"Breaking: Rexy Mainaky meninggalkan Thailand." Begitu kicau Rudy Roedyanto di akun Twitternya, Minggu (24/10/2021).
Postingan di akun dengan nama serupa itu sontak menarik perhatian. Datang dari Kepala Bidang Hubungan Luar Negeri PBSI yang mengutip informasi dari akun resmi Asosiasi Bulu Tangkis Thailand (BAT).
Teka-teki bermunculan terkait masa depan Rexy Mainaky. Di jagad maya dan media nasional muncul sejumah spekulasi. Ada yang memprediksi Rexy akan kembali ke Tanah Air. Ada juga yang berpendapat ia akan kembali ke Malaysia, menjadi bagian dari tim pelatih Asosiasi Bulu Tangkis Malaysia (BAM).
Peluang Rexy kembali ke Malaysia lebih besar ketimbang ke Indonesia. Di satu sisi, formasi tim pelatih PBSI sudah terisi lengkap. Di sisi berbeda, Rexy sudah jauh-jauh hari mengisyaratkan setelah kontraknya di Thailand berakhir ia akan kembali ke Kuala Lumpur.
Kontra Rexy bersama BAT sejatinya berakhir pada 2020. Namun, agenda Olimpiade yang tertunda setahun turut berdampak pada kerja sama Rexy dan BAT.
"Saya dan istri saya akan kembali ke Kuala Lumpur untuk selamanya," ungkap Rexy melansir Badminton Planet.
Tidak heran, Rexy memutuskan kembali ke Negeri Jiran. Negara itu sudah menjadi seperti rumah keduanya. Keluarganya sudah lama menetap di sana sejak Pemerintah Malaysia memberikan status sebagai penduduk tetap pada keluarganya pada Juli 2007 silam.
Warna Indonesia
Masa depan Rexy akhirnya terkonfirmasi pada Senin (25/10/2021). Tak butuh waktu lama bagi Rexy dan BAM mencapai kata sepakat.
Melalui akun resmi Instagram BAM mengabarkan Rexy sudah ditunjukn sebagai Wakil Direktur Pelatihan. Ia akan kembali memperkuat tim Pelatnas Malaysia.
"BAM dengan senang hati mengumumkan penunjukkan Rexy Mainaky sebagai Wakil Direktur Pelatihan," demikian bunyi pernyataan tersebut.
Rexy akan bekerja sama dengan Direktur Pelatihan, Wong Choong Han. Sebagaimana dikatakan Presiden BAM, Tan Sri Datok Sri Mohammad Norza Zakaria kehadiran Rexy akan memberikan harapan bagi bulu tangkis Malaysia.
Rexy yang pernah meraih medali emas ganda putra di Olimpiade Atlanta 1996 bersama Ricky Soebagja akan secara khusus memperhatikan sektor ganda putra.
"Rexy merupakan pelatih bagus dan berpengalaman dengan rekam jejak yang terkenal. Dia akan diberikan KPI untuk segera merevitalisasi dan memotivasi lebih jauh atlet muda di sektor ganda kami," ungkap Tan Sri Datok Sri Mohammad Norza Zakaria melansir The Star.
"Saya menantikan kontribusi yang akan dia jalani di dalam meningkatkan performa tim bersama dengan Choong Han dan staf pelatih lainnya karena kami ingin melanjutkan masa depan bulutangkis Malaysia yang lebih kuat," sambungnya.
Kualitas Rexy sudah teruji. Pengalamannya baik sebagai pemain maupun pelatih akan membantu meningkatkan prestasi badminton Malaysia.
Sebelum memperkuat BAT, Rexy menjabat Kabid Binpres PBSI periode 2012-2016. Sejumlah pencapaian berhasil ia torehkan. Ia mengorbit para pemain seperti Sony Dwi Kuncoro dan Simon Santoso.
Sebelum hengkang ke Malaysia, ia sempat membantu mengantar Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir meraih medali emas Olimpiade Rio de Janeiro 2016.
Sementara itu, sejak melatih timnas Thailand pada Januari 2017, Rexy berhasil mengangkat sektor putri dengan puncak prestasinya terjadi di Piala Uber 2018 di Bangkok. Saat itu, Thailand berhasil melangkah ke partai final dengan mengalahkan tim paling sukses yakni China. Sayangnya, di babak pamungkas, Thailand harus mengakui keunggulan Jepang.
Kembalinya Rexy semakin menambah panjang daftar pelatih asal Indonesia di BAM. Sebelumnya, sudah ada  Hendrawan yang menangani sektor tunggal putra, Indra Wijaya di tunggal putri, Flandi Limpele di ganda putra, dan Paulus Firman di sektor ganda campuran.
Ancaman ganda putra Indonesia
BAM rupanya paham bagaimana memanfaatkan keunggulan Rexy. Rekam jejaknya yang sudah terbukti di sektor ganda putra membuatnya kembali mendapat tanggung jawab serupa.
Rexy sebelumnya pernah menangani sektor ganda putra Malaysia pada periode 2005 hingga 2012. Di tangannya, sektor ganda Malaysia bisa berkembang pesat dan melahirkan ganda putra kaliber dunia dalam diri Koo Kien Keat/Tan Boon Heong.
