Dominasi para pemain Jepang di turnamen individu pasca-Piala Thomas dan Piala Uber 2020 terus berlanjut.
Setelah meraih tiga gelar di Denmark Open Super 1000 pada Minggu (24/10/2021) lalu, para pemain Jepang kembali berjaya di dua turnamen yang baru saja berakhir sejak akhir pekan ini.
Kedua turnamen yang baru saja usai adalah Belgian International dan French Open. Turnamen pertama berlevel International Challenge mengambil tempat di Sportoase, Leuven, Belgia.
Sehari setelah final di Belgia, Sabtu (30/10/2021), bertempat di Stade Pierre de Coubertin, Paris berlangsung pertandingan pamungkas turnamen level Super 750.
Hasilnya, Jepang kembali memanen gelar. Di Belgia, Jepang menggondol tiga gelar dari sektor ganda campuran (Hiroki Midorikawa/Natsu Saito), tunggal putri (Riko Gunji), dan ganda putri (Rin Iwanaga/Kie Nakanishi).
Dua gelar lainnya diraih Indonesia dan Malaysia. Malaysia kebagian gelar tunggal putra melalui Ng Tze Yong yang mengalahkan unggulan lima dari India, Ajay Jayaram, 21-14 21-14.
Satu-satunya gelar Indonesia dipersembahkan Pramudya Kusumawardana/Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan. Pram/Yere merebut gelar itu usai terlibat "perang saudara" dengan Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana.
Final ganda putra ini menarik. Sebab, ini merupakan final idel. Dua unggulan teratas bersua di partai penghabisan. Pasangan muda Pelatnas PBSI ini menyajikan persaingan ketat sepanjang pertandingan.
Ibul/Bagas yang menempati unggulan pertama akhirnya harus mengakui keunggulan Pram/Yere dalam dua gim, 18-21 dan 20-22 dalam tempo 31 menit. Ini sekaligus menjadi kemenangan pertama Pram/Yere, pasangan ranking 42 BWF, itu atas kompatriot mereka dengan ranking empat tangga di depan mereka di pentas internasional.
Kembalinya Ko Sung Hyun/Shin Baek Cheol
Gelar dari Belgia menjadi satu-satunya yang bisa diraih Indonesia di kedua turnamen itu. Sebab, di partai final French Open, harapan semata wayang, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo gagal mencapai klimaks.
The Minions yang menempati unggulan pertama gagal membendung laju Ko Sung Hyun/Shin Baek Cheol. Pasangan Kore Selatan itu mampu meredam The Minions yang sudah mulai mendapatkan kembali performa terbaik.
Keduanya pun berhasil membuktikan status non-unggulan tetapi bisa menyempurnakan kejutan dengan gelar juara. The Minions menyerah dua gim, 21-17 22-20 dalam waktu 39 menit dan gagal mempertahankan gelar.
The Minions sebenarnya memiliki catatan pertemuan yang bagus atas pasangan senior dari Negeri Ginseng itu. Dalam tiga pertemuan sebelumnya, The Minions menang dua kali. Termasuk kemenangan di pertemuan terakhir di Singapore Open 2016 21-19 16-21 21-14.
Namun, ada jeda waktu yang cukup panjang dari pertemuan tersebut hingga perjumpaan keempat kali ini. Sepanjang itu, Ko Sung Hyun/Shin Baek Cheol mengalami pasang-surut dan sempat hilang dari persaingan sektor ganda putra dunia.
Pasangan Korea ini sebenarnya pernah menduduki ranking satu dunia. French Open seakan menjadi panggung kembalinya mereka ke arena persaingan. Sepak terjang mereka di turnamen ini cukup meyakinkan.
Ko Sung Hyun/Shin Baek Cheol, masing-masing berusia 34 dan 32 tahun lolos ke final dengan mengalahkan sejumlah jagoan. Mulai dari unggulan dua, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan, hingga Aaron Chia/Soh Wooi Yik di semifinal.
Ko/Shin mencatatkan kemenangan dramatis sebelum lolos ke final. Keduanya mampu mengukir "comeback" dengan mengamankan tiga "match points" untuk menutup pertandingan rubber game 21-14 10-21 22-24 atas unggulan empat itu.
