Cristiano Ronaldo dan Gerard Pique menjadi tokoh protagonis bagi Manchester United dan Barcelona di "matchday" ketiga fase grup Liga Champions Eropa.
Menariknya, kisah bahagia itu tersaji di hadapan pendukung sendiri. Pemain yang disebutkan pertama mengunci "comeback" epik Manchester United kala menjamu Atalanta di Old Trafford, Kamis (21/10/2021) dini hari WIB. Ronaldo mencetak gol ketiga sekaligus menutup drama lima gol yang memberi tuan rumah tiga poin.
Sementara itu, pada waktu yang sama, Pique menjadi pencetak gol semata wayang Barcelona saat menghadapi tamunya Dynamo Kiev di Camp Nou. Gol tunggal di menit ke-36 lebih dari cukup bagi klub Catalonia itu yang sedang berjuang bangkit dari situasi sulit baik di pentas Eropa maupun LaLiga.
Ronaldo Kunci
Pemain yang baru saja kembali dari Juventus itu memanfaatkan kepalanya yang tak kalah mematikan seperti kedua kakinya untuk membangkitkan kegembiraan besar di "Theatre of Dreams."
Harapan tuan rumah yang sempat redup akhirnya membuncah kembali. United lebih dulu tertinggal setelah Mario Pasalic dan Merih Demiral bergiliran membobol gawang David De Gea, masing-masing di menit ke-15 dan 28.
Gol pertama tim tamu bermula dari tendangan bebas. Bola kemudian diberikan kepada Davide Zappacosta yang menerobos dari sisi kiri pertahanan Setan Merah. Ia kemudian memberikan umpan silang rendah ke kotak penalti. Pasalic berada dalam posisi ideal sehingga bisa dengan mudah membelokkan bola ke gawang tuan rumah walau berada dalam himpitan Harry Maguire.
Wasit sempat menunda beberapa saat sebelum mengesahkan gol tersebut. Ia perlu memantau tayangan ulang melalui VAR untuk memastikan apakah terjadi "offside" atau tidak. Ternyata, wasit kemudian menunjukkan tangannya ke titik tengah, tanda gol tersebut sah.
Perjuangan tuan rumah terlihat semakin berat setelah De Gea dipaksa kembali memungut bola dari dalam gawangnya. Tendangan pojok Koopmeiners berhasil disambut Demiral dengan tandukan mematikan.
Dua gol yang membuat tuan rumah tersentak. Sekaligus membuat bayang-bayang kelam mulai tergambar di wajah para penggemar. Tentu, para fan United tidak mungkin tidak berkeluh kesah. Protes, juga umpatan membuncah. Para pemain United berjalan tertunduk ke ruang ganti. Â
Namun, situasi kemudian berubah di paruh kedua. Setelah turun minum, United kembali mendapatkan momentum positif.
Mula-mula dari Marcus Rashford. Berawal dari kesalahan lini tengah Atalanta, Fernandes berhasil memanfaatkannya untuk mengirim umpan terobosan pada Rashford. Pemain yang sempat dibekap cedera itu berhasil melakukan akselerasi dari sayap kiri hingga mengirimkan bola ke tiang jauh yang tidak bisa dijangkau Juan Musso.
Gol yang terjadi delapan menit setelah babak kedua dimulai menjadi titik balik bagi United. Lima menit kemudian Scott McTominay hampir saya menyamakan kedudukan. Sayangnya, sepakannya masih membentur tiang gawang.
Tuan rumah mampu menyamakan kedudukan di menit ke-75. Sang kapten tidak hanya sukses memimpin tim melewati saat-saat menegangkan. Ia juga berperan untuk mencetak gol penting.
Gol ini membuat tuan rumah semakin bersemangat. Umpan silang Luke Shaw dari sisi kiri bisa disambut Ronaldo dengan tandukan mematikan. Gol di menit ke-81 membuat suasana Old Traffors berubah drastis.
Kemurungan yang sempat tercipta serentak sirna. Di sisi lapangan, suara-sura miring berubah arah 180 derajat. Nama Ole Gunnar Solskjaer yang sedang berada dalam posisi terdesak mulai dipandang positif. "Ole, Ole, Ole" yang familiar terdengar dari sisi lapangan kembali membahana.
Kebangkitan ini membuat United berhak atas tiga angka. United kini mengemas enam poin dari tiga laga dan menempati posisi teratas di Grup F. Sementara itu, Atalanta yang hampir saja membuat kejutan masih tertahan di urutan kedua dengan empat poin, unggul selisih gol dari Villarreal.
Selain itu, kredit patut diberikan kepada sejumlah pihak. Cristiano Ronaldo salah satunya. Pemain ini kembali tampil sebagai pahlawan di saat-saat penting, sama seperti yang ia lakukan tiga pekan silam saat menghadapi Villarreal.
"Saya sangat, sangat senang dengan bagaimana dia memimpin lini depan," puji Solskjaer usai laga seperti dilansir dari Manchestereveningnews.com.
Kita pun tak bisa mengabaikan Solskjaer. Juru taktik asal Norwegia itu melakukan perubahan dalam "starting line-up" dibanding saat menghadapi Leicester City beberapa waktu lalu.
