Itulah yang terjadi di "match" pertama. Menghadapi Chou Tien Chen, Ginting mampu menunjukkan performa apik. Setelah penampilan kurang meyakinkan sejak Piala Sudirman 2021 di Vantaa, Finlandia, beberapa pekan lalu, pemain berperingkat lima dunia bisa, versi terbaik Ginting kembali mengemuka.
Hal ini bisa dilihat dalam beberapa hal. Pertama, mental yang kuat untuk mengejar ketertinggalan di gim pertama.
Sejak awal, kedua pemain denga peringkat dunia berdekatan itu, terlibat pertarungan ketat. Ginting mengambil dua angka pertama dan terus memimpin hingga kedudukan 7-5.
Ginting masih memimpin di interval pertama, 11-7. Beberapa kesalahan Ginting memberi poin gratis kepada pemain ranking empat BWF itu. Ginting kehilangan enam poin beruntun membuat Chou berbalik unggul, 11-14.
Posisi Ginting semakin terjepit. Selisih poin semakin melebar, dari 13-17, lalu 14-17, hingga 14-19. Bahkan Chou mampu mencapai "game point" lebih awal setelah smes silangnya gagal dibendung pemain kelahiran Cimahi, Jawa Barat. Skor menjadi 16-20.
Apakah dalam posisi tertinggal empat angka membuat lawan bisa dengan mudah merebut gim pertama? Ternyata tidak. Pada titik ini, Ginting menunjukkan bahwa satu poin terlalu berharga.
Ginting bermain lebih tenang. Ia dengan telaten meladeni Chou dan kerap mengajak lawannya berduel di depan net. Ternyata, strategi ini berhasil.
Giting mampu mengejar dengan meraih lima angka beruntun untuk menyamakan kedudukan, bahkan berbalik unggul. Pengembalian servis Chou yang tak sempurna akhirnya memberi Ginting kemenangan.
Kedua, kualitas Ginting sudah diakui dunia. Namun, pemain berusia 24 tahun itu kerap kurang konsisten. Grafik permainan mudah naik-turun.
Di laga ini, apa yang disebut konsistensi itu ditunjukkan Ginting. Di gim kedua, Ginting mampu menjaga keunggulan dan tidak membiarkan lawannya menyamakan kedudukan, apalagi mendahuluinya.