Gelar ini tentu sangat berarti bagi Ko Sung Hyun/Shin Baek Cheol. Tambahan 11 ribu poin akan mendongkrak posisi mereka yang kini berada di posisi 21 BWF. Perlahan tetapi pasti, Ko Sung Hyun/Shin Baek Cheol mulai menebar ancaman bagi pasangan elite lainnya.
Bukan tidak mungkin, bila mampu menjaga konsistensi, keduanya akan bisa kembali ke papan atas dunia.
Dominasi Jepang Berlanjut
Tiga gelar di Denmark Open, tiga gelar di Belgian International, berikut tiga gelar lagi French Open. Itulah koleksi gelar Jepang.
Tiga gelar terakhir itu disumbangkan Kanta Tsuneyama, Akane Yamaguchi, dan Yuta Watanabe/Arisha Highasino.
Kanta merebut gelar tunggal putra usai mengalahkan unggulan empat, Chou Tien Chen. Kanta yang lolos ke final setelah Kento Momota tak bisa melanjutkan pertandingan di gim ketiga memenangi pertandingan dalam tiga set, 15-21, 21-8, dan 21-17.
Bagi Kanta ini merupakan gelar pertamanya di turnamen utama. Tambahan 11 ribu poin mengantarnya ke barisan 10 besar BWF.
Bila Kanta membuat kejutan, tidak demikian dengan Akane. Tunggal putri ini tampil cukup konsisten dalam empat pekan terakhir. Menghadapi rekan senegara Sayaka Takahashi, Akane yang diunggulkan di posisi pertama berhasil mencatat kemenangan mudah straight set 21-18 dan 21-12.
Akane baru sekali kalah dalam 20 pertandingan. Ini merupakan gelar keduanya dalam empat kesempatan mencapai final. Penampilan impresif ini pun akan mengantarnya naik dua tangga lebih tinggi di ranking dunia.
Pemain 24 tahun ini akan mendepak Nozomu Okuhara dan Carolina Marin untuk menjadi pemain nomor tiga BWF, berada di belakang Chen Yufei dan Tai Tzu Ying.
Bila Akane mengukir "back to back" begitu juga Yuta Watanabe/Arisha Highasino. Ketiga andalan Jepang ini kembali menjadi juara setelah pekan sebelumnya berjaya di Denmark Open.
Pekan lalu, Yuta/Arisha mengalahkan Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai dari Thailand, Â 21-18 dan 21-9. Sementara di Paris, pasangan yang kini berada di urutan keempat dunia, membungkam satu-satunya wakil Eropa, Mathias Christiansen/Alexandra Bje.
Dua gelar beruntun ini semakin membuat Yuta/Arisha kian disegani. Pencapaian fenomenal yang kian mengokohkan mereka di puncak ranking "road to" Bali.
Sementara itu, Korea Selatan meraih dua gelar. Selain dari sektor ganda putra, sektor ganda putri pun dikuasai para pemain Korea. Tercipta all Korean final yang mempertemukan Lee So Hee/Shin Seung Chan versus Kim So Yeong/Kong Hee Yong.
Absennya pasangan top dari China dan Jepang membuat kedua pasangan ini berada di daftar unggulan pertama dan kedua. Lee/Shin akhirnya berhasil mengunci kemenangan straight set 21-17 dan 21-12.
Bagi ganda putri ranking tiga BWF itu, gelar ini membuat keduanya tercatat dalam sejarah sebagai ganda putri pertama yang mampu mempertahankan gelar French Open di era BWF.
Kejayaan para pemain Jepang dan Korea beberapa pekan ini sekiranya menjadi alarm bagi para pemain Indonesia. Gelar Piala Thomas 2020 jangan sampai membuat kita berpuas diri.
Di sisi lain, kita pun harus bisa mengatur strategi yang tepat untuk menghadapi turnamen tersisa di tahun ini. "Zonk" alias nir-gelar di Denmark dan berlanjut di Paris semoga melecut para pemain top agar kembali bersaing di dua turnamen bergensi di penghujung tahun.
Pertama di ajang perang bintang yakni BWF World Tour Finals 2021 yang akan berlangsung di Bali, awal Desember nanti. Tidak banyak turnamen untuk mengumpulkan poin menuju panggung elite yang mempertemukan delapan pemain atau pasangan terbaik itu. Selanjutnya, Kejuaraan Dunia yang digelar di Huelva, Spanyol, 12-19 Desember.
Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H