Selain itu, aral juga muncul dari keluarga dan orang-orang terdekat. Kisah berjudul "Ketika Gaji Istri Lebih Besar dari Suami" (halaman 17) adalah salah satu representasi kehidupan profesional dan urusan rumah tangga yang tidak bisa dipisahkan secara tegas.
Karena itu, dibutuhkan suatu titik keseimbangan baru antara urusan kantor, rumah tangga, dan diri sendiri.
Kisah "Work-life Balance: Mitos atau Fakta?" (hal.83) telak mewakili kegalauan dari banyak orang soal menjaga keseimbangan hidup. Seperti judul yang dipilih Elin, orang-orang yang sedang galau bisa mendapatkan jawabannya di sana.
Masalah juga datang dari dalam diri. Elin mengangkat beberapa cerita yang berisi pergolakan batin seseorang mulai dari konflik tentang gender (cerita "Aku Ingin Promosi, tapi Aku Perempuan", hal.47), rasa inferioritas tersebab anggapan apriori bipolar "anak daerah" versus "anak kota" (kisah "Anak Daerah Mana Bisa Sukses di Ibu Kota," hal.97).
Pertarungan untuk memutuskan ingin banting setir dari satu perusahaan ke perusahaan lain (cerita "Banting Setir di Usia 40 Tahun?" hal.27; "Pindah atau Tetap di Perusahaan yang sama," hal.105), atau kebingungan saat berada di persimpangan antara bertahan di pekerjaan yang sama atau memutuskan pindah ke divisi berbeda (cerita "Aku Berada di Persimpangan Karier: Sales atau Operation?" hal.117).
Menariknya, Elin tidak hanya mengangkat cerita-cerita faktual itu sebagai cerita semata. Ia menjadikannya sebagai bahan perenungan yang kemudian ia bagikan poin-poin kesimpulan baik secara langsung atau tidak langsung.
Dengan kata lain, buku ini berisi studi kasus di dunia kerja dengan segala lika-likunya yang cukup representatif, solutif, dan membawa energi positif yang penuh motivasi.