Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Mengurai Amuk Ronaldo di Balik Keputusan Berani Solskjaer dan Pelangi dari Timo Werner di Stamford Bridge

3 Oktober 2021   11:04 Diperbarui: 4 Oktober 2021   08:00 1845
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyerang Man United, Cristiano Ronaldo.| Sumber: OLI SCARFF/AFP via Kompas.com

Setelah peluit akhir dibunyikan, ia terlihat bergumam pada diri sendiri. Ada sejumlah patah kata yang diserukan. Dari raut wajah, terlihat ia sedang tidak senang. Air mukanya tampak marah. Ia berjalan menuju ruang ganti dalam suasana hati yang tak bersahabat.

Itulah tangkapan ekspresi Cristiano Ronaldo setelah pertandingan Manchester United kontra Everton berakhir. Duel di pekan ketujuh Liga Primer Inggris yang digelar di Stadion Old Trafford, Sabtu (2/10/2021) berakhir sama kuat, 1-1.

Kegusaran Ronaldo bisa disebabkan sejumlah hal. Pertama, pemain berusia 36 tahun itu tidak puas dengan hasil akhir. The Thetre of Dreams tak jadi panggung kemenangan, seperti impian Ronaldo dan fan The Red Devils.

Cristiano Ronaldo meninggalkan Old Trafford dengan wajah kesal: Dailymail.co.uk
Cristiano Ronaldo meninggalkan Old Trafford dengan wajah kesal: Dailymail.co.uk

Tuan rumah sempat memimpin di penghujung babak pertama setelah tembakan keras Anthony Martial tak mampu dibendung Jordan Pickford

Namun, keunggulan itu hanya bertahan hingga sebelum menit ke-65. Pasalnya, melalui sebuah serangan balik cepat, menerima umpan Abdoulaye Doucoure, Andros Townsend berhasil menuntaskannya menjadi gol.  David De Gea hanya bisa menatap bola menggetarkan gawangnya.

Kedua, setelah mencatatkan namanya di papan skor, Townsend melakukan selebrasi mirip seperti yang sudah menjadi kekhasan Ronaldo. Namun, bukan ini yang membuat amuk Ronaldo membuncah.

Ronaldo sepertinya menyesal mengapa dirinya tidak lekas dimasukan atau diturunkan sejak awal. 

Ya, di laga ini, Ole Gunnar Solskjaer mengambil keputusan berani. Pria asal Norwegia itu tidak memasukan Ronaldo, Paul Pogba, hingga Jadon Sancho dalam daftar "starting line-up."

Selebrasi pemain Setan Merah menyambut gol Martial di paruh pertama: manchestereveningnews.com
Selebrasi pemain Setan Merah menyambut gol Martial di paruh pertama: manchestereveningnews.com

Posisi ketiganya digantikan oleh Fred, Anthony Martial, dan Edinson Cavani. Rotasi yang dilakukan di lini depan baru dirotasi lagi setelah tim tamu menyamakan kedudukan.

Perubahan positif langsung terasa saat Pogba misalnya, dimasukan di menit ke-72 menggantikan Fred. Begitu juga Ronaldo yang mengukir peluang di menit ke-75. Lantas, giliran Sancho di menit ke-82.

Namun, waktu sepertinya terlalu singkat. Ketiganya tak cukup signifikan mendongkrak performa tim. Kedua tim pun harus rela berbagi angka.

United dan Everton kini mengemas poin sama, 14. Bedanya, Setan Merah menempati urutan ketiga, sementara The Toffees membuntutinya di tempat keempat. Sebabnya, United memiliki selisih gol lebih baik.

Ketiga, patut diingat, di laga ini, Rafael Benitez sama sekali tidak memiliki pasangan pencetak gol, Dominic Calvert-Lewin dan Richarlison dalam skuad Everton. 

Namun, para pemain lain bisa menambal celah, menjaga kedalaman tim, serentak membalikkan prediksi: tanpa para pemain andalan itu kemenangan seperti sudah menjadi milik United.

Ronaldo gagal membuat "comeback" seperti saat menghadapi Newcastle United bulan lalu. Dengan demikian, United gagal memenangkan empat dari tujuh pertandingan di semua kompetisi.

Ini kedua kalinya, United kehilangan poin dalam pertandingan yang seharusnya bisa memberi mereka tiga angka. Hasil minor ini tak lebih menyayat hati dari kekalahan 0-1 dari Aston Villa di Old Trafford akhir pekan  lalu.

Kemarahan Ronaldo mengundang komentar luas. Salah satunya datang dari mantan rekan setim yang kini menjadi pundit, Rio Ferdinand. Rio tampaknya begitu memahami situasi Ronaldo.

Rasa frustrasi dari seorang pemain senior yang tidak ingin kehilangan muka. "(Dia) Kecewa dengan hasilnya. Dia mencetak lima dari lima pertandingan, dia ingin melanjutkan performa itu dan mengantar timnya menuju kemenangan - saya mengerti rasa frustrasinya."

Demikian mantan bek timnas Inggris itu kepada BT Sports seperti dilansir Dailymail.co.uk. Hal senada diakui co-pundit Ferdinand, Jermaine Jenas.

"Dia ingin memenangkan liga, dia mengerti pentingnya poin, dia marah. Untuk seorang manajer yang merupakan berkah, dia pasti akan kecewa."

Menampar Ronaldo

Seperti Rio dan Jenas, rerata penggemar United bersimpati pada Ronaldo. Tidak hanya itu. Mereka juga mempertanyakan keputusan sang pelatih.