Koo/Tan mampu menjadi pesaing terberat bagi Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan dan beberapa pasangan ganda putra tangguh pada masa itu. Koo/Tan pernah menduduki ranking satu BWF dan memenangkan medali emas Asian Games 2006 dan gelar All England 2007.
Kehadiran Rexy diharapkan bisa membantu Flandi Limpele untuk mendongkrak prestasi ganda putra Malaysia. Flandi pun belum lama bergabung dengan BAM setelah mengantar ganda putra India, Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty ke posisi 10 besar dunia.
Saat ini Malaysia sudah memiliki sejumah bibit unggul. Salah satu yang paling mencolok adalah Aaron Chia/Soh Wooi Yik.
Aaron/Soh mencatatkan perkembangan signifikan dalam satu tahun terakhir. Salah satu puncak prestasi mereka adalah merebut medali perunggu Olimpiade Tokyo 2020. Dalam perjalanan ke babak semi final di pesta akbar empat tahunan yang kali ini digelar di tahun kelima itu, Aaron/Soh sukses mengalahkan dua pasangan ganda putra di puncak ranking dunia yakni Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo dan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan.
Pasangan Indonesia yang dijuluki The Minions dan The Daddies itu sudah merasakan perkembangan pesat pasangan muda Malaysia itu. Saat ini, Aaron/Soh menempati ranking delapan BWF, berada tepat satu anak tangga di belakang Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto.
Kehadiran Rexy tentu diharapkan bisa menyuntikkan semangat juara kepada pasangan yang berusia 24 dan 23 tahun itu.
Patut diakui, Aaron/Soh memiliki potensi untuk menjadi pemain bintang. Selain kecepatan dan kekuatan, keduanya pun semakin solid sebagai pasangan.
Sentuhan tangan dingin Rexy diharapkan bisa mempertebal mental dan memastikan keduanya berada di jalur positif menuju puncak dunia, seperti yang dilakukannya pada Koo Kien Keat/Tan Boon Heong.
Kehadiran Rexy membuat Malaysia lebih percaya diri untuk mematok target tinggi di Olimpiade Paris yang akan digelar tiga tahun mendatang.
Tentu, situasi ini patut diwaspadai tim pelatih PBSI untuk menjaga konsistensi The Minions, semakin mematangkan Fajar/Rian, dan kian mengorbit para penerus seperti Daniel Marthin/Leo Rolly Carnando dan Muhammad Shohibul Fikri / Bagas Maulana.
Semoga kembalinya Rexy ke Malaysia menjadi pelecut bagi Indonesia untuk tetap menjaga rantai regenerasi agar semakin erat.
Bukan hal baru
Rexy yang kembali ke BAM dan mulai bertugas per 1 Desember 2021 tak perlu ditanggapi secara berlebihan, apalagi sampai mengeluarkan komentar tak pantas. Tak perlu kita mempertanyakan nasionalismenya.
Justru pengalaman Rexy itu bisa dimaknai secara positif. Rexy yang kini berusia 53 tahun memacu kerja tim pelatih PBSI untuk terus bersaing secara positif di berbagai gelanggang pertandingan.
Di sisi lain, kita mestinya bangga bahwa pelatih Indonesia sangat dibutuhkan di mancanegara. Rexy memang bukan orang pertama yang bergabung dengan BAM. Mereka juga bukan bagian kecil dari pelatih Tanah Air yang ikut mengembangkan bulu tangkis dunia.
Begitu banyak orang Indonesia yang mendapat tanggung jawab sebagai pelatih di luar negeri. Kualitas mereka pun sudah menuai banyak apresiasi, tidak hanya bersama negara-negara yang sudah memiliki tradisi bulu tangkis yang kuat, tetapi juga bersama para pendatang baru.
Salah satu contoh mutakhir adalah kisah Kevin Gordon, pebulutangkis tunggal putra yang mengukir sejarah bersama Guatemala di panggung Olimpiade Tokyo. Berasal dari negara miskin dan asing dengan olahraga tepok bulu, Kevin yang berusia 35 tahun justru mampu mengguncang dunia usai menembus babak semifinal.
Di balik prestasi Kevin setelah empat kali percobaan di Olimpiade, ada sosok Muamar Qadafi. Pelatih asal Indonesia yang berasal dari Jawa Tengah. Qadafi sudah menangani bulu tangkis di negara dari wilayah Pan-Amerika itu dalam dua periode yakni 2009-2010, lalu 2017 hingga saat ini. Sebelum berlabuh di Guatemala, Qadafi juga sempat berkarier di Peru dan Meksiko.
Mengacu Badmintonasia.org, saat ini setidaknya ada 12 pelatih Indonesia yang tersebar di sembilan negara. Selain para pelatih yang memperkuat Malaysia dan Qadafi di Guatemala, ada Mulyo Handoyo di Singapura dan Namrih Suroto di India.
Sementara di benua Eropa, ada Imam Teguh di Finlandia, Davis Efraim di Irlandia, Didi Purwanto di Hongaria, dan Indra Bagus di Belgia.
Seharusnya sepak terjang mereka walau jauh dari Tanah Air, tetap membuat kita bangga. Saya yakin, rasa cinta mereka pada Indonesia tak akan terkikis. Dengan caranya mereka sebenarnya ikut mengharumkan nama Indonesia, sama seperti yang dilakukan para pebulutangkis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H