Ada tiga pergantian yang dilakukan atas komposisi tim yang sebelumnya menderita saat menghadapi Leicester. Salah satunya adalah tidak memasukan Paul Pogba sejak menit awal. Begitu juga Jadon Sancho dan Edinson Cavani.
Keputusan ini terbilang berisiko. Menyasar lini tengah yang selama ini menjadi pusat sorotan menyusul kinerja para pemain yang kurang memuaskan.
Selain menepikan tiga pemain itu dan baru memasukan mereka di babak kedua, Solskjaer tampaknya yakin dengan pilihannya. Setelah tertinggal dua gol di babak pertama, mantan pemain United itu tidak melakukan perubahan formasi saat keluar dari ruang ganti.
Entah apa yang dikatakan saat istirahat melihat penampilan United yang tak sesuai harapan di babak pertama. Koordinasi yang buruk, umpan tak terukur, hingga penampilan Bruno yang jauh dari harapan.
Namun, kesabaran itu justru membuahkan hasil. Bruno yang bermain buruk di babak pertama hampir membuat dua asis.
"Perbedaan performanya tidak terlalu bagus, yang menentukan hasilnya adalah kualitas penyelesaian akhir. Babak kedua jauh lebih baik daripada yang pertama," aku Solskjaer.
Apakah situasi ini menggambarkan karakteristik United saat ini? Penuh kejutan meski harus menguji kesabaran para penggemar berkali-kali? Atau situasi ini hanya akan berlangsung sesaat sehingga perlu perbaikan agar tidak selalu bergantung pada keberuntungan?
Kelompok skeptis tentu melihat penampilan United tak konsisten. Namun, Solskjaer membantah.
"Saya bisa mengerti mengapa orang-orang yang tidak benar-benar menonton setiap pertandingan melihat ketidakkonsistenan ..., tertinggal 2-0 performa terlihat sangat buruk. Tapi performanya tidak terlalu buruk," ungkap Solskjaer sambil menekankan bahwa mereka bisa memperbaiki penampilan dengan penyelesaian akhir yang baik dan tidak kebobolan lagi.
Momen kebangkitan Barca
Pique menjadi pemain penting saat Barcelona mengalahkan Kiev di Grup E. Tendangan volinya menyambut umpan silang Jordi Alba mengubah segalanya.
Barca mendapat tiga poin. Poin pertama dari tiga pertandingan, setelah sebelumnya menderita saat menghadapi dua tim yang kini berada di posisi teratas yakni Bayern Muenchen (sembilan pin) dan Benfica (empat poin).
Kemenangan tipis ini menggambarkan seperti apa penampilan armada Ronald Koeman secara keseluruhan. Kegagalan memanfaatkan peluang seperti yang terjadi pada dua pemain muda: Sergino Dest dan Ansu Fati.
Begitu juga Sergio Aguero yang akhirnya kembali merasakan atmosfer Liga Champions setelah hijrah dari Manchester City. Pemain Argentina yang masuk menggantikan Memphis Depay di menit ke-75 hanya mampu melepaskan satu tendangan spekulatif jarak jauh.
Para pemain depan seperti tak bisa mengambil tanggung jawab semestinya. Justru seorang bek yang berperan mencetak gol. Pique ibaratnya bek yang bertindak sebagai ujung tombak.
Namun, kemenangan tipis ini sungguh berarti. Gagal mencetak gol dalam tiga laga di Liga Champions adalah pukulan telak. Barca tidak pernah mengalami paceklik separah itu sejak Maret 1988.
Setelah ditinggal sejumlah pemain penting, salah satunya Lionel Messi, Barca mencoba bangun kembali dengan sisa-sisa kekuatan. Menyongsong era baru tanpa Messi dengan bertumpu pada para pemain muda.
Memang perjuangan melewati situasi krisis seperti ini tidak akan mudah. Butuh waktu yang tidak singkat. Sokongan finansial, tentu saja. Sementara itu para rival terus berbenah dan sejauh dapat terhindar dari masalah mendasar seperti soal keuangan.
Pique mencetak gol pertamanya musim ini. Namun, bukan hal baru baginya memainkan peran selain sebagai pengawal benteng pertahanan. Pique sudah mengemas 16 gol di Liga Champions dengan 14 di antaranya sejak berseragam Blaugrana. Pique pun sejajar dengan bek legendaris Roberto Carlos sebagai bek tersubur di pentas elite Eropa itu.
Patut diakui, satu gol Pique ini begitu berarti. Terjadi di waktu yang tepat. Ketika tim mengalami kebuntuan dan kemenangan adalah sesuatu yang begitu dirindukan.
Kemenangan ini sekaligus memberi suntikan kepercayaan diri bagi Barca untuk menghadapi duel klasik akhir pekan nanti. Modal penting menyambut pertandingan sarat gengsi menghadapi musuh bebuyutan, Real Madrid dalam tajuk El Clasico di Camp Nou, Minggu (24/10/2021) malam WIB nanti. Duel itu tidak selalu mudah. Barca tentu tidak mau menanggung malu apalagi di kandang sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H