Kelompok ini sepertinya membayangkan Ronaldo dan para pemain utama tadi bermain sejak menit awal. Bila begitu, hasil akhir tentu akan berbeda.

Anggapan ini bisa kita tantang. Apakah jalannya cerita Setan Merah di laga ini akan seindah harapan itu? Dengan kata lain, skenario yang dibayangkan itu akan otomatis mewujud hasil akhir yang diharapkan?

Hemat saya, tidak semudah itu. Kita bisa membuat analisis sederhana. Salah satunya dengan melihat performa United sebelum dan setelah ketiga pemain itu masuk. Cukuplah memakai indikator penguasaan bola dan peluang.

Apakah setelah ketiganya dimasukkan United lebih menguasai pertandingan, menciptakan banyak peluang, dan lebih sedikit ditekan?

Bila harus jujur, penampilan United di babak kedua terlihat menurun. Termasuk setelah Ronaldo dan kedua pemain lainnya itu merumput. Tidak ada peluang signifikan yang berhasil dikreasi terutama di 25 menit akhir pertandingan.

Situasi ini berbanding terbalik dengan kubu Everton. Pendukung tuan rumah sempat bungkam saat Yerri Mina menggetarkan jala De Gea memanfaatkan asis Tom Davies. Ronaldo pasti akan lebih marah bila sampai gol tersebut tak dianulir wasit.

Dari kaca mata seorang pelatih, United sebenarnya memulai pertandingan dengan baik. Babak pertama berlangsung sesuai harapan. Martial yang mengambil tempat sejak menit awal bisa menjawab kepercayaan dengan gol pembuka.

"Sebagian dari itu benar-benar bagus, kami pikir kami memulai dengan baik, masuk 1-0, Anda senang. Babak kedua kami kekurangan keunggulan untuk mendapatkan yang kedua karena dari sepak pojok kami kebobolan, itu mengecewakan."

Apa yang terjadi di lapangan dan dipertegas oleh pengakuan Solskjaer usai laga menunjukkan banyak hal. Salah satunya, amuk Ronaldo sebenarnya tidak hanya menjadi luapan kekesalan pada tim, tetapi juga tamparan pada dirinya sendiri.

Ronaldo sedang memarahi dirinya sendiri. Juga mengalamatkannya pada siapa saja yang terlalu bergantung padanya seakan-akan hanya dengan Ronaldo, United bakal menang dan hanya kepada Ronaldo, tim sepatutnya bergantung.

Pelangi di Stamford Bridge

Berbeda dengan United, Chelsea justru meraih tiga poin di laga kandang. Menjamu Southampton di Stamford Bridge di hari yang sama, The Blues mencatatkan kemenangan cukup telak 3-1.

Namun, kemenangan ini jelas tidak diraih dengan enteng. Tanpa beberapa pemain utama seperti Jorginho, Hakim Ziyech, Kai Havertz dan Mason Mount dalam daftar 11 pemain pertama, tim tamu mampu memberikan perlawanan sengit hingga lewat menit ke-80.

Skor imbang pun hampir saja bertahan hingga wasit meniup peluit panjang bila pelangi tak tampak di 10 menit terakhir.

Trevoh Chalobah membuka keunggulan The Blues di menit kesembilan. Bermula dari sepak pojok yang diambil Ben Chillwell, lalu diteruskan Ruben Loftus-Cheek.

Sepakan penalti James Ward-Prowse di menit 61 membuat duel semakin ketat. Skor imbang itu berawal dari pelanggaran Chilwell pada mantan pemain Chelsea, Livramento di kotak terlarang.

Thomas Tuchel membuat keputusan tepat setelah kedudukan imbang. Datangnya pun di saat yang tepat, tak lama setelah Ward-Prowse diganjar kartu merah.

Sejumlah ekpresi di laga Chelsea kontra Soton, Sabtu (2/10/2021): Dailymail.co.uk
Sejumlah ekpresi di laga Chelsea kontra Soton, Sabtu (2/10/2021): Dailymail.co.uk

Pelatih asal Jerman itu memasukan Mason Mount. Perubahan langsung terasa. Setidaknya berdampak pada hadirnya dua gol penting. Masing-masing dari Timo Werner di menit ke-84 dan penebusan kesalahan Chilwell satu menit sebelum waktu normal usai.

Kemenangan ini sangat penting. Chelsea terdongkrak ke urutan pertama dengan raihan total 16 poin dari tujuh pertandingan. Berbanding terbalik dengan Soton yang terlempar nyaris mendekati zona degradasi dengan tabungan empat angka dengan jumlah laga serupa.

Perjuangan diraih melalui proses yang indah. Guyuran hujan lebat yang membasahi Stamford Bridge membuat situasi menjadi sulit. Tekanan pada tuan rumah semakin berganda. Werner yang basah kucup beberapa kali tergelincir.

Namun, di balik perjuangan tanpa kenal lelah itu, fajar harapan pun mulai menyingsing. Werner yang sempat memberi harapan bagi penggemar melalui golnya yang dianulir VAR di penghujung babak pertama, akhirnya menebusnya.

Statistik pertandingan Chelsea vs Soton: Dailymail.co.uk
Statistik pertandingan Chelsea vs Soton: Dailymail.co.uk

Gol ini melecut terjadinya gol pamungkas tak lama kemudian. Saat keluar lapangan, penggemar serempak berteriak, "Teemo, Teemoo."

Mereka meluapkan kegembiraannya pada Werner. Pemain ini salah satu kunci sukses menghadirkan pelangi di Stamford Bridge, setelah sedih kekalahan atas Juventus di Liga Champions sempat mengguyur beberapa waktu lalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun