Pelatih asal Portugal itu sudah dikenal dengan julukan "The Special One," sebutan yang ia maklumkan saat jumpa pers pertama sebagai pelatih Chelsea pada 2004.
Mourinho direkrut usai mencatatkan hasil spektakuler bersama FC Porto. Beberapa pulan setelah mengantar klub Portugal itu menjuarai Liga Champions, Mourinho langsung dibajak Chelsea. Sejak itu, namanya mulai melambung.
Seiring berjalannya waktu, Mourinho pun mengubah sebutan "The Special One." Rupanya, ia ingin mengganti predikat sebagai pelatih spesial menjadi sosok berpengalaman. Usai wira-wiri di beberapa klub, ia kemudian resmi memperkenalkan julukan baru: "The Experienced One."
Pelatih berpengalaman. Sesuatu yang tak terbantahkan. Untungnya, Mourinho tidak memaklumkan dirinya sebagai pelatih sempurna. Sesuatu yang jelas melawan hukum alam sekaligus ia bantah sendiri.
Kerap berganti klub bukan karena kesuksesannya. Tetapi, karena mengalami pemecatan. Tiga kali beruntun ia ditendang. Ia hijrah ke Italia bersama AS Roma setelah dipecat hanya enam hari sebelum pertandingan final Piala Liga Inggris menghadapi Manchester City.
Mourinho baru menangani Spurs selama 18 bulan, menggantikan Mauricio Pochettino yang hijrah ke Paris Saint-Germain. Sederet pengalaman tak mengenakkan ini membuatnya tak bisa lepas dari julukan "The Sacked One."
Kini Mourinho sepertinya perlu diberi predikat lainnya. Kekalahan telak dari klub Norwegia itu benar-benar merusak nama besarnya. Alih-alih memberi Roma tiga poin, Mou justru menorehkan sejarah kelam bersama klub tersebut. Pertama kali, skuad Mourinho kebobolan enam gol atau lebih dalam satu pertandingan.
Nama besarnya pun tercoreng. Ini kali pertama sepanjang kariernya memimpin tim dalam 1.008 pertandingan, kebobolan enam gol.
Tentu, kekalahan ini tidak lepas dari strategi yang dimainkan sang pelatih. Mourinho melakukan rotasi di sejumlah lini. Ia memberi tempat kepada sejumlah pemain pelapis seperti Gonzalo Villar, Marash Kumbulla, Riccardo Calafiori, Bryan Reynolds, dan Borja Mayoral.
Para pemain tersebut terbukti tidak mampu membendung para pemain tuan rumah. Roma tertinggal dua gol di babak pertama, sebelum Carles Perez membalas satu gol.