Kemenangan telak para pemain Thailand atas lawan-lawannya tidak lepas dari absennya pemain unggulan Spanyol dan India. Spanyol tidak diperkuat Carolina Marin (ranking 4 dunia). Sementara itu India tanpa P.V.Sindu (ranking 7 dunia).
Bagaimana Indonesia?
Perjalanan Indonesia tidak semulus Thailand. Indoensia tanpa kesulitan menghadapi Jerman dan Prancis di dua pertandingan awal. Di kedua laga itu, Indonesia hanya kehilangan satu "match."
Namun, di partai terakhir menghadapi Jepang, Indonesia tak berkutik. Kekuatan Jepang belum bisa ditandingi. Alih-alih bersaing ketat, yang bisa dilakukan para pemain muda Indonesia adalah belajar dari para pemain top dari Negeri Matahari Terbit itu. Kalah telak 0-5, Indonesia lolos ke delapa besar sebagai runner-up.
Dejavu
Pertemuan Indonesia kontra Thailand seperti "dejavu." Dua tim ini sudah bersua tiga kali di ajang serupa. Mula-mula edisi 1994 saat diperkuat para pemain jempolan seperti Susi Susanti dan Mia Audina. Thailand saat itu berstatus debutan sehingga bisa dengan mudah dikalahkan Indonesia yang kemudian menjadi jawara.
Selanjutnya, pada edisi 2016. Baik pertemuan pertama maupun kedua, terjadi di fase grup. Hasil akhir pun berpihak pada Indonesia yang kembali menang tetapi dengan skor tipis 3-2.
Persaingan ketat juga terjadi di jilid ketiga. Thailand yang berstatus tuan rumah menang 3-2 untuk mendapatkan satu tiket ke babak semi final. Thailand kemudian melaju hingga partai final usai mencatatkan kemenangan spektakuler, 3-2, atas China.
Sayangnya, tuan rumah gagal mencapai klimaks. Di laga pamungkas, Ratchanok dan kawan-kawan menyerah 0-3 dari Jepang.
Komposisi pemain Thailand tidak banyak berubah sejak edisi sebelumnya. Sementara itu, Indonesia akan bergantung pada Gregoria Mariska dan Apriyani Rahayu sebagai pemain yang sudah memiliki jam terbang di turnamen beregu itu. Selebihnya, adalah debutan.
Pertama, Jorji, begitu Gregoria disapa, berpotensi menghadapi Intanon. Keduanya akan ditempatkan sebagai tunggal pertama, sekaligus pembuka jalan bagi rekan-rekannya.