab pelanggarannya pada Ikoma Lois Openda.