Memiliki skuad bertabur bintang, Martinez masih belum mampu mempersembahkan gelar. Kesempatan terakhir terjadi di Piala Eropa 2020. Sayangnya, langkah Belgia terhenti di delapan besar, takluk dari Italia yang kemudian keluar sebagai jawara.
Kini, Martinez masih memiliki sejumlah agenda. Menghadapi Prancis di semifinal UEFA Nations League pada Oktober nanti, lalu berpeluang jumpa Spanyol atau Italia beberapa hari kemudian.
Selain itu, Martinez terus memimpin Belgia di Kualifikasi Piala Dunia 2022 yang sudah berlangsung enam pekan. Belgia tergabung di Grup E, mengemas 16 poin dari enam laga, unggul sembilan angka dari Ceko yang baru memainkan lima pertandingan.
Selain belum meraih gelar bersama Belgia, pengalaman Martinez di level klub pun tak terlalu mentereng. Selain Everton, pria yang kini berusia 48 tahun itu kebanyakan menangani tim medioker seperti Swansea City dan Wigan Athletic.
Hanya saja pengalaman terakhir menangani Belgia, ditambah faktor asal Martinez sebagai orang asli Catalan, bisa memuluskan langkahnya kembali ke kampung halaman.
Tekanan Laporta
Situasi Barcelona sebenarnya tidak semata-mata menjadi tanggung jawab Koeman. Memang, selama ini posisi pelatih paling sering menjadi kambing hitam di balik setiap hasil minor. Namun, kondisi Barca tidak lepas dari faktor lain yang ikut menyeret tanggung jawab manajemen, terutama sang presiden klub, Joan Laporta.
Saat ini Laporta juga sedang pening memikirkan cara untuk menyelesaikan sejumlah beban, terutama soal keuangan. Krisis finansial kemudian memengaruhi berbagai kebijakan strategis. Kepergian Messi adalah bukti berapa peliknya masalah keuangan tim.
Laporta mau tidak mau harus mencari suntikan dana. Ada kesempatan pada tanggal 16 dan 17 Oktober nanti saat pertemuan tahunan. Itulah kesempatan Koeman meminta dukungan anggota untuk menyetujui proposal yang diajukan.
Kesempatan itu pun dimanfaatkan untuk menarik simpati anggota. Statuta klub menggariskan demikian. Kekalahan dua tahun beruntun di mancanegara menuntut presiden harus mengundurkan diri.
Laporta masih memiliki celah untuk berkelit dari bencana itu. Seperti digariskan tahun lalu, Laporta mewarisi beban kerugian besar dari pendahulunya Josep Maria Bartomeu. Kemudian ia berhasil perlahan-lahan mengubah neraca keuangan klub dalam satu tahun terakhir.